Hikmah Pagi: Kusembah Engkau Karena Kucinta

Kusembah Engkau Karena Kucinta

Hajinews.co.id – Cerita cinta. Cerita yang tak pernah ditutup bukunya. Ia dinovelkan, ia dilagukan, ia disyairkan.

Tak terhitung jumlah judul lagu yang selalu hits, jika bertemakan cinta. Begitu juga judul film, judul novel, termasuk judul-judul puisi. Bahkan, berbagai perusahaan jasa, termasuk layanan perbankan dan perhotelan. Meninggikan kalimat cinta. Kalimat umum sebagai isyarat pelayanan unggulan.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Kalimat itu bisa berujar, “Kami melayani dengan cinta”.

Cinta, menguatkan siapa saja. Kekuatan yang bahkan di luar logika. Cinta, sulit dinarasikan dengan kata-kata!

Orang yang sedang dimabuk cinta, tampak baginya keindahan dalam segala. Jika yang dicinta seorang wanita atau pria, maka dari seluruh detailnya, semuanya tampak memesona. Dari rasa cinta, muncul ungkapan kekaguman, pujian, ingatan tak berkesudahan, kerinduan, dan perasaan berbunga-bunga ketika berjumpa.

Bukankah setiap kita pernah merasakannya?

Rabi’ah al-Adawiyah. Siang itu Rabi’ah al-Adawiyah berlari-lari di Kota Baghdad. Di tangan kanannya ada setimba air. Tangan kirinya memegang obor api. Melihat yang tak biasa masyarakat betanya-tanya, ada apa?

Tak mereka duga, Rabi’ah menjawab ‘sekenanya’, “mau membakar surga dan menyiram neraka”.

Andai saja kita di sana, boleh jadi kita menduga Rabi’ah berbicara tanpa logika?

Rupanya Rabi’ah mengikuti kata hatinya. Agar siapa pun yang menyembahNya bukan mengharap surga, atau sekedar takut dari siksa neraka. Menurutnya, karena itu membuat umat Islam menyembahNya tanpa dasar cinta.

Menyembah demi cinta, pasti tak kan pernah dibutakan atas keinginan surga, atau ketakutan akan neraka.

Sangat mungkin suasana hati Rabi’ah sesuai dengan informasi dalam Zabur, kitab yang diwahyukan Allah swt. kepada Nabi Daud as. “Siapakah yang lebih kejam dari orang yang menyembahKu karena surga atau neraka. Apakah jika Aku tidak membuat surga dan neraka, maka Aku tidak berhak untuk disembah.”

Cinta hamba, dalam lirik lagu. “Jika surga dan neraka tak pernah ada”.

Lebih sepuluh tahun lalu. Lagu tentang cinta tulus hamba kepada Tuhannya menempati papan atas tangga lagu hits di Indonesia. Perhatikanlah sebagian liriknya:

“Apakah kita semua

Benar-benar tulus

Menyembah padaNya

Atau mungkin kita hanya

Takut pada neraka

Dan inginkan surga

Jika surga dan neraka tak pernah ada

Masihkan kau bersujud kepadaNya

Jika surga dan neraka tak pernah ada

Masihkah kau menyebut namaNya”.

Di hati seorang hamba. “Sungguh tak peduli aku. Ke manakah yang Engkau rela. Yang kuberatkan jika aku masuk neraka, karena aku durhaka. Betapa nestapanya?

Bukankah perintahMu adalah nikmat. Bukankah melanggarmu adalah kerugian yang fakta. Bagaimana bisa memilih celaka daripada bahagia, jika aku memiliki logika.

Betapa maksiyat kepadaMu adalah pengkhianatan kasat mata. Atas sejati cintaMu kepadaku. Tidak tahu malu, jauh dari kata setia. Tak pantas menjadi manusia!

Andai memilih taat daripada durhaka tak pernah ada pahalanya. Logika sehatku pasti memaksa untuk memilih taat kepadaMu. Betapa tidak, karena taat itu keuntungan yang sangatlah berbukti fakta.

Maha Suci Engkau dari memerintahkan untuk celaka. Pastilah perintahMu untuk selamat dan bahagia. Maha Suci Engkau dari melarang untuk bahagia. Pastilah laranganMu untuk menghindar dari bahaya nyata. Celaka tak ada duanya.

Lalu apa kepentinganku terhadap pahala. Kecuali itu hanya karena anugerah rahmatMu saja kepada siapa pun hambaMu. Duh, hanyalah Dia yang benar-benar haq untuk dicinta, dengan segala puja.

Kalimat Maha Puja Menandai Puncaknya Cinta. Kalimat puja

dan puji untuk hamba-hambaNya. Diuntai berjalin dalam kekaguman tak berhingga. Inikah dia?

  1. Bismillaahirrahmaanirraahiim

Dengan (menyebut) nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang

  1. Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin

Segala puji hanya bagi Engkau Tuhan seru sekalian alam

  1. Ar-Rahmaanirraahiim

Yang Maha Pengasih Maha Penyayang

  1. Maaliki yaumiddiin

Maha Raja di hari pembalasan

Nabi Daud as. menerima wahyu dalam Zabur, “Sesungguhnya orang yang sangat Aku kasihi adalah orang yang beribadah bukan karena imbalan. Tapi semata, karena Aku berhak untuk disembah.”

Duhai Allah. Hamba berdoa dan berdoa. Agar setiap masa yang sedang dan akan tiba. Tak ada secelah pun padanya. Kecuali hamba menyembahMu sedang hati selalu dimabuk cinta. Cinta hanya kepadaMu saja.

Kabulkanlah Rabb!

Abdurachman

Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Pemerhati spiritual medis dan penasihat sejumlah masjid di Surabaya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *