Faizal Assegaf: Muhammadiyah dan NU Bertopeng Agama dan Prakteknya Liberalisme – Sekularisme Demi Materialisme

Faizal Assegaf
banner 400x400

Hajinews.co.idKritikus Faizal Assegaf kembali mengutarakan kritiknya terhadap situasi Indonesia saat ini.

Ia mengatakan, istilah “pribumi” sudah tidak relevan lagi dalam konteks kebangsaan di era globalisasi.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

“Kaum muslim jauh lebih berpikir maju mengusung identitas Islam sebagai ajaran, perekat sekaligus solidaritas menembus batas-batas sekat etnis, kelompok, suku dll,” kata Faizal Assegaf, dalam akun X, Selasa, (12/3/2024).

Pegiat media sosial ini menyatakan, Al Qur’an adalah solusi dan rujukan mutlak, dengan memposisikan kepemimpinan Baginda Rasul Muhammad SAW sebagai pedoman hidup. Dalam kesadaran dan prinsip tersebut, semua identitas etnis, suku dll, hanya perangkat tambahan dalam dinamika kebudayaan yang terbatas.

Menurutnya, menjadi muslim adalah pribadi yang berpikir universal, subtansial dan melampaui visi dan zaman yang bersandar pada kepentingan matrealisme. Itulah ajaran Islam yang tak akan pernah bisa dinafikan. Terus berkembang dalam arus kemajuan peradaban.

“Sebaliknya, ketika anda bangga bahkan fanatik buta dengan identitas lokal, anda hanya berada dalam tempurung primordialisme. Hanya ada dalam pagar (batas) daerah atau negara. Di dalam tempurung itu, anda termarginal dan terperangkap,” tutur Faizal Assegaf.

Lebih lanjut kata dia, Al-Qur’an menegaskan eksistensi dan esensi setiap individu muslim sebagai pemimpin di alam semesta. Sementara status sosial, etnis, golongan dan bangsa hanya memposisikan manusia dalam konsensus yang terbatas. Bahkan pada level tertentu menjadi budak atas penindasan oleh kedigdayaan matrealisme.

“Jadilah pribadi muslim yang memiliki keimanan dan akal budi yang cemerlang dalam memaknai kehidupan secara universal. Agar anda tidak terjebak dalam aneka identitas lokal: Etnis, suku, golongan dll,” ungkapnya.

Faizal Assegaf menyebut hanya Islam yang dapat merekatkan semua potensi yang tersedia untuk bangkit memperjuangkan keadilan dalam berbagai aspek. Jika pemahaman itu diperjuangkan, maka esensinya pribumi dalam Keindonesiaan tidak akan lepas dari akar dan kontribusi besar ajaran Islam.

Dia menyebut rakyat ditindas karena tidak sungguh-sungguh memahami dan mengamalkan Islam.

Dia mencontohkan Ormas Islam seperti Muhammadiyah hingga Nahdlatul Ulama bertopeng agama tapi pada kenyataannya paling liberalis dan sekularisme demi kepentingan materialisme

“Mengapa pribumi ditindas? Jawabannya sangat terang dan jelas, karena mereka tidak sungguh-sungguh memahami dan mengamalkan Islam secara istiqomah. Muhammadiyah, NU dll adalah contoh ormas bertopeng agama, prakteknya adalah liberalisme dan sekularisme demi kepentingan matrealisme,” tandasnya.

Sumber: fajar

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *