Diperlukan Skenario Yang Besar Untuk Mengatasi Kepadatan Jemaah Haji di Mina

Mengatasi Kepadatan Jemaah Haji di Mina
Mengatasi Kepadatan Jemaah Haji di Mina
banner 400x400

Hajinews.co.idSeluruh rangkaian puncak haji seperti Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna) Mina masih menjadi permasalahan yang memerlukan solusi segera dan skenario dasar.

Selain mengharuskan jemaah haji bermalam panjang di Mina, luas Mina juga sangat terbatas dan tidak bisa diperluas. Mina mempunyai luas sekitar 650 hektar dan terdiri dari tanah yang luas, lembah dan pegunungan. tinggi dan curam. Tempat ini hanya mampu menampung sekitar 1,4 juta jemaah.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Namun, jumlah jemaah haji semakin meningkat setiap tahunnya. Mereka tinggal di tenda.

Jika wukuf di Arafah dan malam di Muzdalifah hanya memakan waktu beberapa jam, jemaah di Mina harus menempuh perjalanan dua atau tiga hari. Mereka pun harus melempar jumroh di jamarat yang menguras tenaga, karena perjalanan yang jauh dari tenda malamnya dan dipadati jemaah haji lainnya.

Menurut Wakil Ketua MPR Yandri Susanto, harus ada skenario baru dari Pemerintah Arab Saudi terkait persoalan di Mina. “Karena Mina itu tidak bisa diperluas, dan memang tidak boleh diperluas. Artinya kalau diperluas kan bukan Mina lagi,’ ujarny di Mekah, Rabu (19/6).

Yandri mengusulkan agar penginapan untuk jemaah bermalam di Mina bukan lagi dalam bentuk tenda-tenda melainkan gedung bertingkat. “Mungkin usul saya dari dulu, bisakah itu dibuat bertingkat? Seperti apartemen atau setengah apartemen lah, sehingga mereka tidak numpuk di atas tanah biasa, atau di atas tenda, di bawah tenda, tapi bisa dinaikkan,” katanya.

Perubahan tenda menjadi gedung bertingkat juga, kata Yandri, merupakan upaya untuk meningkatkan pelayanan pada jemaah haji. “Apalagi mungkin nanti akan tambah kotah lagi hajinya. Itu berbahaya kalau tidak dibuat skenario baru di tanah Mina,” ujarnya.

Sebagai contoh, Yandri menunjuk tempat melontar jumroh atau jamarat yang dulunya satu lantai saat ini sudah dibuat empat lantai. Menurutnya jika jamarat bisa dibuat bertingkat, semestinya Mina juga bisa dibuat seperti itu, bukan lagi tenda-tenda di atas tanah.

Selain itu, kata dia, bisa dibuat kamar besar yang isinya bisa 25 orang dengan kamar mandi hingga 5 kamar sehingga bisa mengurangi antrean. Ini menurutnya akan membuat membuat jemaah haji semakin nyaman beribadah dan resiko korban meninggal atau korban sakit itu bisa lebih ditekan.

Untuk bisa mewujudkan itu semua, dia menyarankan Pemerintah Arab Saudi untuk menggandeng negara-negara penyuplai jemaah haji, terutama Indonesia yang menjadi penyuplai terbesar. “Misalkan Indonesia dimana bloknya? Atau para pengusaha kita mungkin bisa berinvestasi.  Karena pasti dipakai setiap tahun. Selama dunia ini belum kiamat, haji tetap ada. Artinya nggak akan rugi,” ujarnya.

Saat ini, kondisi di Mina menurutnya kurang nyaman. Kamar mandri antriannya panjang. Selain itu, jemaah haji harus berjalan sangat jauh untuk melontar jumroh pulang pergi. “Saya kemarin ngalamin itu habis melontar jumrah. Padahal kan maktab dekat tuh, zona 1.  Lempar ke zona 3,9 km kan pulang pergi,” tutur Yandri.

Selanjutnya, untuk mengurangi kemacetan dari Masjidil Haram ke wilayah Aziziyah saat hari kedua melontar, Yandri mengusulkan dibuat eskalator seperti di bandara.

“Apa mungkin nanti Masjidil Haram itu sudah sangat bagus sekarang.

memuat berapa juta orang di beberapa lantai. Mungkin nggak nanti pemerintah (Saudi) itu membangun eskalator berjalan. Jadi orang nggak perlu naik mobil,” ujarnya.

hal itu diungkapkannya setelah terjadi kemacetan total akibat bentrokan waktu jemaah yang meninggalkan Mina dan yang menuju jamarat untuk melontar jumroh. Akibat macet total tersebut, jemaah harus berjalan belasan kilometer.

Sumber: mediaindonesia

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *