Dahsyat, Makna di Balik Quotes Anies pada Debat Terakhir

Quotes Anies pada Debat Terakhir
Anies baswedan
banner 400x400

Pagi kedelai, sore tempe. Berbusa-busa bicara soal kesetaraan, yang marak justru pemberian konsesi dan kemudahan-kemudahan fasilitatif pada segelintir oligarkh sambil merawat kemiskinan rakyat dengan Bansos dan bentuk-bentuk charity lainnya. Pagi kedelai sore tempe. Kemarin bicara fulan, hari ini ngomong fulin. Inkonsistensi akut.

Quran Surat Ali Imran, Ayat 26

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Pada bagian closing statement, Anies mengutip Al Quran, “Qulillāhumma mālikal-mulki tu’til-mulka man tasyā’u wa tanzi’ul-mulka mim man tasyā’u….” Artinya: “Katakanlah (Muhammad), Wahai Allah, Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki…”

Penggalan ayat ke-25 Surat Ali Imran itu dibacakan Anies setelah menggambarkan fenomena menderasnya arus keinginan dan semangat perubahan dalam masyarakat. Masyarakat ingin Indonesia yang lebih baik, Indonesia yang lebih adil. Dan ini sejalan dengan pesan Tuhan yang menghendaki kekuasaan yang welas asih, yang cinta kasih.

Jika dibaca relasi kontekstualitas antara penggalan ayat Al Quran dan fenomena yang digambarkannya, Anies ingin menyampaikan pesan, bahwa selama ini kekuasaan belum bisa menghadirkan keadilan dan membuat negeri ini dalam kondisi baik. Kekuasaan serupa ini harus disudahi. 

Dan Anies yakin, sangatlah mudah bagi Tuhan untuk menyudahi kekuasaan serupa ini dengan mencabutnya dari siapapun yang dikehendaki-Nya, dan memberikan kepada siapapun yang dikehendaki-Nya.

Suro Diro Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti

Menjelang akhir narasi penutupnya, Anies kemudian mengutip pepatah Jawa, “Suro Diro Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti”. Bahwa segala hal angkara murka akan kalah oleh kebaikan.

Pepatah itu dikemukakan Anies masih dalam rangkaian penggambaran kekuasaan yang membiarkan ketimpangan dan ketidakadilan. Bahkan dirinya melihat ada kelompok yang menolak semangat perubahan, semangat menghadirkan keadilan. Mereka hidup dari ketimpangan, merasakan nikmatnya kekuasaan justru dari ketimpangan ini.

Terhadap fakta-fakta fenomenologis itu, Anies berjanji dan bertekad akan melawannya. Tetapi tidak dengan kebencian, tidak dengan ketidaksukaan. Melainkan dengan spirit “Suro Diro Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti”. Bahwa segala hal angkara murka akan kalah oleh kebaikan.

Melalui ungkapan pepatah Jawa itu, Anies nampaknya juga sekaligus ingin menyampaikan “pesan tambahan”, sebuah satire perihal kecenderungan kekuasaan yang selama ini lebih mengedepankan aura kebencian dan watak ketidaksukaan terhadap pihak-pihak yang berusaha kritis dalam menyikapi berbagai persoalan yang dihadapi bangsa ini. Wallahu’alam.  

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *