Kultum 524: Ber-Islam yang Sebenarnya

Ber-Islam yang Sebenarnya
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Adalah merupakan hal yang wajar jika kita bertanya tanya pada diri sendiri tentang Islam yang kita pilih sebagai jalan hidup ini. Kita juga patut bertanya, “Sudah benar-benar Islamkah kita ini? Kalau belum lantas bagaimana ber-Islam yang benar itu?” Mari kita baca riwayat berikut ini sebagai ibrah.

عَنْ أَبِي عَمْرو، وَقِيْلَ : أَبِي عَمْرَةَ

سُفْيَانُ بْنِ عَبْدِ اللهِ الثَّقَفِي رَضِيَ

اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ

قُلْ لِي فِي اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ

عَنْهُ أَحَداً غَيْرَكَ . قَالَ : قُلْ

آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ

رواه مسلم

Artinya:

Dari Abu Amru, ada pula yang mengatakan Abu Amrah, Sufyan bin Abdullah Ats-Tsaqafi rahimahullah berkata aku berkata, “Wahai Rasulullah, katakanlah suatu perkataan kepadaku tentang Islam yang aku tidak akan menanyakan lagi kepada seorang pun selain engkau”. Beliau bersabda, “Katakanlah, aku beriman kepada Allah, kemudian istiqomahlah” (Hr. Muslim, no. 38).

Menurut banyak ulama, makna kalimat “Katakanlah satu perkataan kepadaku tentang Islam yang aku tidak akan menanyakan lagi kepada seorang pun selain engkau”, itu artinya “ajarkanlah kepadaku suatu perkataan tentang pengertian Islam yang jelas bagi diriku sehingga tidak perlu lagi bagiku menanyakan tafsirnya kepada selain engkau dan aku akan mengerjakannya”. Kemudian Nabi menjawab, “Katakanlah aku beriman kepada Allah, kemudian istiqomahlah”.

Menurut para ulama, jelas sekali bahwa ini adalah kalimat yang ringkas dan padat yang diberikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menjawab pertanyaan seorang sahabat tadi. Dalam dua kalimat ini tercakup makna Islam dan iman. Beliau memerintahkan sahabat yang bertanya tersebut untuk memperbaiki imannya dengan lisannya sebagai peringatan bagi hatinya dan memerintahkan untuk istiqomah dalam melakukan ketaatan-ketaatan serta meninggalkan seluruh penyimpangan darinya.

Alasannya adalah, tidak dikatakan Istiqomah (teguh pendirian) jika iman dan Islam itu disertai dengan adanya kebengkokan yang merupakan kebalikannya. Hal ini selaras dengan firman Allah Subhanahu wata’ala,

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ

ٱسۡتَقَـٰمُواْ تَتَنَزَّلُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡمَلَـٰٓٮِٕڪَةُ

أَلَّا تَخَافُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَبۡشِرُواْ

بِٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمۡ تُوعَدُونَ

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu” (QS. Fussilat, ayat 30).

Jadi, mereka beriman kepada Allah Yang Esa, kemudian beristiqomah diatasnya dan di atas ketaatan hingga Allah mewafatkan mereka. Umar Bin Khattab Radhiallahu ‘anhu berkata “mereka Istiqomah kepada Allah dalam melakukan ketaatan dan tidak miring laksana miringnya pelanduk (sejenis hewan)” (Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Az Zuhdi, abdun bin Hamid, Al-Hakim, Tirmidzi, dan Ibnu Al Mundzir).

Jadi, maknanya adalah mereka lurus dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah baik secara aqidah, perkataan maupun perbuatan. Dan mereka kontinyu dalam hal itu, inilah pendapat kebanyakan para ahli tafsir sekaligus menjadi makna bagi hadits ini Insya Allah.

Demikian halnya dengan firman Allah Subhanahu wata’ala,

فَٱسۡتَقِمۡ كَمَآ أُمِرۡتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ

وَلَا تَطۡغَوۡاْ‌ۚ إِنَّهُ ۥ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٌ۬

Artinya:

Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar sebagaimana diperintahkan kepada  (QS. Hud, ayat 112).

Ibnu Abbas berkata, “Tiada (ayat yang) turun atas Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam dalam keseluruhan ayat yang lebih berat dari ayat ini” untuk itulah Nabi bersabda, “yang menjadikan aku cepat beruban adalah surah Hud dan semisalnya”  (HR. Thabrani dan  Baihaqi dalam Ad Dala’il). Ustadz Abu Al Qasim Al-Qusyairi Rahimallahu berkata, “istiqomah adalah suatu derajat yang dengannya akan didapatkan kesempurnaan perkara dan dengan Istiqomah akan didapatkan kebaikan-kebaikan dan kedisiplinan di atasnya. Barangsiapa yang tidak memiliki sifat istiqomah dalam suatu hal maka hilanglah kesempatannya dan lenyaplah kesungguhannya”.

Dikatakan pula bahwa Istiqomah hanya dapat direalisasikan oleh orang yang berjiwa besar karena biasanya Istiqomah itu berlawanan dengan kebiasaan, menyalahi adat kebiasaan, serta berdiri dihadapan Allah Subhanahu wata’ala diatas kejujuran hakiki. Oleh karena itu nabi Shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Istiqomah kalian niscaya akan diperhitungkan orang”. Allahu ya’lam.

Semoga yang kita baca ini menjadi pengingat dan menambah iman kita, dan kalau sekiranya bisa memberi manfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                                  —ooOoo—

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *