Tentang Puasa Syariat dan Puasa Tarekat

Puasa Syariat dan Puasa Tarekat
Ir. H. Gatot Salahuddin - Bendahara IPHI

Oleh:  Ir. H. Gatot Salahuddin – Bendahara IPHI

Hajinews.co.idPuasa syariat adalah menahan diri dari makan, minum dan berhubungan badan pada siang hari.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Sedangkan puasa tarekat adalah menahan seluruh anggota tubuh dari segala perbuatan yang yang diharamkan dan sifat-sifat tercela seperti ujub, sombong, Bakhil dan lainnya.

Puasa syariat ada batas waktu di siang hari tapi puasa tarekat selamanya sepanjang usia.

Oleh karena Rasullullah saw bersabda “Betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan apa-apa selain lapar dan dahaga”. Banyak orang berpuasa tapi batal puasanya, banyak orang berpuasa  karena tidak bisa menjaga anggota tubuh dari perbuatan terlarang.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam hadis Qudsi “Puasa itu untuk-Ku dan akulah yang akan membalasnya” Alloh SWT juga berfirman dalam hadis Qudsi “Orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan, pertama bahagia ketika berbuka dan kedua ketika melihat keindahaan-Ku”.

Menurut ahli syariat, yang dimaksud berbuka adalah makan ketika matahari sudah tenggelam. Dan maksud  ru’yah adalah melihat bulan ketika hari sudah ditentukan jatuhnya Idul Fitri.

 Ahli tarekat berpendapat, buka puasa (waktunya) adalah ketika masuk surga dengan memakan kenikmatan apa saja yang ada didalamnya. Semoga Alloh selalu memberikan Taufik dan Hidayah kepada kita semua. Aamiin

Melihat ru’yat dalam pandangan ahli tariqot ialah melihat Alloh SWT. Pada hari kiamat pada pandangan Sirri secara nyata.

Adapun puasa hakekat adalah selalu menjaga hati dari mencintai selain Alloh SWT dan menjaga rasa (Sirri) dari mencintai selain Alloh SWT. Sebagaimana firman Alloh SWT dalam hadis Qudsi “Manusia adalah rahasia-Ku dan Aku rahasianya” Sirri itu berasal dari cahaya Alloh SWT, sehingga mustahil condong kepada selain Alloh SWT. Bagi orang yang berpuasa tarekat, didunia ini maupun di akherat tidak ada yang dicintai, diingini dan dicari selain Alloh SWT, maka batallah puasanya dan harus di qadha dengan kembali mencintai Alloh SWT dan menemui-Nya kembali.

Pahala puasa tarekat ini adalah bertemu dengan Allah SWT, sesuai dengan firman Alloh SWT dan hadis Qudsi “puasa itu adalah bagi-Ku dan akulah yang akan membalasnya” (HR. At-Turmudzi)

Madinah/30 Maret 2024

Kontemplasi dari Sirrul Asral

(kitab Inti Segala Rahasia Kehidupan)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *