Disway: Duka Mantan

Duka Mantan
Potret Xi Jinping bersama Li Keqiang (kanan).--

Oleh: Dahlan Iskan

Hajinews.co.id – SAYA hampir menipu diri sendiri dan menipumu.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Mencintai dan dicintai belum tentu berbanding lurus.

Saya tahu disakiti adalah suatu keberuntungan.

Tapi aku tidak bisa menyerahkan diriku sepenuhnya.

Aku berusaha keras untuk mengubahmu, tapi aku tidak bisa mengubah jalur tersembunyi yang telah kucadangkan untukmu.

Kupikir berada di sisimu akan selamanya.

Sepertinya baru kemarin, namun kemarin sudah sangat jauh.

Tapi aku masih bisa melihat ketika aku memejamkan mata.

Seandainya saya Liang pasti bisa mengulas lebih baik makna lagu Sayangnya Bukan Kamu ini.

Baru pertama saya mendengarkan lagu itu. Kemarin pagi. Yakni ketika di medsos, di Tiongkok, muncul kembali lagu menjelang tahun 2000 itu.

Itulah cara sebagian orang di Tiongkok memberi pertanda ada sesuatu yang duka pagi kemarin.

”Saya tahu disakiti adalah suatu keberuntungan. Tapi aku tidak bisa menyerahkan diriku sepenuhnya”. Atau ”Aku masih bisa melihat ketika aku memejamkan mata”.

Yang memejamkan mata kemarin pagi itu Anda sudah tahu: Li Keqiang. Selamanya. Ia meninggal dalam usia 68 tahun. Yakni ketika baru tujuh bulan tidak lagi menjabat perdana menteri Tiongkok.

Li Keqiang tergolong pemimpin hebat yang mengakhiri jabatannya dengan agak sedih. Ia dua periode jadi perdana menteri. Periode keduanya bernasib kurang baik. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok menurun. Tumbuh, tapi lebih rendah. Untuk kali pertama. Sejak 40 tahun sebelumnya.

Penurunan itu sulit di-stop. Sampai beberapa tahun kemudian. Pun sampai sekarang. Padahal ekonomi adalah tanggung jawab perdana menteri.

Ditambah lagi meledaknya Covid-19. Tekanan pada Li Keqiang luar biasa.

Ia tidak diajak serta ketika Presiden Xijinping berhasil memperpanjang periode. Li Keqiang  sudah merasa tidak akan diajak berpasangan lagi di periode ketiga.

Maret lalu Xi Jinping memilih pengganti Li Keqiang. Namanya: Li Qiang.

Dua bulan sebelumnya pun pertanda itu sudah ada: Li Keqiang tidak lagi menjabat salah satu pimpinan puncak partai komunis Tiongkok.

Sejak itu tidak ada lagi berita: ke mana Li Kejiang, di mana ia dan melakukan apa. Begitulah budaya politik di Tiongkok. Pemimpin yang sudah pensiun tidak pernah tampil. Tidak mau tampil. Mungkin juga tidak boleh tampil. Atau tidak diberi ruang tampil.

Pun mereka tidak pernah berkomentar. Apa pun. Termasuk mengenai keadaan pemerintah. Apalagi berkomentar mengenai pejabat yang menggantikannya.

Tidak ada pejabat lama mengkritik pejabat yang baru.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *