Gibran Batal, Prabowo Gagal, Jokowi Terjungkal

Gibran Batal
banner 400x400

by M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan

Hajinews.co.id – Gonjang ganjing Putusan MK yang berhasil meloloskan Gibran semakin kencang. Ketua MKMK Jimly Asshiddiqie memberi sinyal atas pelanggaran kode etik yang berakibat pada pembatalan. Di samping itu Peraturan KPU belum menyesuaikan dengan Putusan MK sehingga pendaftaran Prabowo-Gibran tidak memenuhi syarat.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Serangan pada MK dari publik cukup dahsyat, begitu pula “perpecahan” internal di kalangan hakim MK. Efek dari Putusan kontroversial dengan 3 (tiga) hakim setuju mutlak 2 (dua) hakim berbeda alasan (concurring opinion) dan 4 (empat) hakim menolak (dissenting opinion). Jika MKMK bekerja maksimal maka potensial Putusan batal. Gibran pun ikut batal.

Bagaimana nasib Prabowo ? Meski aturan memberi peluang untuk adanya penggantian, namun efek psiko-politis akan dirasakan. Pegangan kuat untuk memeluk Jokowi terlepas. Prabowo akan bimbang dalam negoisasi ulang koalisi. Mengorbankan mitra demi Gibran menggores luka. Prabowo gagal untuk dua hal. Jokowi dan mitra koalisi.

Prabowo akan terus gagal dalam membangun konsistensi. Karena terbiasa berada di ruang ambivalensi. Konstituen pun mulai kabur atau lari dan akan terus berlari menjauhi.

Tinggal Jokowi yang merenung sendiri dalam sepi. Hari-hari kekuasaan semakin tidak pasti. Ketika Gibran batal maka PSI pun tidak akan bersinar. Kaesang, sang putra kedua, hanya berperan dalam permainan komedi putar. Menjadi Ketum abal-abal. Dua putera yang dimusuhi rakyat dan tidak memiliki masa depan itu membuat Jokowi pusing tujuh keliling.

Dipastikan ia akan berjalan dengan badan limbung. Keganasan kekuasaan akan segera memangsanya. Meskipun mahir dan nekad dalam berbohong tetapi sejarah tidak pernah bisa dibohongi. Hari-hari kejayaan akan berakhir. Ketika bingkai bagaikan sempurna dan kuat disanalah kerapuhan dan kelemahan itu berada.

Kasus Putusan MK yang melegitimasi nepotisme menjadi pintu reaksi besar. Tanggal 20 Oktober 2023 mahasiswa telah mengawali aksi. Tentu bukan terakhir kali.

Bila saja 5 hari berturut-turut tanpa jeda mahasiswa berdemonstrasi akan lain hasilnya. Tidak perlu sampai malam karena itu melanggar. Cukup sampai sore, tetapi berulang tiap hari. Dengan gelombang yang semakin membesar. Tempatnya bukan di Patung Kuda tetapi di Gedung DPR-MPR. Menggedor dan mengusik kenikmatan wakil-wakil rakyat.

Rezim keluarga adalah alasan efektif untuk bergerak menuju pemakzulan. Ada mahasiswa, buruh, emak-emak, santri-ulama serta kelompok perlawanan lainnya. Suasana jenuh dan kesal kepada rezim Jokowi sudah terasa di mana-mana. Hancur-hancuran bernegara di bawah kepemimpinannya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *