Dengan kalkulasi sederhana merujuk pada perbandingan 2019, maka pendapatan Arab Saudi dari haji yakni sekitar US$9 miliar pada 2023. Pendapatan tersebut datang dari visa dan lain-lain. Namun, dampak multiplier haji jelas tidak main-main. Dampak multiplier efek dinikmati sektor tenaga kerja, transportasi, hotel, industri makanan dan minuman, hingga pariwisata.
Selain pendapatan haji, dikutip dari The Express Tribune dan berdasarkan Future Market Insight, dampak ekonomi terkait haji diperkirakan akan mencapai US$350 miliar pada 2032 atau sekitar SAR 1,31 triliun. Nilai pendapatan akan naik drastis jika memasukkan pelaksanaan umrah.
Lebih lanjut, dalam laporan Future Market Insights ditunjukkan bahwa industri pariwisata Haji dan Umrah di Arab Saudi diperkirakan bernilai US$171,41 miliar pada 2024 atau sekitar Rp 2.752,84 triliun. Nilai ini kemungkinan akan berlipat ganda menjadi US$343,55 miliar pada 2034.
Jumlah pendapatan pariwisata Arab Saudi dari haji pada 2024 hampir setara dengan total pendapatan Indonesia yang ditargetkan dalam APBN 2024 yakni Rp 2.802,3 triliun, termasuk dari pajak dan non-pajak.
“Pariwisata religi adalah tulang punggung pariwisata Arab Saudi dan akan memainkan peran yang lebih luas di masa depan juga,” Turab Saleem, kepala konsultan perhotelan, pariwisata dan rekreasi di Knight Frank, mengatakan kepada Arab News.
Ekspansi yang luar biasa ini mempunyai beberapa pendorong permintaan. Pertama, meningkatnya jumlah Jemaah haji setiap tahunnya mengakibatkan semakin besarnya permintaan terhadap layanan pariwisata termasuk akomodasi, transportasi, dan bimbingan keagamaan.
Ada juga kegiatan pembangunan infrastruktur dan hotel berskala nasional yang memenuhi perubahan kebutuhan dan harapan jamaah saat ini, sehingga sekali lagi memberikan kontribusi biaya pada layanan pariwisata haji.
Sumber: cnbc