Kultum 272: Ramalan Al-Qur’an di Luar Nalar Manusia 

Ramalan Al-Qur’an
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 400x400

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Kekalahan yang dialami bangsa Romawi atas Persia ini memang sungguh membuat sedih. Sebabnya adalah, bangsa Romawi yang dianggap sebagai bangsa yang beragama (sebagai ahli kitab) kalah oleh bangsa Persia yang tidak beragama (hanya menyembah api dan berhala). Karena latar belakang itu, kaum Musyrik Mekah (yang penyembah berhala) juga ikut bergembira dan kaum Muslim bersedih.

Orang-orang Musyrik Mekah mencemoohkan kaum Muslim dengan berkata, “Sesungguhnya, bangsa Romawi yang mengklaim sebagai ahlul kitab telah dikalahkan bangsa Persia dan kamu mengira bahwa kamu akan mengalahkan kami dengan turunnya Al-Qur’an kepada kalian. Maka, ketahuilah bahwa kami akan mengalahkan kalian, sebagaimana bangsa Persia mengalahkan bangsa Romawi”.

Peristiwa ini ternyata mempunyai hubungan yang erat sekali dengan keajaiban di dalam Al-Qur’an. Salah satu keajaiban di dalam Al-Qur’an adalah berbagai ramalan yang selalu terbukti, sampai jaman yang disebut ultra moderen ini. Ajaibnya, setiap ramalan di dalam Al-Qur’an yang membahas berbagai peristiwa yang akan terjadi, semuanya sepenuhnya di luar kendali atau nalar manusia, bahkan nalar Nabi sekalipun. Salah satu ramalan di dalam Al-Qur’an yang di luar nalar Nabi maupun orang-orang Arab itu adalah “Penaklukan Persia”.

Urian singkat dalam kultum ini ditulis berdasarkan pada perspektif seorang mantan misionaris Kristen bernama Jamaal Zarabozo. Sebelum masuk Islam, Jamaal sangat ingin melihat ramalan seperti apa yang terkait dengan Al-Qur’an dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Tentu saja Jamaal sudah paham bahwa jika sbuah nubuat nabi tidak terjadi, maka Muhammad tidak bisa menjadi nabi Allah yang sejati. Ada sejumlah nubuatan seperti itu di dalam Al-Qur’an tetapi Jamaal hanya akan menyoroti salah satunya, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, fakta bahwa Al-Qur’an (dijanjikan) akan dilestarikan, sebegaimana firman Allah Subhanahu wata’ala, “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya” (QS. Al-Hijr, ayat 9).

Demikian pula dia juga telah paham sebelumnya bahwa Allah berjanji, meskipun Nabi memiliki banyak musuh yang ingin melihatnya mati, Allah akan melindungi Nabi Muhammad sampai misinya selesai. Dan memang benar. Nabi Muhammad tidak mati sampai misinya selesai, yang ditandai Allah Subhanahu wata’ala dengan menurunkan ayat 3 surat Al-Maidah. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ

عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ

Artinya:

Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu (QS. AL-Maidah, ayat 3).

Jamaal hanya menyoroti nubuatan yang satu ini karena berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang sama sekali di luar kendali manusia, yakni Nabi atau bangsa Arab. Jamaal mengatakan bahwa ada sebuah ayat dalam Al-Qur’an yang artinya terbaca, (1) Alif Lam Mim; (2) Bangsa Romawi telah dikalahkan; (3) di negeri yang terdekat dan mereka setelah kekalahannya itu akan menang; (4) dalam beberapa tahun (lagi), bagi Allah-lah urusan sebelum dan setelah (mereka menang), dan pada hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman; (5) Karena pertolongan Allah, Dia menolong siapa yang Dia kehendaki, Dia Maha Perkasa, Maha Penyayang (QS. Ar-Rum, ayat 1 – 5).

Menurut penelitian Jamaal, sebenarnya, bahkan setelah wahyu ini datang, Bizantium terus kalah dari Persia. Situasi menjadi sangat buruk sehingga kaisar Bizantium terpaksa memindahkan ibu kotanya dari Konstantinopel ke Tunis di Afrika Utara. Namun, Allah Subahanahu wata’ala telah menyatakan bahwa mereka akan menang dalam tiga sampai sembilan tahun.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *