Anies dan Kepemimpinan Profetik

Anies dan Kepemimpinan Profetik

Dalam terma populer dan kekinian, Tabligh dan Fathonah ini barangkali bisa disetarakan dengan azas Profesionalitas. Suatu kesatuan yang utuh, yang menunjukkan kapasitas keilmuan, keahlian dan pengalaman, serta sikap-sikap unggul (disiplin, tanggungjawab, taat aturan, dll) dalam memimpin dan dalam perilaku kepemimpinannya. Saya kira, jika orang-orang mau bersikap (sedikit) saja obyektif dan jujur, Anies memiliki kedua aspek ini. Tentu saja dengan tetap menempatkannya dalam posisi al insanu mahalul khata wa nisyan.

Integritas: Siddiq dan Amanah

Selain Tabligh dan Fathonah, kepemimpinan profetik, yakni model kepemimpinan sebagaimana yang dijalankan oleh Rasululllah Muhammad SAW juga membutuhkan kriteria Siddiq dan Amanah. Siddiq artinya benar. Amanah artinya terpercaya, tidak khianat.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Dalam konteks kepemimpinan kontemporer, Shidiq dan Amanah mewakili aspek kualitas kepatutan/kepantasan. Seorang pemimpin haruslah figur yang shidiq, benar. Benar sejak dalam pikiran, benar dalam perkataan, dan benar dalam perbuatan. 

Selain Shidiq para pemimpin juga haruslah merupakan figur-figur yang Amanah, terpercaya. Bukan figur yang potensial atau (malah) sudah terbukti pernah berkhianat. Mengkhianati mandat yang diberikan rakyat kepadanya, mengkhianati negara yang harus diurusnya, serta mengingkari janji-janji yang diucapkannya saat mereka meminta dukungan.

Dalam terma populer, Shidiq dan Amanah berangkali dapat disetarakan dengan integritas. Kesatuan karakter yang utuh, yang menunjukan konsistensi antara pikiran, ucapan dan perbuatan berbasis hukum positif dan etika yang benar dalam memimpin dan dalam perilaku kepemimpinannya.

Lagi-lagi, jika orang-orang mau bersikap (sedikit) saja obyektif dan jujur, Anies juga memiliki kedua aspek kualitas ini. Rekam jejaknya dengan mudah bisa ditelusuri, baik saat ia memimpin DKI Jakarta dan Kementerian Pendidikan, maupun sebelum masuk ke dalam lingkungan politik dan birokrasi pemerintahan. Sebagai intelektual, ia juga diakui bahkan oleh masyarakat internasional sebagai cendekiawan par excellent.  Tentu saja dengan tetap menempatkannya dalam posisi al insanu mahalul khata wa nisyan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *