Disway: Lia Camino

Lia Camino
Lia Sundah berfoto dengan mobilnyi yang berplat nomor GANJAR. --
banner 400x400

Lia sendiri menamatkan SMA di Santa Ursula Jakarta. Lalu sekolah musik di Berkeley California. Spesialisasinya piano. Klasik. Masternya di bidang bisnis di Boston. Lalu mendalami hukum, juga di Boston.

Jadilah Lia seorang jurist doctor. “Jurist doctor bukan PhD. Tidak  sama. Gelar itu untuk bisa praktik pengacara,” kata Lia.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Lia begitu kecewa atas hasil Pilpres. Ini kekecewaan kedua di politik.

Lia pernah dipanggil pulang ke Indonesia. Agar aktif di berbagai tim pemenangan capres SBY di periode kedua. Sukses. SBY menang mutlak.

Lia sendiri kalah. Lia adalah caleg DPR RI dari Partai Demokrat. Untuk daerah pemilihan Bangka.

Maling dan copet suara sudah ada saat itu meski belum seseru Pemilu terakhir. Di antara sesama caleg satu partai sudah saling serobot suara.

Lima tahun kemudian Lia all out memenangkan Jokowi. Sukses. Pun lima tahun setelah itu. Kali ini dia tidak menyangka Jokowi belok kanan ke Prabowo di tahap terakhir.

Putusannya untuk Camino sekali lagi adalah cara Lia agar bisa move on setelah itu.

“Saya tipe orang yang mendukung seorang Capres tapi tidak membenci Capres lain,” ujar Lia.

Di perjalanan Camino itu Lia melakukan kontemplasi: apa itu hidup dan untuk apa hidup.

Tiap hari Lia berjalan 20 Km. Selama lima hari. Jari-jari kakinyi melepuh. Dibalut. Melepuh lagi. Jalan tidak boleh berhenti. Hati tidak boleh putus asa.(Dahlan Iskan)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *