Setelah dipersilakan, Abu Nawas mulai bercerita, “Baginda, dahulu ada seekor raja semut yang kurang kerjaan. Ia masuk ke kuping sebelah kanan seorang yang sedang tidur, keluar lagi, masuk lagi, keluar lagi. Kemudian masuk ke kuping kiri, keluar lagi, masuk lagi, keluar lagi.”
Raja kesal mendengar kisah yang dituturkan oleh Abu Nawas. Menurut raja cerita Abu Nawas tidak menarik dan membuat raja merasa bosan sehingga ia pun menguap dan memiringkan tubuhnya membelakangi Abu Nawas. Perlahan, raja pun menutup matanya dan mulai tertidur.
Pagi harinya, Abu Nawas masuk lagi ke istana dengan mengendarai kereta. 10 karung diangkat ke dalam kereta satu per satu. Penjaga pintu istana geleng-geleng kepala ketika kereta itu keluar pintu gerbang. Abu Nawas tertidur pulas di atas tumpukan karung emas dengan suara mendengkur yang keras.
4. Abu Nawas ke Pasar
Pada suatu kesempatan, Abu Nawas pergi ke pasar dengan sebuah tas yang terlihat sangat kotor dan usang. Ketika ia melewati sekelompok orang, ia pura-pura sengaja menjatuhkan tasnya dan berteriak, “Waduh, dompetku terjatuh!”
Beberapa orang berhenti untuk membantu mencari dompet Abu Nawas, tetapi mereka hanya menemukan tumpukan kertas dan kain bekas dalam tas tersebut. Mereka bertanya heran, “Dompetmu di mana?”
Abu Nawas dengan serius menjawab, “Oh, maafkan aku. Dompetku bersembunyi di antara tumpukan kertas ini. Mereka suka bermain petak umpet!”
5. Abu Nawas Makan Sepuas Hati
Kisah berikut ini menunjukkan bagaimana Abu Nawas menggunakan kata-kata dengan cerdik untuk mengubah situasi dan membuat orang lain hanya bisa tersenyum-senyum.
Pada suatu malam, Abu Nawas pergi ke sebuah pesta besar di istana. Di sana, ada banyak makanan lezat yang disajikan. Abu Nawas pun mulai makan dengan lahap dan tidak mau berhenti.
Raja yang melihat lalu berkata, “Abu Nawas, kenapa kamu makan begitu banyak? Kamu harus berhenti sekarang juga!”
Abu Nawas menjawab dengan tegas, “Oh, raja, aku hanya mematuhi perintahmu. Tadi kamu bilang ‘makanlah sepuas hatimu’, jadi aku sedang melaksanakan perintahmu!”
Raja tertawa dan menyadari bahwa itu adalah kesalah pahaman. Namun, ia tidak marah pada Abu Nawas karena mengakui ada kecerdasan yang tajam dan kemampuan untuk menertawakan berbagai situasi.
Wallahu a’lam bisshawab.