Hikmah Pagi: Aku Cium Engkau Dengan Bismillah…

Aku Cium Engkau Dengan Bismillah
Foto: Mencium Hajar aswad

Hajinews.co.idUsai mengelilingi Ka’bah, pria itu berdiri di samping Hajar Aswad. Pada Sejarak 15 depa, tatapannya tak mau berpaling dari batu hitam yang datang dari langit. Namun, dalam beberapa kesempatan pandangannya dihalangi oleh puluhan bahkan ratusan jamaah yang menyentuh atau menciumnya.

Ini merupakan ketiga kalinya pria berusia 44 tahun itu mendapat kesempatan kembali ke tanah suci. Dalam kurun waktu tersebut, ia sebenarnya sempat beberapa kali berjuang untuk mencium Hajar Aswad. Tapi dia tidak melakukannya.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Teringat dia akan perkataan Amirul Mukminin, Umar bin Khattab tentang Hajar Aswad. “Sungguh aku tahu bahwa kau hanya batu, tidak bisa memberikan mudharat dan manfaat. Sungguh, andai aku tidak melihat Nabi SAW menciummu, niscaya aku pun tidak akan menciummu!” begitu kata Umar bin Khattab seperti yang pernah dibaca pria itu dalam hadits Riwayat Imam Bukhari dan disebut dalam Kitab Ihya ‘Ulumiddin karya Imam Al Ghazali.

Kata-kata Umar inilah yang menjadi alasan pria tersebut tak pernah berusaha semaksimal mungkin untuk mencium Hajar Aswad. Selain itu, dari ustaz pembimbing haji atau umrah dan sejumlah tokoh agama dia dianjurkan untuk tidak memaksakan diri mencium Hajar Aswad. Apalagi jika harus berdesak-desakan dan beradu fisik dengan jemaah lain.

Seorang pembimbing umrah, seingat dia mengatakan, mencium atau sekadar mengusap Hajar Aswad memang sangat dianjurkan. Namun jangan sampai upaya untuk mendekati lalu mencium Hajar Aswad tersebut menyebabkan dirinya atau jemaah lain celaka.

Area mendekat Hajar Aswad selalu padat. Hampir setiap waktu, apalagi ketika musim haji atau umrah lautan manusia akan berdesakan berebut untuk mencium Hajar Aswad. Tak jarang terjadi aksi saling sikut, dorong dan tarik antar jemaah bahkan hingga saling berkelahi atau menyakiti.

Islam mengajarkan umatnya untuk menjaga diri dari berbagai bentuk ancaman yang membahayakan baik diri sendiri maupun orang lain. Ada sebuah hadits yang cukup popular diriwayatkan oleh HR. Ibnu Majah dan Daruquthni sebagaimana dikutip dari kitab al-Arba’in al-Nawawiyah karya Imam Nawawi yang berbunyi, Laa dharara wa laa dirara.

Arti hadits tersebut kurang lebih, ‘Janganlah memberikan kemudaratan pada diri sendiri, dan jangan pula memudarati orang lain’. Ada juga hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam al-Tirmidzi, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa melakukan kemudaratan pada seorang Muslim, maka Allah akan menimpakan kemudaratan kepadanya.”

Di sisi lain, pria tersebut juga pernah mendapat penjelasan dari seorang ustaz tentang keutamaan mencium Hajar Aswad. Rasulullah tidak mewajibkan umat Islam untuk mencium Hajar Aswad. Jika memang memungkinkan dibolehkan mencium, tapi kalau tak bisa cukup menyentuh dengan tangan.

Apabila menyentuhpun tidak mungkin, cukup dengan memberi isyarat dari jauh, dengan tangan atau tongkat yang dibawanya, kemudian menciumnya. “Mencium Hajar Aswad mencerminkan sikap kepatuhan seorang Muslim mengikuti sunnah Rasulullah SAW,” kata ustaz tersebut.

Ketika mencium atau menyentuh Hajar Aswad, umat Islam diingatkan untuk mengingat bahwa Allah subḥānahu wataʿālā, adalah satu-satunya Dzat yang patut disembah. Saat mencium Hajar Aswad harus dengan niatan seutuhnya berserah diri dan tunduk kepada Allah SWT.

Sesaat pria tersebut mengalami dilema, antara melanjutkan mencium Hajar Aswad atau tidak. Saat itu persis awal Ramadhan 1445 Hijriyah selepas sholat tarawih. Suasana pelataran Kakbah di Masjidil Haram, Makkah cukup padat. Puluhan bahkan mungkin ratusan orang dengan postur tinggi besar berebut untuk mencium Kakbah.

Nyalinya ciut. Sebab dia harus berhadapan dengan jemaah pria dengan postur tinggi besar dan kuat untuk mendekat ke area Hajar Aswad. Mustahil bisa menyentuh Hajar Aswad tanpa saling sikut, tarik dan menyakiti jemaah lain. Dan kalau pun dipaksakan berdesak-desakan dia yang posturnya kecil pasti kalah.

Beberapa saat lamanya dia terus memandang kerumunan jemaah yang berjubel saling berebut untuk mencium Hajar Aswad. Nyaris tak ada ruang tersisa di dinding Kakbah, dari Rukun Yamani, Hajar Aswad hingga Multazam. Penuh dan padat dengan jemaah.

Tiba tiba dia seperti melihat peluang mendekat ke Hajar Aswad dengan seminimal mungkin menyakiti jemaah lain. Ada ruang yang bisa digunakan untuk secara perlahan lahan mendekat ke Hajar Aswad. Ruang itu bukan dari titik depan sejajar Hajar Aswad, melainkan dari Rukun Yamani atau setelah pintu Hijr Ismail.

Dari Hijr Ismail melawan arah jarum jam berjalan perlahan sambil berusaha merapat ke dinding Kakbah. Setelah bisa merapat ke dinding Kakbah, terus berjalan menuju ke arah Hajar Aswad. Dalam jarak 2 sampai 3 meter menjelang titik di mana Hajar Aswad berada, jemaah akan semakin padat dan aksi saling dorong semakin kuat.

Nah di titik ini pria tersebut melihat bahwa aksi saling dorong dan desak desakan antar jemaah hanya melibatkan bagian dada ke atas. Seperti dada, tangan, lengan dan punggung. Ada titik kosong yakni bagian bawah. Artinya ada peluang mendekat ke Hajar Aswad dengan cara sedikit menunduk.

Dengan sedikit menunduk akan terhindar dari aksi sikut sikutan atau dorongan dari jemaah lain. Hanya diperlukan sedikit pertahanan fisik agar tidak justru terseret menjauh dari Hajar Aswad. “Mesti dicoba,” pikir pria tersebut.

Setelah mengucap Bismillah, sholawat dan yakin bahwa usahanya mencium Hajar Aswad akan berhasil pria tersebut berjalan melawan arah jarum jam menuju Hijr Ismail. Melintasi Hijr Ismail dia sudah berhasil menyentuh dinding Kakbah.

Dia terus berjalan menuju Rukun Yamani lalu Hajar Aswad melintasi puluhan jemaah yang histeris karena berhasil menyentuh dinding Kakbah. Tiba di Rukun Yamani dia berhenti sejenak untuk berdoa. Di titik ini tak begitu padat dan berdesak desakan sehingga dia bisa cukup lama berdoa, hampir 2 menit.

Dari Rukun Yamani dia berjalan sedikit menunduk, dengan posisi di bawah ketiak jemaah lain agar terhindar dari aksi saling dorong. Doa dan usahanya berhasil. Dalam waktu yang tak lama, tanpa perlu menyikut atau mendorong jemaah lain dia berhasil merapat ke Hajar Aswad.

Cukup lama dia menatap Hajar Aswad seolah tak percaya bisa leluasa di depan batu surga itu. Sementara di atas kepalanya puluhan tangan saling sikut, dia bisa sepuasnya berdoa di depan Hajar Aswad.

Bergetar suaranya mengucap takbir dan sholawat berkali kali, lalu diciumnya Hajar Aswad. “Kucium engkau (Hajar Aswad) dengan Bismillah.”

Oleh: Erwin Dariyanto

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *