Kultum 377: Takut Puasa dan Amal Shalih Tidak Diterima

Takut Puasa dan Amal Shalih Tidak Diterima
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 400x400

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Ketika Ramadan mencapai ujungnya, yakni hari-hari terakhirnya, hari-hari inilah kaum Muslimin banyak yang gundah. Di satu sisi, kaum Musllimin dianjurkan untuk memperbanyak dan mengintensifkan berbagai amalan di 10 hari terakhir. Di sisi lain, mereka banyak yang bersedih karena bulan yang dicintiai ini segera berakhir.

Ternyata demikian juga yang terjadi pada para sahabat di masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka membicarakan tentang kegundahan mereka, bagaimana agar amalan mereka bisa diterima Allah Subahanahu wata’ala. Menurut Ustadz Budi Ashari, Nabi Slalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat, dan generasi Salafus Shalih ternyata berpikir demikian.

Abdul Aziz bin Abi Rawad, seorang ahli ilmu mengatakan, “Generasi terbaik dahulu, mereka bersungguh-sungguh dalam melakukan kebaikan, tapi ketika sudah melakukan kebaikan, mereka digelayuti oleh kegundahan apakah amalnya diterima atau tidak diterima”. Tentu saja mereka juga gundah dan gelisah terhadap amal yang telah dilakukan selama Ramadan, apakah bisa diterima atau ditolak oleh Allah Subhanahu wata’ala”.

Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas’ud ketika sudah malam Iedul Fithri, apa yang ada di benak dan diucapkan. Mereka berdua mengatakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berteriak di dalam masjid. Beliau bersabda, “Siapakah yang akan diterima ibadahnya di antara kita, kita ucapkan selamat pada dia, dan siapa yang ibadahnya ditolak kita ucapkan belasungkawa kepada dia”.

Mereka juga mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan, “Orang yang ketakutan amalnya tidak diterima merupakan golongan orang yang berlomba dan tulus dalam melakukan kebaikan”. Bahkan di dalam riwayat At-Tirmidzi, Aisyah Radhiyallahu anha bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tentang tafsir ayat dalam surah Al-Mu’minun,

وَالَّذِيْنَ يُؤْتُوْنَ مَآ اٰتَوْا وَّقُلُوْبُهُمْ

وَجِلَةٌ اَنَّهُمْ اِلٰى رَبِّهِمْ رٰجِعُوْنَ ۙ

Artinya:

Dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya (QS. Al-Mu’minun, ayat 60).

Tentang ayat ini, Aisyah bertanya, “Wahai Rasulullah, orang-orang yang memberikan sesuatu yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut; apakah mereka itu orang yang mencuri, berzina, minum khamr, kemudian mereka takut kepada Allah?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Tidak, wahai putri Abu Bakar. Mereka adalah orang yang shalat, berpuasa, bersedekah, namun mereka takut amal mereka tidak diterima” (Hr. Ahmad; Al-Hakim; dan Al-Baihaqi).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *