Hikmah Pagi : Menuju Kebersihan Hati

Menuju Kebersihan Hati

Hajinews.co.idMenghadapi dunia yang semakin kompleks, kita harus menyikapinya dengan hati yang jernih agar tidak mengalami cara-cara salah yang membuahkan hasil sia-sia. Oleh karena itu, kita harus memahami bahwa hati adalah tempat seorang hamba menjalin hubungan dengan Tuhannya. ALLAH SWT Maha memberi kita cinta tanpa kepentingan. Seluruh alam semesta diciptakan karena cinta Allah SWT. Dia menganugerahkan nikmat meski tanpa imbalan.

Oleh sebab itu, pentingnya kebersihan hati yang akan menentukan buruk-baiknya seseorang. Sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Hajj ayat 46 yang artinya, “Maka sesungguhnya bukan mata kepala mereka yang buta, tetapi mata hati mereka yang buta. Apabila dalam dirinya terdapat hati yang bersih, maka akan lahir di sana akhlak yang terpuji.”

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Karena sesungguhnya hakikat kebutaan bukanlah kebutaan penglihatan, akan tetapi kebutaan yang membinasakan adalah kebutaan mata hati untuk menangkap kebenaran dan mengambil pelajaran.

Perintah dalam ayat ini tersirat bahwa pentingnya sebagai orang yang beriman hendaknya dapat berpikir dengan baik ( tidak bodoh ) agar bisa mengambil pelajaran dan menangkap kebenaran.

Ingatlah hati yang bersih lebih utama. Hal ini sebagaimana pada firman-Nya surah asy-Syu’ara ayat 88-89 yang artinya, “(Yaitu) pada hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”

Ibnu Katsir berkata, “‘(Yaitu) pada hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna’ Artinya, harta seseorang tidak akan bisa menjaga diri orang tersebut dari azab Allah SWT. walaupun dia menebusnya dengan emas seluas dan sepenuh bumi. ‘Dan tidak pula anak-anak laki-laki’, artinya tidak pula bisa menghindarkan dirinya dari azab-Nya, walaupun dia menebus dirinya dengan semua manusia yang bisa memberikan manfaat kepadanya. Yang bermanfaat pada hari kiamat hanyalah keimanan kepada Allah SWT. dan memurnikan peribadatan hanya untuk-Nya, serta berlepas diri dari kesyirikan dan dari para pelakunya. Oleh karena itu, Allah SWT. kemudian berfirman, ‘Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.’ Yaitu, hati yang terhindar dari kesyirikan dan dari kotoran-kotoran hati.”

Imam asy-Syaukani berkata, “Harta dan kerabat tidak bisa memberikan manfaat kepada seseorang pada hari kiamat. Yang bisa memberikan manfaat kepadanya hanyalah hati yang selamat. Dan hati yang selamat dan sehat adalah hati seorang mukmin yang sejati.”

Kenyataan hidup saat ini, sebagian orang berlomba untuk menumpuk harta dengan cara-cara yang baik maupun yang dilarang. Kadang mereka menganggap bahwa cara yang dilarang itu tidak apa-apa karena banyaknya orang melakukan itu. Anak dan kerabat juga menjadikan bahan kebanggaan. Agar dianggap bermartabat maka disiapkanlah anak untuk menduduki beberapa jabatan rangkap strategis. Apakah ini akan meningkatkan kemuliaannya di mata Allah SWT ? Tentu jawabannya ” Tidak ” maka ingatlah ayat tersebut di atas, hanya kesucian hatimu yang diperlukan untuk menghadap-Nya.

Senada dengan firman diatas adalah surah ash-Shaffat ayat 84 yang artinya, “(Ingatlah) ketika dia (Ibrahim) datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.”

Hati yang suci yakni hati yang bersih dan dibersihkan dari kemusyrikan dan keraguan yang selalu menasehati hamba-hamba lainnya untuk menuju jalan Allah SWT.

Ada beberapa ciri-ciri orang yang hatinya bersih adalah :

  1. Tidak merisaukan urusan rezeki. Ibnul Qayyim berkata, “Fokuskanlah pikiranmu untuk memikirkan apapun yang diperintahkan Allah SWT kepadamu. Jangan menyibukkannya dengan rezeki yang sudah dijamin untukmu. Karena rezeki dan ajal adalah dua hal yang sudah dijamin, selama masih ada sisa ajal, rezeki pasti datang. Jika Allah SWT. dengan hikmah-Nya berkehendak menutup salah satu jalan rezekimu, Dia pasti -dengan rahmat-Nya membuka jalan lain yang lebih bermanfaat bagimu.
  2. Jika sakit ia akan bersabar dan tidak mengeluh pada Allah SWT. Mengeluh dan memohon adalah hal yang berbeda. Adapun hikmah sakit salah satunya adalah : Menyambung tali silaturahmi. Tatkala sakit, keluarga ( saudara, kemenakan dan kerabat kainnya ), teman masa belajar, teman kerja dan lainnya pada datang menjenguk. Demikianlah Sang Pencipta berkehendak menyambung silaturahmi hamba-hamba-Nya melalui sakit.
  3. Tiada rasa dengki. Menghindari sikap hasad, dengan mengingat bahaya jika menerapkan sikap tersebut, serta memperbanyak ibadah, dapat menghindari perasaan iri dan dengki pada hati. Mendasari semua perbuatan dengan niat ibadah, sesuai dengan tujuan hidup bagi setiap umat Islam adalah untuk selalu beribadah kepada Allah SWT. sebagai makhluk ciptaan-Nya.

Memasuki bulan Syawal ini hendaknya hati kita menjadi suci setelah menjalankan ibadah dalam bulan suci Ramadhan. Semoga Allah SWT. memberikan cahaya-Nya agar hati kita tetap terjaga kesuciannya.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *