Arus Balik Politik Kaum Muda

Arus Balik Politik Kaum Muda
Raihan Ariatama
banner 400x400

Setidaknya ada tiga kondisi yang menghambat kaum muda di dunia politik. Pertama, biaya politik yang sangat mahal (high cost politics) sehingga dunia politik menjadi eksklusif bagi kalangan ekonomi tertentu. Kedua, citra politik di publik yang cenderung negatif membuat kaum muda enggan terlibat di dalamnya. Ketiga, batasan minimal umur untuk menempati jabatan politik yang tidak ramah kaum muda seperti batas minimal umur anggota legislatif di semua tingkatan, kepala daerah, serta presiden dan wakil presiden. Padahal, ketika memiliki hak untuk memilih pejabat publik (elected official), seseorang seharusnya memiliki hak untuk dipilih sebagai pejabat publik.

Hambatan-hambatan politik tersebut mengakibatkan regenerasi politik di Indonesia tersendat. Menurut Economist Intelligence Unit Democracy Index 2022, rata-rata usia anggota parlemen di Indonesia adalah 51,6 tahun dan menempatkan Indonesia di urutan ke-101 dari 147 negara dalam regenerasi politik. Kondisi ini sangatlah memprihatinkan, mengingat kaum muda senantiasa menjadi tonggak perjalanan bangsa Indonesia.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Arus Balik

Benedict Anderson dalam Revoloesi Pemoeda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944–1946 (2018) menempatkan kaum muda sebagai kelompok generasi yang sangat menentukan dalam perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia di masa awal revolusi. Jauh sebelum itu, kaum muda terlibat dalam momen politik penting pergerakan dan persatuan nasional, mulai angkatan 1908 hingga angkatan 1928 yang mencetuskan Sumpah Pemuda. Bahkan, kaum muda proaktif dalam mengisi tahun-tahun setelah kemerdekaan hingga hari ini.

Berdasar babakan sejarah di atas, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa genetika kaum muda Indonesia adalah melek politik. Sayangnya, dalam beberapa dekade terakhir, politik Indonesia memunggungi kaum muda sehingga genetika politik ini perlahan memudar. Karena itu, dengan demografi politik yang besar, Pemilu 2024 menjadi satu babakan politik penting bagi kaum muda untuk melakukan arus balik politik; dari sekadar etalase menjadi aktor politik utama. Dalam Pemilu 2024, kaum muda harus betul-betul menjadi penentu dan pemegang narasi utama politik Indonesia dengan memilih pemimpin di semua tingkatan yang mampu menjawab persoalan-persoalan kaum muda dan mengurai hambatan-hambatan politik yang selama ini menjauhkan kaum muda dari politik. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *