Hikmah Pagi: Arti Musibah dan Hikmahnya Bagi Umat Islam

Arti Musibah
Arti Musibah

Hajinews.co.idSetiap muslim diuji oleh Allah Ta’ala untuk mengetahui apakah mereka benar-benar beriman atau hanya sekedar ucapan. Salah satu cara Allah menguji hambanya adalah dengan memberinya musibah. Di bawah ini adalah arti musibah dalam Islam.

Allah menguji seseorang untuk mengetahui kesungguhan hambanya. Surat Al-Ankabut ayat 2-3:

Bacaan Lainnya
banner 400x400

اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ ٢

وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِيْنَ ٣

Artinya: “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (hanya dengan) berkata, “Kami telah beriman,” Sedangkan mereka tidak diuji? Sungguh, Kami benar-benar telah menguji orang-orang sebelum mereka. Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui para pendusta.”

Pengertian Musibah

Dalam buku Ubah Musibah Jadi Berkah Petunjuk Alquran dan Sunnah dalam Menghadapi Setiap Musibah karya Ustadz Marwini, M.A. M.Si, makna musibah terbagi menjadi tiga yakni menurut bahasa, istilah, dan Al-Qur’an.

  1. Makna Musibah Menurut Bahasa

Kata musibah berasal dari kata ashaba (menimpa) atau berasal dari kata shaba-yashibu-shauban-wa mashaban artinya turun, menghujani, atau tertimpa.

Makna musibah secara bahasa mengandung arti semua peristiwa yang terjadi atau menimpa pada manusia baik menyenangkan atau menyedihkan

  1. Makna Musibah Menurut Istilah

Musibah secara istilah artinya suatu kejadian yang dapat membawa kerugian atau kejelekan. Imam Al-Qurthubi mengartikan musibah sebagai sesuatu peristiwa yang menyakiti orang beriman.

Maka dari itu, Abu Faraj Ibnu Al-Jauzi berpendapat bila di dunia ini bukan tempat musibah, pasti di dalamnya tidak ada penyakit, dan para nabi atau rasul tidak akan mengalami penderitaan karena dimusuhi, diancam, dan dibunuh.

  1. Makna Musibah Menurut Al-Qur’an

Didalam Al-Qur’an kata musibah disebutkan dalam beberapa ayat, seperti surah Al-Baqarah ayat 155-156:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ ١٥٥

اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ ١٥٦

Artinya: “Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali).”

Ayat di atas menegaskan bahwa semua manusia yang masih hidup, mereka akan selalu dilanda oleh perasaan khawatir dan rasa takut.

Ada yang khawatir tidak dapat pekerjaan, khawatir tidak makan (kelaparan), kehilangan orang-orang tercinta. Semua ini merupakan segelintir cobaan/ujian/musibah yang dialami oleh manusia.

Hikmah di Balik Musibah

Mengutip buku Fiqih Musibah karya Farid Nu`man Hasan, dibalik musibah yang Allah SWT hadirkan kepada hambanya, tersimpan hikmah yang menuju ridha dan kasih sayang-Nya.

  1. Diangkat Derajatnya

“Sesungguhnya orang-orang yang shaleh akan diberikan cobaan yang lebih berat kepada mereka, dan sesungguhnya tidaklah menimpa seorang mukmin suatu bencana, meskipun itu hanya berupa duri (yang menusuknya) atau sesuatu yang lebih dari itu, melainkan semua itu akan menjadikan dihapus satu kesalahan dari dirinya, dan diangkat satu derajat (tingkatan) atasnya.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Al-Hakim)

  1. Pembuktian Iman

Banyak manusia yang mengaku beriman kepada Allah SWT, mencinta-Nya, dan mentaati-Nya. Namun, pengakuannya itu hanya sebatas lisannya. Hakikatnya belum teruji, hingga dirinya berhasil melewati ujian yang diberikan, seperti firman Allah SWT dalam surah Al-Ankabut ayat 2-3 di atas.

  1. Tanda Cinta Allah SWT

إِنَّ عِظَمَ الجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ البَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ.

Artinya: “Sesungguhnya, besarnya balasan tergantung dari besarnya ujian. Apabila Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Barangsiapa yang ridha maka baginya keridhaan Allah. Namun, barangsiapa yang murka maka baginya kemurkaan Allah.” (HR. At-Tirmidzi).

  1. Balasan Atas Kejahatan yang Pernah Dilakukan

الظُّلْمُ ثَلَاثَةٌ فَظُلْمُ لَا يَتْرُكُهُ اللَّهُ وَظُلْمُ يُغْفَرُ وَظُلْمٌ لَا يُغْفَرُ فَأَمَّا الظُّلْمُ الَّذِي لَا يُغْفَرُ فَالشَّرْكُ لَا يَغْفِرُهُ اللَّهُ وَأَمَّا الظُّلْمُ الَّذِي يُغْفَرُ فَظُلْمُ الْعَبْدِ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ رَبِّهِ وَأَمَّا الَّذِي لَا يُتْرَكُ فَقَصُّ اللَّهِ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ

Artinya: “Kezaliman ada tiga. (Pertama), kezaliman yang tidak akan Allah biarkan (maksudnya akan ada pembalasan-pen.). (Kedua), kezaliman yang akan diampuni. (Ketiga), kezaliman yang tidak akan diampuni. Adapun kezaliman yang tidak akan diampuni adalah kesyirikan-Allah tidak akan mengampuninya. Kemudian, kezaliman yang diampuni adalah kezaliman seorang hamba jika dia berbuat kesalahan antara dirinya dan Rabbnya (maksiat). Sementara itu, kezaliman yang tidak akan Allah biarkan adalah kezaliman sesama manusia (Allah SWT akan memberikan balasan setimpal bagi pelakunya)”. (HR Ath-Thayalisi).

  1. Mendapat Surga bila Sabar dan Ridha

يَقُولُ اللَّهُ سُبْحَانَهُ ابْنَ آدَمَ إِنْ صَبَرْتَ وَاحْتَسَبْتَ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الْأُولَى لَمْ أَرْضَ لَكَ ثَوَابًا دُونَ الْجَنَّةِ.

Artinya: “Allah berfirman, ‘Wahai anak Adam, jika engkau bersabar dan berharap ridha Allah saat mendapatkan hantaman pertama musibah, tidaklah ada pahala yang paling diridhai untukmu, selain surga.” (HR. Ibnu Majah).

Itulah pengertian musibah menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah. Musibah merupakan ujian tanda cinta Allah kepada hambanya, ada juga musibah untuk menghukum orang-orang yang menolak dakwah.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *