Ibadah haji merupakan perintah Allah dan rasul-Nya. Jangan sampai ibadah tersebut menjadi riya karena ditujukannya bukan karena-Nya. Rasulullah SAW meminta umatnya untuk berhati-hati dari riya’.
Imbauan tersebut disampaikan ketika nabi mendapat pertanyaan dari seorang laki-laki yang datang kepadanya.
“Apa itu keselamatan pada hari esok (hari Kiamat)?”
“Ketika kamu tidak menipu Allah,” jawab Rasulullah.
“Bagaimana kita menipu Allah?” tanyanya lagi.
“Yaitu ketika kamu menunaikan perintah Allah dan rasul-Nya namun kamu bertujuan untuk selain ridha Allah. Berhati-hatilah dari riya’ karena sesungguhnya ia termasuk kategori syirik kepada Allah,” balas Nabi lagi.
Demikian disampaikan dalam hadits riwayat Adz-Dzahabi. Hadits ini melanjutkan sabda Nabi bahwa kelak di hari kiamat orang-orang riya’ dipanggil di hadapan orang banyak dengan empat nama: “wahai orang kafir”, “wahai orang durhaka (fâjir)”, “wahai orang cedera (ghâdir)”, dan “wahai orang merugi (khâsir)”.
Nabi menjelaskan, perbuatan orang riya’ tersebut sesat dan pahalanya pun musnah, sehingga ia tak memiliki bagian apa-apa di hari kiamat. Selanjutnya diseru kepadanya, “Ambillah pahala dari orang-orang yang menjadi tujuan amalmu, wahai penipu diri sendiri.”
Masih mengutip NU Online, dalam kitab Irsyâdul ‘Ibâd pula diceritakan bahwa seorang imam ditanya tentang siapa orang yang disebut ikhlas. Ia jawab, “Orang yang merahasiakan kebaikannya sebagaimana menyimpan kejahatannya.”
Demikian kisah tentang seseorang yang ibadah haji tapi menjadi sia-sia dan penjelasan riya’. Semoga siapapun yang sudah atau mau beribadah haji dijauhkan dari perbuatan tercela tersebut. Wallahu a’lam.