Hikmah Pagi : Sahabat

Sahabat
sahabat Nabi

Hajinews.co.idSyekh Abu Abbas al-Mursi mengatakan: “Seorang Arif ( yang bijaksana ) tidak memiliki dunia karena dunianya untuk akhirat dan akhiratnya untuk Tuhannya.”

Inilah yang dilihat oleh para sahabat Nabi. Generasi Salafi dan orang-orang shaleh. Setiap memperoleh dunia, mereka berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT. dan menciptakan cara untuk mendapatkan persetujuan-Nya. Mereka tetap berusaha untuk tidak menikmati kemewahan dunia dan kelezatannya, namun mereka manfaatkan untuk menaati-Nya dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Seperti yang digambarkan di atas tercermin dalam firman-Nya :

  1. Surah al-Fath ayat 29 yang artinya, “Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud.” Dalam ayat ini Dia adalah Dzat yang melihat rahasia-rahasia terdalam mereka dan mengetahui rahasia mereka yang tersembunyi dan nyata. Bahwa mereka tidak mengejar dunia dalam hal yang mereka kerjakan kecuali semata-mata demi keridhaan dan kemurahan-Nya. Ingatlah bahwa dunia itu sangatlah gemerlap dan menarik, seseorang bisa lupa diri dan berbohong demi dunia, bisa bernafsu meraih dengan cara apa pun juga demi dunia.
  2. Surah an-Nur ayat 36-37 yang artinya, “( Cahaya itu ) di rumah-rumah yang disana telah diperintahkan Allah untuk memuliakan dan menyebut nama-Nya, di sana bertasbih ( menyucikan ) nama-Nya pada waktu pagi dan petang, orang yang tidak dilalaikan oleh perdagangan jual beli dari mengingat Allah, melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat. Mereka takut kepada hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang ( hari Kiamat ). Dalam ayat ini menjelaskan bahwa Cahaya ini bersinar di masjid-masjid. Allah SWT. memerintahkan agar mengagungkan bangunan, penjagaan, dan pemakmurannya bagi orang-orang yang shalat; di dalamnya disebutkan nama Allah dengan azan, bacaan al-Qur’an, dan zikir-zikir berupa tasbih dan tahmid pada pagi dan sore hari yang memenuhi timbangan amal. Dan termasuk orang yang tidak dilalaikan karena perniagaan dari mengingat-Nya.
  3. Surah al-Ahzab ayat 23 yang artinya, “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah : maka diantara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada ( pula ) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak mengubah ( janjinya ).” Sekelompok orang-orang inilah yang dipilih-Nya untuk menemani Rasulullah SAW. dan menjadi objek bicara beliau saat wahyu diturunkan. Berkat mereka ( para sahabat ) hukum-hukum dan syariat dari Rasulullah SAW. sampai kepada kita. Itulah jasa-jasa mereka dan kita sejatinya beruntung dan berutang pada mereka. Oleh sebab itu, bayarlah utang itu dengan meneladani sikap para sahabat tersebut.

Maka sungguh benar apa yang dikatakan Rasulullah SAW. dalam sabdanya, “Para sahabatku seperti bintang-bintang, kepada siapa pun di antara mereka kalian ikut, kalian akan mendapatkan petunjuk.”

Mengikuti mereka ( sahabat ) tidaklah ada kerugian maupun kesia-sia-an justru akan memperoleh petunjuk. Sebagaimana dalam firman-Nya surah al-Kahfi ayat 28 yang artinya, “Bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya.

Mereka bersabar dan menunggu-nunggu dan tidak mengubah janjinya pada Allah SWT. untuk tetap ta’at dan berharap keridhaan-Nya. Dalam ajaran Islam tidak ada larangan dalam perniagaan dan jual beli, namun dalam pelaksanaannya tidaklah melupakan untuk selalu mengingat-Nya. Dalam pengelolaan perniagaan itu layaknya orang-orang berakal. Perintah berdagang sebenarnya tersirat dari firman-Nya dalam surah al-Anbiya’ ayat 73 yang artinya, “Melaksanakan shalat dan menunaikkan zakat, hanya kepada Kami mereka menyembah.”

Dalam ayat diatas ada kalimat menunaikan zakat, mewajibkan zakat kepada mereka ( para sahabat ) tentulah sebagian mereka adalah orang yang kaya. Kekayaan mereka tidak mengeluarkan mereka memperoleh pujian Allah SWT, jika mereka tetap menunaikan hak-hak-Nya.

Abdullah bin Utbah menceritakan para sahabat meninggalkan harta kekayaannya seperti :

  1. Utsman bin Affan, ia memiliki tabungan 150.000 dinar, dan 1.000.000 dirham, tanah di daerah Sarawis, Khaibar, dan Wadi al-Qura yang nilainya setara dengan 200.000 dinar.
  2. Zubair bin Awwam, ia meninggalkan 50.000 dinar, 1.000 ekor kuda dan seribu budak.
  3. Amr bin Ash, ia meninggalkan harta warisan sebanyak 300.000 dinar.
  4. Para sahabat lainnya termasuk Abdurrahman bin Auff dan lainnya.

Artinya ajaran ini tidak melarang orang menjadi kaya, meski tidak lalai terhadap hak-hak Tuhannya. Para sahabat yang kaya ini menjadikan harta bukan tujuan akhir, mereka menjadikan wasilah untuk tetap berada pada jalan-Nya. Sebagaimana yang diceritakan oleh Syekh Abu Hasan ady-Syafdzili berkata, “Aku bertemu dengan Abu Bakar ash-Shiddiq di dalam tidurku. Dia berkata, ‘Apakah kamu tahu tanda-tanda keluarnya cinta dunia dari hati?’ Aku menjawab, ‘Tidak tahu.’ Lalu beliau berkata, ‘Tanda-tanda keluarnya cinta dunia dari hati adalah munculnya perasaan hina ketika mendapatkan dunia dan ada perasaan tenang ketika kehilangan dunia.”

Semoga Allah memberikan cahaya-Nya agar kita bisa mengikuti jejak para sahabat Rasulullah SAW. tetap berikhtiar dengan mengisi kehidupan dunia dan tidak lalai menunaikkan hak-hak Allah SWT.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *