Kultum 526: Memilih Pemimpin Kafir Adalah Kemunafikan

Memilih Pemimpin Kafir
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Seorang peserta sesi tanya-jawab setelah pengajian bertanya tentang hukum memilih pemimpin kafir. Pemateri menjawab pertanyaan ini dengan agak panjang dan mengemukakan beberapa hal berikut.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat jika ingin memilih pemimpin. Perlu diketahui bahwa memilih pemimpin kafir adalah kemunafikan. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

بَشِّرِ الۡمُنٰفِقِيۡنَ بِاَنَّ لَهُمۡ عَذَابًا اَلِيۡمًا

Artinya:

Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih (QS. An-Nisa, ayat 138)

الَّذِيۡنَ يَتَّخِذُوۡنَ الۡـكٰفِرِيۡنَ اَوۡلِيَآءَ

مِنۡ دُوۡنِ الۡمُؤۡمِنِيۡنَ‌ ؕ اَيَبۡتَغُوۡنَ

عِنۡدَهُمُ الۡعِزَّةَ فَاِنَّ الۡعِزَّةَ لِلّٰهِ جَمِيۡعًا

Artinya:

(yaitu) orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Ketahuilah bahwa semua kekuatan itu milik Allah (QS. An-Nisa, ayat 138 – 139).

Dalam ayat tersebut Allah Subhanahu wata’ala menggelari orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin adalah orang-orang munafik. Orang munafik di sini adalah orang yang menampakkan iman dan menyembunyikan kekafiran (lihat tafsir al-Muyassar). Pemateri melanjutkan dengan mengutip firman Allah Subhanahu wata’ala,

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَتَّخِذُوا

الۡكٰفِرِيۡنَ اَوۡلِيَآءَ مِنۡ دُوۡنِ الۡمُؤۡمِنِيۡنَ‌ ؕ

اَ تُرِيۡدُوۡنَ اَنۡ تَجۡعَلُوۡا لِلّٰهِ عَلَيۡكُمۡ

سُلۡطٰنًا مُّبِيۡنًا

Artinya:

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin selain dari orang-orang mukmin. Apakah kamu ingin memberi alasan yang jelas bagi Allah (untuk menghukummu)? (QS. An-Nisa, ayat 144).

Pemateri menjelaskan bahwa menjadikan / memilih orang kafir sebagai pemimpin menjadi sebab mendapatkan adzab dari Allah, bukan hanya di akhirat tapi bisa saja adzab itu didapatkan di dunia. Misalnya dengan adanya berbagai musibah yang menimpa, wal ‘iyadzu billah. Bahkan meskipun orang kafir tersebut adalah keluarga, teman dan sebagainya dia tetap haram untuk dijadikan pemimpin, Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّخِذُوٓاْ ءَابَآ

ءَكُمۡ وَإِخۡوَٲنَكُمۡ أَوۡلِيَآءَ إِنِ ٱسۡتَحَبُّواْ

ٱلۡڪُفۡرَ عَلَى ٱلۡإِيمَـٰنِ‌ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم

مِّنكُمۡ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلظَّـٰلِمُونَ

Artinya:

Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan Bapak-Bapak dan Saudara-Saudaramu menjadi wali (pemimpin/pelindung) jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan , dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka merekalah orang-orang yang zalim (QS. At-Taubah, ayat 23).

Keluarga yang kafir saja dilarang untuk jadikan pemimpin, apa lagi orang kafir yang suka mempermainkan dan melecehkan agama dan menunjukkan permusuhan terhadap Islam. Para ulama pun enggan memilih pemimpin kafir. Ibnul Mundzir mengatakan, “Para ulama yang dikenal telah melarang bahwa orang kafir tidak memiliki peluang untuk menjadi pemimpin bagi kaum muslimin apapun keadaannya” (Ahkam Ahlu Dzimmah, 2/787).

Maka, pilihlah pemimpin yang mengajak bertaqwa kepada Allah dan jangan memilih pemimpin yang mendorong bermaksiat kepada-Nya, meskipun ia adalah keluarga kita. Karena dalam Islam, memilih pemimpin juga merupakan bagian dalam kehidupan beragama. Logika sederhananya, kalau kita umat beragama, harus dipimpin oleh pemimpin yang beragama pula, kan? Lebih utama yang baik agamanya dibanding umat yang akan dipimpinya agar bisa membawa rakyatnya menjadi lebih baik dalam segala bidang.

Jangan sampai kita umat Islam salah memilih tokoh yang nantinya malah berdampak buruk bagi rakyat. Memilih pemimpin bukanlah sekedar berdasarkan popularitas, suku, penampilan, atau hal-hal duniawi lainnya. Perhatikan penyesalan berikut,

وَقَالُوۡا رَبَّنَاۤ اِنَّاۤ اَطَعۡنَا سَادَتَنَا

وَكُبَرَآءَنَا فَاَضَلُّوۡنَا السَّبِيۡلَا

Artinya:

Dan mereka berkata, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati para pemimpin dan para pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar)” (QS. Al-Ahzab, ayat 67).

Itulah akibat yang ditimbulkan jika salah dalam memilih pemimpin. Kesalahan dalam memilih pemimpin dapat menyebabkan penyesalan di kemudian hari, Imam al-Ghazali dalam Kitab Ihya ‘Ulumuddin juz II mengatakan, “Sesungguhnya, kerusakan rakyat disebabkan oleh kerusakan para penguasanya. Kerusakan penguasa disebabkan oleh kerusakan ulama. Kerusakan ulama disebabkan oleh cinta harta dan kedudukan. Barangsiapa dikuasai oleh amunisi duniawi, ia tidak akan mampu mengurus rakyat kecil, apalagi penguasanya. Allah-lah tempat meminta segala persoalan”. Allahu ya’lam.

Semoga yang kita baca ini menjadi pengingat menambah iman kita, dan kalau sekiranya bisa memberi manfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                                  —ooOoo—

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *