Adapun tentang bagaimana keduanya akan memberikan syafa’at, maka perlu kita lihat kembali bagaimana keduanya mohon ijin kepada Allah. Perhatikan bahwa keduanya memohon kepada Allah dengan mengucapkan فَشَفِّعنِيْ فِيهِ yang artinya kurang lebih adalah “Maka ijinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya”.
Jadi dalam hal ini, mereka, puasa dan Al-Qur’an memberikan syafa’atnya atas ijin Allah satu-satunya pemilik syafa’at di hari kiyamat nanti. Puasa dan Al-Qur’an serta semua makhluk lainnya tidak ada yang bisa memberi syafa’at. Tetapi mereka diberikan ijin oleh Allah untuk memberikan syafa’at.
Atas dasar itu pula, kita hanya boleh dan hanya bisa meminta syafa’at kepada Allah Subhanahu wata’ala saja. Tidak boleh meminta kepada makhluknya, dengan mengatakan misalnya, “Wahai Nabi, aku mohon syafa’at-mu”. Tetapi sebaliknya, kita seharusnya minta dengan mengatakan, “Yaa Allah, aku memohon syafa’at Nabi-Mu”.
Dengan redaksi permohonan demikian, itu artinya kita paham bahwa syafa’at itu hanya milik Allah dan datangnya hanya dari Allah. Inilah yang juga sering kita dengar atau baca manakala kita membaca surat Yasin, Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ
Artinya:
Tidak ada yang memberikan syafa’at disisi Allah kecuali dengan izin-Nya (QS. al-Baqarah, ayat 255). Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung dan mendapatkan syafa’at atas ijin Allah serta dapat memberikan syafa’at kepada orang lain. Aamiin.
Semoga sedikit yang kita baca ini menjadi pengingat bagi kita semua, dan kalau sekiranya bisa bermanfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.
اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Sumber : Ahmad Idris Adh. —ooOoo—
