Kultum 358: Supaya Dicintai Allah

Supaya Dicintai Allah
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 400x400

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Memang kita tidak dapat mengetahui dengan pasti, apakah Allah Subhanhu wata’ala  mencintai seseorang atau tidak karena hal ini termasuk dalam masalah ghaib. Kita hanya bergantung pada tanda-tanda dari atau ayat Allah untuk mengukur apakah kita termasuk di antara orang-orang yang Dia cintai. Jadi, bagaimana kita tahu jika Allah Subhanhau wata’ala mencintai kita?

Ini adalah pertanyaan umum di antara mereka yang mencari keridhaan Allah Subhanahu wata’ala dalam usaha mencapai pintu masuk Jannah. Yang jelas, tidak ada cara pasti yang bisa kita gunakan untuk mengetahui apakah Allah Subhanhau wata’ala mencintai seorang hamba, karena, sekali lagi, hal itu termasuk dalam masalah ghaib.

Jika kita mendapati diri kita terus-menerus menyebut Allah dalam pikiran dan tindakan kita, ini bisa jadi sebuah pertanda. Dalam sebuah Hadits Qudsi, Allah Subhanhau wata’ala berfirman, “jika hambaku menyebutku pada dirinya sendiri, aku menyebut dia untuk diriku sendiri”. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan seperti yang diajarkan oleh Nabi kita tercinta Shallalahu ‘alaihi wasallam, berupa mengucap kata-kata dzikir.

Dan, ketahuilah bahwa Al-Qur’an adalah ucapan langsung dari Allah Subhanahu wata’ala dan setiap kali kita membaca, kita membaca kata-kata Allah. Allah Subhanahu wata’ala akan memudahkan kita untuk membaca, menghafal dan mengamalkan kitab-Nya dengan tulus ketika Dia mencintai kita. Yakni jika kita memiliki cinta yang tulus untuk orang-orang yang dicintai Allah Subhanahu wata’ala, misalnya para anbiyaa, para syuhadaa, dan orang-orang saleh dari hamba-hamba-Nya. Membaca biografi orang-orang yang cinta Allah Subhanahu wata’ala, misalnya Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad ‘alaihimu wasalam juga akan menumbuhkan hal ini. Rasulullah bersabda, “seseorang akan bersama orang-orang yang dia cintai ini besok di akhirat”. Jadi, kita harus menjadi orang paham akan hal ini.

Perlu kita pahami bahwa Allah Subhanahau wata’ala akan memudahkan bagi kita melakukan ibadah yang biasanya tidak dilakukan oleh kebanyakan orang. Intinya, kita menuai lebih banyak pahala dan sekaligus memperbaiki kondisi jiwa kita untuk keridhaan Rabb kita. Allah Subhanahu wata’ala memberi kita dahaga yang tak terpuaskan untuk lebih banyak ibadah dengan niat tulus dengan harapan dan rasa takut kepada-Nya.

Jadi, jika kita harus mengoreksi diri kita sendiri terus-menerus sebagai hamba Allah Subhanahu wata’ala di dunia ini agar dapat mencapai ampunan Allah untuk akhirat. Artinya, kita memperhitungkan diri kita sendiri atas perbuatan buruk kita sebelum hari perhitungan tiba. Adalah demi kepentingan kita agar tidak seperti orang-orang yang telah Allah jelaskan dalam firman-Nya, “dan syetan memperindah bagi mereka perbuatan jahat mereka – – – “ (QS. An-Nahl, ayat 63),

تَاللّٰهِ لَـقَدۡ اَرۡسَلۡنَاۤ اِلٰٓى اُمَمٍ مِّنۡ قَبۡلِكَ

فَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيۡطٰنُ اَعۡمَالَهُمۡ فَهُوَ

وَلِيُّهُمُ الۡيَوۡمَ وَلَهُمۡ عَذَابٌ اَلِيۡمٌ

Artinya:

Demi Allah, sungguh Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat sebelum engkau (Muhammad), tetapi syetan menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan mereka (yang buruk), sehingga dia (syetan) menjadi pemimpin mereka pada hari ini dan mereka akan mendapat azab yang sangat pedih (QS. An-Nahl, ayat 63).

Dalam berbagai tafsir dijelaskan bahwa kaum kafir Mekah bukanlah umat pertama yang berbuat demikian (menganggap baik perbuatan buruk mereka). Sungguh Allah telah mengutus para rasul, seperti Hud, Salih, Musa, dan Isa kepada umat-umat mereka sebelum Kami mengutus Nabi Muhammad, kepada kita semua. Meski kaum-kaum itu mendapat dakwah dari para rasul, tetapi syetan menjadikan perbuatan buruk mereka terasa indah dan baik bagi mereka, seperti yang banyak umat Muhammad juga lakukan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *