Demo di Bundaran UGM: Kampus Jangan Hanya Diam, Rektor UGM Kemana?

Demo di Bundaran UGM
Demo di Bundaran UGM
banner 400x400

Hajinews.co.idBerbarengan dengan peringatan Serangan umum 1 Maret, pada Jumat (1 Maret), sejumlah masyarakat berkumpul di Bundaran UGM.

Mereka menamakan diri kelompok Dewe Yoben (sendiri tidak mengapa) dan mereka mencari enam rektor dan enam ketua BEM di Yogyakarta yang berani mendukung demokrasi pada pemilu presiden yang dimulai dengan pelanggaran konstitusi, Kerusakan demokrasi dan tercederainya semangat reformasi anti-KKN .

Bacaan Lainnya
banner 400x400

“Kampus masih diam (dengan kondisi saat ini). Di sini kami mencari enam rektor pemberani sesuai enam jam di Yogyakarta (Peristiwa 6 jam di Yogya dalam Serangan Umum 1 Maret),” kata Koordinator Aksi Hendri Gundul ditemui di lokasi.

Pantauan kumparan, massa aksi juga membentangkan spanduk bertuliskan “Kampus Jangan Diam Rektor UGM Mana?”. Ada pula spanduk “6 Jam di Jogja Cari Rektor Pemberani”.

Selain itu ada pula aksi pantomim dengan tema “Surat cinta buat penguasa (dari si bisu buat si dungu)”.

Hendri mengatakan ini adalah aksi keprihatinan. Bundaran UGM dipilih karena lokasi ini adalah tempat dimulainya reformasi pada 1998 silam.

“Dulu reformasi berasal dari sini di Bundaran ini, tapi hari ini juga pemerintah itu notabene lahir dari UGM tapi hari ini pula negara ini yang rusak kita tahu orang-orang dari mana,” katanya.

“Dan di sini lah, kampus ini sekarang ini (UGM) bisu, tidak bersuara sama sekali. Kita lihat dari proses-proses MK dari proses-proses apa pun bisu, mana, sehingga kita mencari enam rektor pemberani, enam BEM pemberani untuk menyuarakan suara rakyat,” ujarnya.

Dia mengatakan kampus khususnya UGM merupakan sumber intelektualitas kini seperti sariawan.

“Tapi hari ini (kampus) sariawan, enggak ada suaranya. Sehingga sehingga masyarakat berteriak apa pun tidak bisa hanya si bisu lah yang menyuarakan ini kepada penguasa,” jelasnya.

Melalui aksi pantomim ini diharapkan suara rakyat bisa didengar penguasa, termasuk UGM.

“Dengan si bisu yang seorang diri ini mungkin mereka akan dengar dan juga kita lihat mungkin di sini di UGM ini rektor UGM akan dengar dan mungkin dia akan bersuara mengajak semua civitas academica untuk memulai gerakan ini, untuk menyuarakan supaya negeri ini kembali, jangan sampai negeri ini menjadi rusak,” katanya.

Sumber: kumparan

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *