Kesehatan dan Ideologi Negara Kesejahteraan Sosial

Kesehatan dan Ideologi Negara
Zaenal Abidin, Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia, periode 2012-2015 )

Bila dilihat sejarahnya, pelayanan kesehatan adalah pelayanan sosial kemanusiaan. Karena itu dapat dikatakan menganut ideologi kesejahteraan sosial. Di antara ajaran Hippokrates misalnya: “Dokter tidak seharusnya bekerja untuk keuntungan pribadi, melainkan karena cinta pada manusia. Seorang dokter harus mengutamakan tindakan medis yang sederhana, ditunjang dengan yang teliti, dan intervensi bedah jika perlu.”

Masih tentang Hippokrates. Menurut Samsi Jacobalis, bila asas-asas etika medis yang diajarkan oleh Hippokrates kepada dokter (murid-muridnya) itu dirangkum maka dapat bagi menjadi enam butir: Pertama, berbuatlah yang baik (beneficence, Amar Ma’ruf). Kedua, jangan melakukan hal hal yang dapat mencederai atau merugikan pasien (nonmaleficence, Nahi Mungkar).

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Ketiga, hormati hidup manusia, jangan melakukan aborsi dan jangan memberikan racun kepada pasien untuk euthanasia atau bunuh diri. Keempat, sadari  keterbatasan diri. Jangan melakukan hal-hal di luar kemampuan. Serahkan pelaksanaan tindakan medis tertentu kepada mereka yang memang ahli dalam bidang itu. Kelima, berakhlak dan berbudi luhur. Keenam, jagalah kerahasiaan pasien.

Sumpah Hippokrates kemudian ditutup dengan kalimat, “Selama sumpah ini saya pandang suci dan selama sumpah ini tidak saya nodai, selama itu pulalah dan mudah-mudahan saya akan mengecap kenikmatan hidup seraya jabatan saya senantiasa sepenuhnya dihormati oleh semua orang. Tetapi apabila sumpah ini saya nodai, maka kebalikannyalah yang akan menjadi nasib saya.”

Lalu, bagaimana di Indonesia? Ternyata ajaran dan sumpah Hippokrates yang berisi tentang kemanusiaan diadopsi pula di Indonesia. Sumpah Dokter Indonesia misalnya, dimulai dengan, ”Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan kemanusiaan” kemudian diakhiri dengan kalimat, “Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan kehormatan diri saya.”

Bukan hanya sumpah dokter yang menunjukkan perhatian utama kepada kemanusiaan, namun profesi kesehatan lain pun demikian. Lafal sumpah Dokter Gigi (butir-1), “Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan, terutama dalam bidang kesehatan.” Lafal sumpah Apoteker (butir-1), “Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan, terutama dalam bidang kesehatan.”

Lafal sumpah Perawat (butir-1), “Saya akan membaktikan hidup saya untuk kepentingan kemanusiaan terutama dalam bidang kesehatan tanpa membeda-bedakan kesukuan, kebangsaan,

keagamaan, jenis kelamain, golongan, aliran politik, dan kedudukan sosial. Lafal sumpah Bidan (butir-1 dan 2), “Saya: Akan mengabdikan ilmu saya dengan jujur dan adil, sejalan dengan profesi kebidanan. Akan mengabdikan diri saya dalam pelayanan kebidanan dan kesehatan, tanpa membedakan agama, pangkat, suku dan bangsa.”

Lafal sumpah profesi kesehatan lain pun tidak jauh beda dengan sumpah kelima profesi di atas. Dan yang lebih menarik karena sebelum butir-butir sumpah diucapkan selalu diawali dengan kalimat persaksian kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Pencipta, “Demi Allah saya bersumpah/berjanji bahwa…”

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *