Reformasi Jilid 2, Mungkinkah?

Reformasi Jilid 2
Foto: Mahasiswa Demo/ist

Kita tidak tahu pasti. Yang jelas, kampus adalah hati nurani masyarakat. Kalau para guru besar kampus sudah turun gunung, itu artinya hati nurani mereka sudah terkoyak. Indonesia tidak sedang baik-baik saja.

Di pihak lain, ibarat nasi sudah menjadi bubur. Jokowi sudah terlanjur tidak netral. Jokowi mendukung Prabowo Subianto, calon presiden yang berpasangan dengan calon wakil presiden Gibran Rakabuming Raka yang tak lain adalah anak sulungnya. Jadi, nyaris mustahil Jokowi akan belok arah menjadi netral. No way to return.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Apakah kemudian akan terjadi benturan? Kita tidak tahu pasti. Yang jelas, pemilu tinggal 10 hari lagi. Kalau terjadi benturan, pemilu bisa gagal. Seluruh bangsa ini yang jadi korban.

Jadi, hendaknya Jokowi dan mahasiswa sama-sama menahan diri. Masih ada waktu bagi Jokowi untuk menghentikan keberpihakannya kepada Prabowo-Gibran dan kemudian kembali bersikap netral. Juga berhenti mengerahkan segala sumber daya negara.

Jika itu terjadi, maka mahasiswa pun pasti akan menghentikan pergerakannya.

Mahasiswa juga cinta rakyat, bahkan jauh lebih cinta daripada elite politik. Mereka bergerak karena melihat rakyat terzalimi dengan sikap Jokowi.

Apalagi yang didukung Jokowi adalah Prabowo yang selalu dikaitkan dengan kasus penculikan mahasiswa dan aktivis demokrasi tahun 1997-1998, termasuk Wiji Thukul.

Pun, Gibran yang tak lain adalah anak kandungnya sendiri yang dikonotosikan Jokowi sedang membangun dinasti.

Alhasil, Jokowi berhentilah berpihak.

Berhentilah mengarahkan segala sumber daya negara untuk kepentingan calon tertentu.

Anda adalah seorang Presiden yang juga kepala negara yang semestinya berbuat adil dan mengayomi semua. Jangan tantang mahasiswa untuk melancarkan Reformasi Jilid 2.

Apalah artinya anak Anda menjadi wakil presiden kalau ternyata dia dan Anda tidak dicintai rakyat.

Tetaplah menjadi Jokowi yang bersahaja seperti dulu, sehingga tetap dicintai rakyat.

Ojo dumeh. Jangan mentang-mentang sedang berkuasa lalu berbuat sekehendaknya. Ojo aji mumpung. Ngono ya ngono, nanging ojo ngono. Demikianlah!

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *