Dahsyat, Makna di Balik Quotes Anies pada Debat Terakhir

Quotes Anies pada Debat Terakhir
Anies baswedan
banner 400x400

Oleh: H. Agus Sutisna, Dosen dan Peneliti FISIP Universitas Muhammadiyah Tangerang, Founder Yayasan Podiumm Pesantren Nurul Madany Cipanas Lebak

Hajinews.co.id – Dalam debat Pilpres pamungkas minggu malam kemarin, selain membuka paparan dengan suatu isyarat perubahan, Anies Baswedan juga menggunakan beberapa kutipan (quotes) dalam narasi pembuka dan closing statement-nya. Kutipan-kutipan itu tentu digunakan Anies bukan sekedar pemanis, melainkan pastinya dengan tujuan tertentu.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Dari perspektif semiotika dan kontekstualitas, setidaknya ada 3 (tiga) tujuan yang bisa dibaca dari penggunaan kutipan-kutipan tersebut.

Pertama, untuk menggambarkan fenomena yang terjadi dengan bobot artikulasi yang tinggi. Kedua, untuk memberikan penekanan pentingnya suatu fenomena mendapat perhatian publik. Ketiga, dimaksudkan sebagai isyarat komitmen kuat bagaimana suatu fenomena direspon dan disikapi.   

Saya mencatat, sedikitnya 4 (empat) kutipan menarik yang digunakan Anies. Yakni satu pepetah Jawa dan Sunda pada narasi penyampaian visi-misi, kemudian satu pepatah Jawa dan satu ayat Al Quran, Surat Ali Imron ayat 26 pada narasi closing statement.

It’s time for change 

Pada sesi pembuka, sesi pemaparan visi-misi, Anies mengawali dengan gerak tangan kanan menunjuk jam di lingkar lengan kirinya lalu memutar kedua belah telapak tanggannya. Secara semiotik ini adalah isyarat perubahan, tagline yang diusung Paslon AMIN sejak awal.

Selain memuat pesan “waktunya perubahan”, its time for change secara umum, melalui bahasa isyarat itu Anies juga bermaksud mengirim pesan perihal pentingnya mengudah cara pandang terhadap kelompok disabilitas. Seperti diungkapkannya dalam acara Desak Anies di Semarang, “Kita juga ingin mengirimkan pesan, sudah saatnya kita berubah dalam memandang teman-teman disabilitas.” (Kompas.Com, 5/2).

Salah satu bentuk perubahan cara pandang itu adalah dengan melihat disabilitas itu bukan sebagai kelompok masyarakat yang membutuhkan charity, bantuan amal. Melainkan sebagai kelompok masyarakat yang hak asasinya harus dipenuhi oleh negara.” 

Sopo Wani Rekoso, Bakal Gayuh Mulyo 

Selanjutnya, masih pada sesi pemaparan visi-misi, Anies mengutip sebuah pepatah Jawa, “Sopo Wani Rekoso, Bakal Gayuh Mulyo”. Siapa saja yang bersungguh-sungguh dalam usahanya pasti akan meraih kemuliaan.

Kutipan tersebut diungkapkan Anies setelah membeberkan berbagai fenomena ketimpangan dan ketidakdilan dalam masyarakat. Suatu kondisi yang mengakibatkan penyempitan kesempatan bagi sebagian besar warga, sementara sebaliknya, memberikan perluasan kesempatan bagi sebagian kecil orang. 

Jadi, dari sisi kontekstualitas fenomena yang berlangsung, pepatah itu merupakan pesan agar ketimpangan diakhiri, ketidakadilan disudahi, dan kesetaraan kesempatan dibuka seluas-luasnya bagi seluruh rakyat. Karena meski pepatah itu mendalilkan “sopo wani rekso, bakal gayuh mulyo”, jika kesempatannya tidak ada maka menjadi percuma, hanya akan melahirkan frustasi sosial di dalam masyarakat.

Ngadek Sacekna, Nilas Saplasna

Masih dalam satu nafas pesan pembuka, Anies kemudian mengutip pepatah Sunda “Ngadek Sacekna Nilas Saplasna.” Frasa ini merupakan pepeling agar setiap manusia menjaga konsistensi antara ucapan dan perbuatan, menjunjung tinggi kejujuran dan kearifan dalam laku lampah hidupnya.

Pepeling itu diungkapkan Anies masih dalam konteks fenomena ketimpangan dan ketidakadilan dalam masyarakat. Terhadap situasi ini Anies berkomitmen, “…ketika kami menjalankan amanat, maka kami akan memegang prinsip Ngadek Sacekna Nilas Saplasna, konsistensi ucapan dan perbuatan, menjunjung kejujuran dan kearifan. Ini komitmen kami, fokus pada pembangunan manusia Indonesia, menghadirkan kesetaraan, menghadirkan keadilan.”

Dari sisi semiotika dan konteks fenomenologis dimana Anies menggunakan pepatah itu, bisa dimaknai bahwa selama ini para pemegang amanat kepemimpinan bertingkah inkonsisten, jauh dari integritas. Khususnya ketika bicara soal kesetaraan dan keadilan dalam masyarakat. 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *