Anies Kembali Sindir soal Ordal: Harus Dihentikan dari Puncak

Hajinews.co.id — Calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan kembali mengungkit terkait fenomena orang dalam (ordal) di Indonesia.

Fenomena ordal ini sempat dijadikan materi oleh Anies saat debat perdana calon presiden pada Selasa (12/12) lalu.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Menurut Anies, praktik ordal itu harus dihentikan dari puncaknya atau dari pemerintahan tertinggi.

“Harus dihentikan. Dan harus dihentikan dari mana? Dari puncak, kalau dari puncak berhenti mempraktikkan maka ke bawah mereka akan bilang negeri ini diatur memakai prestasi memakai meritokrasi,” ucap Anies di Bekasi, Jumat (15/12).

“Harus dihentikan. Dan harus dihentikan dari mana? Dari puncak, kalau dari puncak berhenti mempraktikkan maka ke bawah mereka akan bilang negeri ini diatur memakai prestasi memakai meritokrasi,” ucap Anies di Bekasi, Jumat (15/12).

Eks Gubernur DKI Jakarta itu menuturkan praktik ordal telah turun menurun terjadi di Indonesia. Untuk itu, harus dihilangkan.

“Yang puncak praktikkan ke ordal, maka yang ke bawah yang saya bilang pada debat wong yang di Jakarta saja tadi pakai ordal, apalagi kami,” tuturnya.

Anies menyindir bahwa fenomena dimulai dari hal kecil seperti menonton konser yang bisa didapat melalui ordal, pertandingan olahraga, atau pembentukan kesebelasan.

“Fenomena ordal ini ada di mana-mana. Jadi, artinya apa sih yang terjadi? Ordal membuat orang tak berprestasi, mendapatkan posisi karena koneksi,” kata dia.

Sebelumnya, dalam debat perdana capres, Anies menyebutkan bahwa sistem “orang dalam” di Indonesia sangat menyebalkan.

Saat itu, Anies menyanggah jawaban Prabowo tentang putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 90/PUU-XXI/2023 yang muluskan jalan Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden 2024.

“Ordal ini menyebalkan. Ikut tes ada ordalnya, mau jadi guru ordal, mau daftar sekolah ada ordal, mau dapat tiket untuk konser ada ordalnya. Ada ordal di mana mana, membuat meritokratik tak berjalan,” ucap Anies.

Menurut Anies, fenomena orang dalam itu membuat etika luntur. Alumnus Universitas Gadjah Mada itu menuturkan fenomena ordal itu bukan hanya di masyarakat.

“Tapi diproses yang paling puncak terjadi ada ordal, maka rakyat kebanyakan, dan ini saya rasakan,” kata dia.

Sumber

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *