Hikmah Pagi: Keberkahan Bagi Anak yang Berbakti

Keberkahan Bagi Anak yang Berbakti
Keberkahan Bagi Anak yang Berbakti
banner 400x400

Hajinews.co.id – Kisah ini menunjukkan keberkahan seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya.

Dalam Al-Qur’an, Allah memerintahkan manusia untuk berbakti kepada orang tuanya. “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak” (QS al-Isra: 23).

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Bahkan, ayat yang sama juga mengecam tindakan seorang anak yang mungkin terkesan sepele, tetapi bisa dahsyat melukai hati kedua orang tua. Perbuatan yang dimaksud ialah mengucapkan sepatah kata “ah” atau membentak ayah-bunda. “Ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik,” demikian pesan ayat tersebut.

Ketika ayah dan ibu telah (semakin) menua, itulah justru momen berharga bagi si anak. Inilah saat-saat pembuktian bakti.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina.”

Para sahabat yang mendengarnya pun bertanya, “Siapakah yang engkau maksud, wahai Rasulullah?”

Beliau menjawab, “(Sungguh hina) seorang yang mendapati kedua orang tuanya masih hidup atau salah satu dari keduanya telah tua, tetapi justru hal itu tidak membawanya masuk surga.” (HR Muslim).

(Sungguh hina) seorang yang mendapati kedua orang tuanya masih hidup atau salah satu dari keduanya telah tua, tetapi justru hal itu tidak membawanya masuk surga.

Nabi Muhammad SAW

Berikut adalah kisah keberkahan yang didapat oleh sosok yang berbakti pada orang tua. Pada zaman Bani Israil, hiduplah satu keluarga yang miskin. Mereka terdiri atas seorang ayah dengan empat orang anak.

Bapak tersebut sudah berusia renta dan kepayahan menjalani hari-hari. Hanya satu dari keempat putranya yang bersedia merawatnya. Sebut saja anak itu bernama Abdullah.

“Kalian tidak mau merawat ayah karena tidak akan mendapatkan warisan sepeninggalannya nanti. Biarlah aku yang merawatnya,” ujar Abdullah.

Maka setiap hari anak tersebut melayani bapaknya. Dengan lembut dan santun, ia mengurus segala keperluan sang ayah. Hingga akhirnya, ayahnya itu wafat tanpa meninggalkan warisan harta sedikit pun.

Abdullah kemudian memandikan, menshalatkan, serta menguburkan jenazah bapaknya. Sesudah itu, ia pun kembali ke rumahnya.

Pada malam hari, Abdullah bermimpi didatangi seseorang yang berpenampilan miskin, tetapi berlagak sombong. Orang aneh itu berkata kepadanya, “Datanglah ke tempat ini, lalu galilah tanah di sana. Niscaya akan engkau temukan uang 100 dinar. Ambil saja!”

“Apakah ada keberkahan dari uang tersebut?” tanya Abdullah.

“Tidak!” jawab si pria sebelum melesat pergi.

Keesokan paginya, Abdullah menuturkan mimpinya itu kepada istrinya. Perempuan tersebut menyarankannya untuk pergi ke tempat yang dimaksud. Kalau benar ada uang 100 dinar di sana, ambil lalu belanjakan untuk keperluan sehari-hari. Namun, Abdullah enggan melakukannya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *