Zaman Edan, Bara Dalam Sekam

Zaman Edan
ilustrasi: Zaman Edan

Ditambah lagi dirangsang oleh kebijakan Kalimantan Timur mampu berdiri sebagai calon Ibu Kota negara. Kalau Kalimantan bisa, mengapa tidak di Sulawesi, Sumatra, Bali, NTT, Maluku, Papua, Aceh, dan lain lain…? Hal yang sempat terpikirkan oleh Bung Karno yang berpikir jauh dan hati-hati untuk melaksanakan gagasannya menunjuk Palangkaraya sebagai kota potensial pengganti Ibu Kota NKRI. Hal yang pernah disampaikan Cak Ruslan Abdulgani kepada saya.

Sekarang saja, IKN sudah menanam masalah berpotensi konflik sebagaimana ditegaskan Dr, Yusril Ihza Mahendra, ahli hukum, berkaitan dengan masalah status tanah yang masih membuka ruang debat kepemilikan. Disamping itu jaminan bahwa dengan hadirnya IKN masyarakat penduduk asli, suku Dayak, akan hidup lebih makmur, masih mereka ragukan. Karena yang sudah jelas terlihat di depan mata, IKN merupakan proyek pusat yang menjadi daerah potensial bagi para konglomerat lokal memperluas kerajaan bisnisnya. Di akhir cerita yang terbayang, penduduk asli lokal hanya akan menjadi penonton, tak lagi menjadi tuan, tapi menjadi kuli para tuan-tuan taipan pemilik modal dari Jakarta.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Nah, dengan masih banyaknya masalah, bukan hanya masalah IKN, sebaiknya Pak Jokowi mencurahkan waktunya untuk menyelesaikan semua ini sebelum masa tugasnya berakhir. Dari pada ‘cawe-cawe’ masalah pemilu-pilpres yang hanya membuat rakyat bingung dan menjadi kehilangan rasa hormat dan kepercayaan kepada Presidennya yang ‘semau gue’ mempermainkan hukum. Termasuk menggunakan hukum seagai senjata politik kekuasaannya. Antara lain melakukan tekanan psikologis ‘memenjarakan’ dalam ketakutan bagi para politisi dan para pimpinan partai bermasalah yang tidak tunduk, Yes and amen untuk mendukung ambisi politiknya, membangun dinasti Joko Widodo. Yah sangat manusiawi, siapa yang gak takut dan ngeri… pakai rompi warna oranye??

Nah, mengapa saya miris, serem, dan ngeri? Karena dalam amatan saya Pak Jokowi tengah bermain dengan api. Belakangan muncul dimana-mana suasana bara dalam sekam. Sudah terasa apinya memanasi bumi pertiwi. Sehingga bayangan konflik horisontal yang signifikan bakal terjadi, semakin menjelma. Semata karena Pak Jokowi langkah politiknya seperti selalu menantang. Tak takut dan tak peduli semakin menggelembungnya perlawanan terhadap dirinya dan pemerintah.

Weleh…piye to iki, sudah jaman semakin ‘edan’ mbok ya hati-hati. Bagaimana kalo tiba-tiba muncul kelompok yang sengaja ‘ngedan’? Secara masif mendesak pertanggungjawaban Pak Jokowi untuk langkahnya belakangan ini yang membuat rakyat menjadi ‘edan’ ? Terkesan semua lupa etika, moral, dan tujuan berbangsa dan bernegara. Karena Presiden tidak lagi menjadi presiden yang melindungi, menyatukan, memberi tuntunan, dan mengayomi seluruh rakyatnya. Karena terindikasi kuat, sekarang keberadaan diri Jokowi sebagai Presiden hanya untuk rakyat yang mau percaya buta terhadap seluruh langkah dan kebijakan politiknya!

Yah…akhirnya, walau banyak yang meragukan doa saya sudah gak bakal manjur, tapi saya tetap memilih mendoakan Pak Jokowi agar mau segera kembali ke jalan yang benar. Jalannya rakyat dan bangsa Indonesia sebagaimana tuntunan berikut tuntutan dan amanat para pendiri proklamator bangsa, Sukarno-Hatta dan kawan-kawan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *