Efek Ilusi Pemberitaan Gibran Bagi Anies-Cak Imin

Pemberitaan Gibran Bagi Anies-Cak Imin
Gibran dan Prabowo
banner 400x400

Lantas, kenapa kok bisa begitu ya? Jawabannya, mudah saja. Inilah dahsyatnya apa yang disebut teori Efek Ilusi Kebenaran atau Efek Pengulangan. Di mana masyarakat cenderung mempercayai kebenaran informasi yang jelek atau salah sebagai suatu kebenaran setelah ada proses repetisi atau pengulangan.

Bagaimana teori Efek Ilusi Kebenaran ini bekerja? Bak listrik, tidak ketahuan, namun efeknya mengalir melalui perasaan familiar. Ketika kita mendengar informasi secara berulang-ulang, otomatis informasi itu akan familiar atau akrab dengan kita. Dan otak kita akan menerjemahkan perasaan familiar itu sebagai suatu kebenaran. Hal ini disebabkan karena otak kita cenderung lebih mudah memproses sesuatu yang sudah kita kenali sebelumnya. Inilah yang disebut sebagai kelancaran kognitif.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Ulangilah terus-menerus berita tentang kekurangan dan kejelekan, maka ia akan menjadi kebaikan dan kebenaran. Para elit politik, baik di luar maupun di dalam negeri paham sekali dengan teori Efek Ilusi Kebenaran ini dan secara sadar memanfaatkan teori ini untuk meningkatkan level validitas dirinya. Dengan mengulang-ulang kejelekan, kelemahan atau kebohongan paslon sesering mungkin, maka akan berubah menjadi kebaikan, kekuatan, kebenaran yang akan meningkatkan daya terima masyarakat kepada dirinya atau paslon yang diusung.

Pertanyaan mendasarnya adalah apakah sahabat akan kembali mengulangi tindakan kalau tidak mau disebut “kesalahan” yang sama saat memposting, menshare secara berulang-ulang tentang kejelekan dan kebohongan Joko Widodo kepada Gibran? Keledai saja tidak mau terperosok ke lubang yang sama untuk kedua kali.

Daripada menshare kekurangan dan kelemahan Gibran secara berulang-ulang dan memicu bekerjanya teori Efek Ilusi Kebenaran yang justru menguntungkan Gibran. Akan jauh lebih baik memanfaatkan jari jemari lentik kita fokus membuat konten produktif dan positif tentang Anies-Cak Imin (AMIN). Kemudian menyebarkan berita tersebut lewat grup WA di HP, facebook, twitter, tiktok dan media sosial lainnya secara berulang-ulang yang lambat laun, tapi pasti akan meningkatkan level validitas pasangan AMIN di mata konstituen.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *