Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Pembaca yang dirahmati Allah,
Hajinews.co.id – Satu pertanyaan umum yang juga sering muncul sehubungan dengan bulan Ramadan adalah, “Jika di bulan Ramadan itu syetan dibelenggu atau dirantai, mengapa masih banyak manusia yang berbuat dosa?” Ini adalah pertanyaan yang sangat umum yang muncul di benak sebagian besar umat Islam dan bahkan non-Muslim. Pertanyaan ini didasarkan pada hadits,
إِذَا كَانَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ
الرَّحْمَةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ
وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ
Artinya:
Jika masuk bulan Ramadan, pintu-pintu rahmat dibuka, pintu-pintu Jahannam ditutup dan setan-setan pun diikat dengan rantai (HR. Bukhari no. 3277 dan Muslim no. 1079).
Ketika kita membaca hadits ini, kita dapati dengan jelas disebutkan bahwa di bulan Ramadan syetan-syetan akan dirantai. Maka menjadi pertanyaan yang logis, “jika syetan-syetan memang dirantai, lalu mengapa manusia masih banyak yang melakukan dosa”. Untuk membuat orang mengerti hadits ini, mereka harus menyadari bahwa ketika syetan dirantai itu tidak berarti syetan telah dibunuh.
Secara amsal (amtsal atau perumpamaan), mereka belum hadir tetapi mereka sedang dirantai, dan mereka tidak dibunuh. Jadi, kekuatannya masih ada tetapi berkurang, untuk pemahaman yang lebih baik mari kita ambil contoh bahwa ketika ada singa atau harimau yang bebas, kemungkinan besar dia akan membunuh kita. Hidup kita dalam bahaya tetapi saat harimau atau singa itu dirantai kita aman selama kita menjaga jarak aman.
Jika kita terlalu dekat dengannya ada kemungkinan kita bisa dibunuh. Jadi selama kita menjaga jarak dari harimau yang dirantai, kita aman. Demikian pula di bulan Ramadan jika kita menjaga jarak aman dari syetan, maka kita akan terselamatkan dan jika kita baca di dalam Al-Qur’an Allah berfirman,
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلٰلًا
طَيِّبًا ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ
اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
Artinya:
Wahai manusia, makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu (QS. Al-Baqarah, ayat 168).
Di banyak surat dan ayat, Allah Subhanahu wata’ala berfirman agar kita berhati-hati terhadap langkah syetan. Allah tidak mengatakan hati-hati dengan syetan. Karena Muslim yang memiliki akidah yang tingkat normal, ketika melihat syetan di hadapannya dia akan berhati-hati. Misalnya ada seorang Muslim biasa-biasa yang memiliki iman yang juga biasa-biasa, jika ada seorang gadis muda mengatakan kepadanya untuk menghabiskan malam bersama.