Akhirnya, kita harus mengimani bahwa Allah Subhanahu wata’ala adalah ‘Pencipta’ segala sesuatu. Dalam hal ini Allah berfirman,
ۨالَّذِيْ لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَلَمْ
يَتَّخِذْ وَلَدًا وَّلَمْ يَكُنْ لَّهٗ شَرِيْكٌ فِى الْمُلْكِ
وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهٗ تَقْدِيْرًا
Artinya:
Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tidak mempunyai anak, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(-Nya), dan Dia menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat (QS. Al-Furqan, ayat 2).
Berdasarkan poin-poin di atas, bisa disimpulkan bahwa di dalam doktrin Islam setiap tindakan manusia baik dalam kehidupan material maupun spiritual, semua telah ditentukan. Namun demikian, adalah tidak benar bahwa tindakan takdir itu buta, sewenang-wenang, dan tanpa henti. Singkatnya, semua diketahui, tetapi kebebasan juga diberikan.
Manusia bukanlah makhluk tak berdaya yang ditanggung oleh takdir, tapi manusia bertanggung jawab atas tindakannya. Setiap bangsa dan setiap individu yang lesu, yang malas untuk urusan-urusan kehidupan biasa, harus menyalahkan diri mereka sendiri, bukan menyalahkan Allah atas tindakannya. Sekali lagi, Allah tidak akan meminta tanggung jawab manusia atas sesuatu kecuali atas dasar kemampuannya (QS. Al-Baqarah, ayat 286). Dengan mengingat keputusan Allah berdasarkan semua poin di atas, maka hal itu akan memperkuat keimanan seseorang kepada Allah da semua takdir-Nya. InsyaAllah.
Semoga sedikit yang kita baca ini bermanfaat bagi kita semua, dan kalau sekiranya bisa bermanfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.
اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Sumber : Ahmad Idris Adh. —ooOoo—