Kultum 282: Percayalah kepada Putusan Allah

Percayalah kepada Putusan Allah
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 400x400

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Salah satu keyakinan yang sering disalahpahami tentang takdir adalah hubungan antara Pengetahuan dan Kemampuan Allah yang tak terbatas. Salah paham itu kadang muncul dan dipahami sehubungan dengan ‘perbuatan dan takdir manusia’. Padahal, di dalam rukun iman yang keenam, Islam adalah keyakinan pada keputusan ilahi. Hal itu berarti bahwa segala sesuatu yang baik atau buruk, kebahagiaan atau kesedihan, kesenangan atau penderitaan, semua itu berasal dari Allah.

Pengetahuan Allah adalah sempurna. Allah Subhanahu wata’ala tidak acuh terhadap dunia ini atau orang-orangnya. Dia Maha Bijaksana dan Pengasih, tetapi ini tidak seharusnya membuat kita menjadi fatalis, mengangkat tangan dan berkata, “apa gunanya kita berusaha?”

Pengetahuan Allah tidak mengkompromikan tanggung jawab manusia. Allah meminta pertanggungjawaban kita atas apa yang dapat kita lakukan dan apa yang ada dalam batas kemampuan kita. Sebaliknya, Allah tidak meminta pertanggungjawaban kita atas hal-hal yang tidak dapat kita lakukan.

Allah Maha Adil dan, karena itu Allah hanya memberi kita tanggung jawab yang terbatas; dan menghakimi kita sesuai dengan itu. Jadi kita harus berpikir, merencanakan, dan membuat pilihan yang tepat. Tetapi, jika terkadang ada hal-hal yang tidak berjalan seperti yang kita inginkan, kita tidak perlu kehilangan harapan atau depresi.

Kita harus berdoa dan memohon kepada Allah, dan mencoba lagi. Jika pada akhirnya kita masih tidak mencapai apa yang kita inginkan, kita harus tahu bahwa kita telah berusaha sebaik mungkin dan tidak bertanggung jawab atas hasilnya. Allah tahu apa yang akan dilakukan makhluk, karena Dia meliputi segala sesuatu dengan pengetahuan-Nya. Dia mengetahui semua yang ada, secara keseluruhan dan totalitas, berdasarkan pra-pengetahuan-Nya yang kekal. Dalam hal ini Allah berfirman,

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَخۡفٰى عَلَيۡهِ شَىۡءٌ

فِى الۡاَرۡضِ وَلَا فِى السَّمَآءِ

Artinya:

Bagi Allah tidak ada sesuatu pun (bagi-Nya) yang tersembunyi di bumi dan di langit (QS. Ali ‘Imran, ayat 5).

Dengan demikian, barangsiapa menolak hal ini, maka berarti dia mengingkari kesempurnaan Tuhan, karena lawan dari ilmu adalah kebodohan. Itu berarti Allah akan keliru dalam mengetahui sebelumnya tentang peristiwa-peristiwa di masa depan; Dia tidak akan lagi Maha Tahu.

Di samping itu, Allah telah mencatat segala sesuatu yang akan terjadi hingga Hari Pembalasan dalam kitab induk yang diabadikan di “Lauh al-Mahfuz”. Rentang hidup semua manusia ditulis dan jumlah rezeki mereka dibagi. Segala sesuatu yang diciptakan atau terjadi di alam semesta ini sesuai dengan apa yang tercatat di sana. Dalam hal ini Allah berfirman,

اَلَمْ تَعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ مَا فِى السَّمَاۤءِ

وَالْاَرْضِۗ اِنَّ ذٰلِكَ فِيْ كِتٰبٍۗ

اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌ

Artinya:

Tidakkah engkau tahu bahwa Allah mengetahui apa yang di langit dan di bumi? Sungguh, yang demikian itu sudah terdapat dalam sebuah Kitab (Lauh Mahfuzh), sesungguhnya yang demikian itu sangat mudah bagi Allah (QS. Al-Hajj, ayat 70).

Yang juga harus pahami adalah, Allah menghendaki apapun yang dikehendaki terjadi, dan apapun yang dikehendaki untuk tidak terjadi. Jadi, tidak ada yang terjadi di langit atau di bumi tanpa Kehendak Allah. Memang jika sampai pada poin demikian, kadangkala manusia sulit untuk menerima.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *