Benarkah Anies-Muhaimin Pemimpin yang Tak Diharapkan Penguasa?

Anies-Muhaimin
Anies-Muhaimin
banner 400x400

“Hari ini kita membuktikan kepada semua bahwa usaha untuk menahan, usaha untuk menghambat, usaha untuk menjegal, usaha untuk melemahkan tidak berhasil menggagalkan ikhtiar kita,” jelas Anies Baswedan didampingi Muhaimin Iskandar selepas tuntas daftar ke KPU, Kamis (19/10/2023) lalu.

Malah Melesat

Survei Litbang Kompas terkait elektabilitas capres-cawapres.

Walau kentara tidak dihendaki, selepas itu, terutama pasca debat perdana Presiden, 12 Desember 2023 lalu, terjadi hal yang kiranya malah membuat kian bete mereka yang tak hendaki AMIN dari awal.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Terutama ketika hasil survei dari lembaga ternama kian teguhkan posisi nomor urut satu sebagai runner up di bawah paslon anak sulung Jokowi, Prabowo-Gibran.

Misalnya Litbang harian Kompas sebutkan Anies-Muhaimin 16,7% atau kedua di bawah Prabowo-Gibran 37,3% dan di atas Ganjar-Mahfud 15,3%. CSIS mencatat Anies-Muhaimin 26,1%, Prabowo-Gibran 43,7%, dan Ganjar-Mahfud 19,4%. Kemudian terakhir, LSI Denny JA mencatat pula Anies-Muhaimin 25,3%, Prabowo-Gibran 43,3%, serta Ganjar-Mahfud 22,9%.

Kisah Musa

Penulis sebagai alumni UIN, membaca kronologis kisah di atas tadi, langsung teringat kisah Nabi Musa AS. Sebelum lahirnya sudah tak dihendaki Firaun, akhirnya hidup karena belas kasihan sang istri, dan akhirnya malah Musa yang menumbangkan superioritas Firaun.

Dalam Islam, kisah soal pemimpin yang tak diharapkan penguasa ini bukan hal baru. Kisah Nabi Musa AS beserta Firaun diabadikan dalam Al-Quran hingga bisa dihayati kapanpun mau.

Kisah sejarah faktual itu terkait Nabi Musa AS bin Imron bin Qahat bin Lawi bin Ya’qub, seorang bayi laki-laki yang lahir di antara Bani Israil. Saat itu, masyarakat berada di bawah kepemimpinan Raja Firaun.

Nabi Musa memiliki ibu bernama Yukabad. Kelahiran bayi laki-laki dianggap petaka oleh Raja Firaun yang takut akan terancam kekuasaannya, sehingga dia memerintahkan pasukannya menelusuri kota mencari tahu bayi laki-laki yang akan lahir.

Yukabad dan Imron yang mengetahui hal tersebut memastikan Musa harus tetap selamat. Yukabad melahirkan di gua dengan tujuan tidak tertangkap dan dihabisi prajurit kerajaan. Sementara itu, Firaun merasa tenang karena tidak ada bayi laki-laki yang baru lahir, ia menganggap bahwa kekebalan yang dimilikinya sebagai Raja akan tetap abadi.

Sosok Raja Firaun sendiri kala itu dikenal sebagai pemimpin yang kejam dan zalim terhadap rakyatnya. Namun, kerajaannya sangatlah megah, segala materi-kuasa dunia dimilikinya, hingga membuat siapapun silau berebut ingin masuk ke dalamnya.

Setelah kelahirannya, Yukabad memutuskan Musa tetap tinggal di gua. Diketahui bahwa di situlah Yukabad mendapatkan ilham dari Allah SWT.

Nabi Musa tinggal di gua selama tiga bulan, hal itu membuat Yukabad merasa tidak tenang karena selalu merasa terancam dan khawatir akan keselamatan Musa.

Terdapat sebuah peti tahan air, Yukabad menempatkan Musa di wadah tersebut lalu dihanyutkan mengikuti aliran sungai Nil. Kemudian ibunda Nabi Musa tersebut memerintahkan kakak kandung Musa mengawasi peti agar tetap tertutup rapat dan terapung di permukaan sungai. Setelah dihanyutkan ke sungai, peti berisikan bayi Musa ditemukan putri Firaun.

Setelah itu, istri Firaun yang bernama Siti Aisyah memutuskan mengangkatnya sebagai anak. Hal itu membuat kakak Musa cemas setelah mengetahui bahwa adiknya ditemukan keluarga kerajaan, hingga kemungkinan akan dihabisi Firaun.

Awalnya, Firaun menolak niat Aisyah, karena dia takut akan ancaman kekuasaan yang dimilikinya dapat digoyahkan anak laki-laki yang baru lahir.

“Aku khawatir inilah bayi yang diramalkan, yang akan menjadi musuh dan penyebab kesedihan kami dan akan membinasakan kerajaan kami yang besar ini,” ujarnya.

Namun, Aisyah sudah terlanjur merasa iba dan jatuh hati dengan bayi Musa yang lucu dan menggemaskan. Ia berkata kepada Firaun untuk tidak membunuh Musa dan mengungkapkan rasa sayangnya kepada Musa.

Hal tersebutlah yang membuat Firaun akhirnya lunak. Musa diangkat sebagai anak seorang Raja Firaun.

Singkat cerita di ujungnya, Musa AS, si anak angkat Firaun, sosok yang tak diharapkan sang penguasa itu, dia pula yang mengakhiri seluruh kezaliman dan bahkan kegilaan sang raja yang anggap dirinya sebagai Tuhan yang Maha Tinggi. Firaun hendak membunuh Musa AS dan pengikutnya, tapi Laut Merah yang malah lalu menenggelamkannya selamanya.

Benarkah Anies-Muhaimin sosok pemimpin yang tak diharapkan penguasa? Hanya kesetaraan perlakuan dan KPU yang jujur adil yang akan mematahkan dugaan tersebut.

Lantas, apakah memang sejarah selalu berulang (l’histoire se répète)? Pilpres 2024, akankah terjadi l’histoire se répète? Kita jua yang akan jadi saksi bersamanya kelak.

Sumber: kumparan

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *