Kultum 514: Pantaskah Kita Masuk Surga?

Pantaskah Kita Masuk Surga?
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id -Surga adalah tempat kenikmatan yang luar biasa. Yang dimaksud dengan ‘luar biasa’ adalah tidak ada seorang pun yang sanggup walau sekedar membayangkannya. Kalau sekedar membayangkan saja tidak sanggup, apalagi mediskripsikannya secara detail. Apa yang Nabi Muhmmad Shallallahu a’alihi wasallam sampaikan pada umatnya itu baru sebagian kecil saja dari kenikmatan surga yang sebenarnya.

Jadi, apa yang disampaikan disesuaikan dengan kadar akal atau pemahaman kita semua sebagai manusia. Kendati demikian, kenikmatan surga yang tak tergambarkan itu harus diyakini dengan keyakinan bulat tanpa ada celah sedikit pun bahwa surga adalah tempat kenikmatan yang sempurna. Menjadi sangat bahagia orang yang memasukinya dan tidak mungkin ada penyesalan sedikit pun atas kenikmatan yang ada.

Satu dari sedikit gambaran kesibukan penduduk surga dalam menikmati kenikmatan yang tak terbatas itu adalah sebagai berikut.

إِنَّ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِي شُغُلٍ

فَاكِهُونَ هُمْ وَأَزْوَاجُهُمْ فِي ظِلَالٍ

عَلَى الْأَرَائِكِ مُتَّكِئُونَ لَهُمْ فِيهَا

فَاكِهَةٌ وَلَهُمْ مَا يَدَّعُونَ

سَلٰمٌ قَوۡلًا مِّنۡ رَّبٍّ رَّحِيۡمٍ

Artinya:

Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan. Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan. Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apapun  yang mereka minta. Kepada mereka dikatakan “Salam”, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang (QS. Yasin, ayat 55 – 58).

Ibnu Rajab Al-Hambali Rahimahullah pernah berkata, “Nabi Adam aalaihissalam, beliau dikeluarkan dari surga oleh Allah disebabkan satu dosa yang dilakukan oleh beliau. Sedangkan kalian (wahai kaum Muslimin), melakukan dosa-dosa dan memperbanyaknya, tetapi (bersamaan dengan itu pula) kalian menginginkan masuk surga dengan membawa dosa-dosa tersebut. Pantaskah hal itu? Tidak malukah kalian kepada Allah?”

Ini adalah nasehat dan teguran yang sangat lembut untuk kita semua, yang tentunya juga bercita-cita, berharap, dan mendamba untuk masuk surga. Tetapi amalan kita semua masih minim sementara diri masih penuh dosa dan maksiat, tanpa diiringi taubat dan istighfar yang cukup kepada Allah Subhanahu wata’ala. Antaskah menginginkan untuk masuk surga?

Atau mungkin lebih jelasnya begini. Kita ini sering berbuat dosa dan kita jarang mengucap istighfar. Salah satu sebabnya adalah karena kita terlalu yakin bahwa Allah Azza wa Jalla pasti mengampuni dosa-dosa kita. akibatnya, kita masih saja meremehkan dosa-dosa itu dan masih terus saja melakukannya. Inilah sebuah bentuk tipu daya syetan.

Lantas, apa yang seharusnya segera kita lakukan? Mestinya, saat kita terjatuh ke dalam dosa atau kesalahan, kita segera mengingat Allah, dan bertobat kepada-Nya, serta berusaha untuk tidak mengulangi lagi dosa itu. Kalau toh kita masih terjatuh pada dosa lagi, kita harus tetap melakukan proses seperti itu. Dengan demikian, insya Allah kita akan mendapati Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang mengamouni dosa kita.

Mari kita lihat siapa orang yang berdosa dan apa yang seharusnya dilakukan. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا

أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا

لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ

إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا

وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Artinya:

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui (QS. Ali-Imran, ayt 135).

Jadi, sebagai orang yang telah berbuat dosa atau aniaya, kita seharusnya segera ingat Allah Azza wa Jalla; memohon ampun; dan tidak melakukannya lagi. Jika sudah demikian, Allah akan menganpuni dosa kita dan akan merahmati kita, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala,

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ

أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ

اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ

إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Artinya:

Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Az-Zumar, ayat 57). Allahu ya’lam.

Semoga yang kita baca ini menjadi pengingat dan menambah iman kita, dan kalau sekiranya bisa memberi manfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                             —ooOoo—

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *