Kultum 527: Jiwa Hewan dan Nasib Mereka di Akhirat

Jiwa Hewan dan Nasib Mereka di Akhirat
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Allah Subhanahu wata’ala memberi tahu kita bahwa Malaikat maut mengambil jiwa anak Adam, sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala,

قُلۡ يَتَوَفّٰٮكُمۡ مَّلَكُ الۡمَوۡتِ الَّذِىۡ

وُكِّلَ بِكُمۡ ثُمَّ اِلٰى رَبِّكُمۡ تُرۡجَعُوۡنَ

Artinya:

Katakanlah, “Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu, kemudian kepada Tuhanmu, kamu akan dikembalikan” (QS. As-Sajdah, ayat 11).

Itu jiwa manusia. Adapun jiwa hewan dan burung, dalam hal ini tidak ada nas yang membicarakannya di dalam Al-Qur’an atau Sunnah shahih, setahu kami. Sebaliknya apa yang telah diriwayatkan tentang itu adalah hadits yang tidak shahih. Inilah riwayat yang diriwayatkan oleh al-‘Aqeeli dalam ad-Du’afa’, “Masa hidup semua hewan, kutu, pinjal, belalang, kuda dan bagal, semuanya, ternak dan sebagainya, masa hidup mereka semuanya terhubung dengan tasbih mereka. Ketika tasbih mereka berakhir, Allah mengambil jiwa mereka, dan Malaikat maut tidak ada hubungannya dengan itu” (Al-Albani berkata dalam as-Silsilah ad-Da’iifah [4/188]: Itu mawdu’ [dibuat-buat]).

Oleh karena itu sebagian ulama mengatakan bahwa malaikat maut adalah yang mencabut nyawa semua makhluk, sedangkan yang lain mengatakan bahwa Allah mencabut nyawa mereka sendiri dan mematikan nyawa mereka (lihat: at-Tadhkirah oleh al-Qurthubi, hlm. 75; al-Fawakih ad-Dawani, 1/100). Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah berpendapat bahwa menanyakan hal itu tidak perlu. Dia Rahimahullah ditanya, “Apakah Malaikat maut ditunjuk untuk mengambil jiwa binatang?”

Dia menjawab, “Apa pendapat Anda jika saya mengatakan bahwa Malaikat maut ditunjuk atau tidak untuk mengambil jiwa binatang; apa untungnya mengetahui hal ini? Apakah para Sahabat bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tentang hal itu, ketika mereka lebih bersemangat dari yang lain untuk mencari ilmu, dan Rasulullah lebih mampu dari yang lain untuk menjawab, namun meskipun demikian mereka tidak bertanya? Sebaliknya Allah Subhanahu wata’ala berfirman, “Katakanlah, ‘Malaikat maut, yang duduk di atasmu, akan mengambil jiwamu, lalu kamu akan dibawa kembali ke Tuhanmu’” (QS. as-Sajdah, ayat 11).

Dia (Malaikat maut) ditunjuk untuk mengambil jiwa anak Adam; adapun ruh makhluk selain anak Adam, tidak ada yang terbukti. Dan Allah tahu yang terbaik. Tetapi hal yang paling penting untuk dikatakan dalam menjawab pertanyaan ini adalah bahwa manusia tidak boleh bersikap ekstrim (bertanya). Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Mereka yang bertindak ekstrem (dalam perkataan dan perbuatan mereka) akan binasa”. Maka janganlah bertanya tentang hal-hal yang di dalamnya tidak ada manfaatnya.

Demi Allah, jika ada manfaat dari pengetahuan kita apakah Malaikat maut mengambil jiwa makhluk lain, Allah Subhanahu wata’ala akan memberi tahu kita tentang hal itu, baik dalam Al-Qur’an atau Sunnah, atau Allah akan menyebabkan seseorang bertanya kepada Utusan Tuhan tentang hal itu. Oleh karena itu para Sahabat akan bergembira ketika seorang Badui datang dari padang pasir untuk bertanya tentang sesuatu yang mereka mungkin merasa terlalu malu untuk bertanya kepada Rasulullah.

Intinya adalah, bagi Anda dan siapa pun yang mendengarkan, mempelajari hal-hal seperti itu secara mendalam adalah salah, karena Utusan Allah berkata, “Mereka yang bertindak ekstrem (dalam kata-kata dan perbuatan mereka) akan binasa”. Dan pada suatu kesempatan dia berkata, “Mereka yang bertindak ekstrim (dalam perkataan dan perbuatan mereka) akan binasa, mereka yang bertindak ekstrim (dalam perkataan dan perbuatan mereka) akan binasa, mereka yang bertindak ekstrim (dalam perkataan dan perbuatan mereka) dikutuk”, tiga kali.

Sehubungan dengan hal-hal ghaib seperti itu, kita harus mengambil apa yang telah terbukti dan meninggalkan apa yang belum disebutkan. Untuk hal-hal ghaib, kita harus mengambil apa yang telah dibuktikan kepada kita, dan untuk yang lainnya, kita harus tetap diam tentang hal itu; jika itu penting bagi kita, atau jika ada kepentingan yang harus dilayani dengan mengetahuinya, Allah pasti telah menjelaskannya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam,

وَاَنۡزَلۡنَاۤ اِلَيۡكَ الذِّكۡرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ

مَا نُزِّلَ اِلَيۡهِمۡ وَلَعَلَّهُمۡ يَتَفَكَّرُوۡنَ‏

Artinya:

Dan Kami juga telah menurunkan kepadamu (hai Muhammad SAW) peringatan dan nasihat (Al-Quran), agar kamu menjelaskan dengan jelas kepada manusia apa yang diturunkan kepada mereka (QS. an-Nahl, ayat 44).

Jadi, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak meninggalkan apa pun yang kita butuhkan, tetapi dia menjelaskan kepada kita (Liqa’ al-Bab al-Maftuh, 11/146). Mengenai nasib jiwa hewan-hewan, Allah Subhanahu wata’ala berfirman, “Dan tidak ada seekor binatang pun yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat (juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada Tuhan mereka dikumpulkan” (QS. Al-An’am, ayat 38). Jadi, semua makhluk akan dikumpulkan pada hari kiamat, binatang, binatang, burung dan segala sesuatu. Maka keadilan Allah pada hari itu akan mencapai sedemikian rupa sehingga Allah akan membalaskan binatang tak bertanduk dengan yang bertanduk. Kemudian Dia akan berkata, “Jadilah debu”, pada saat itu orang kafir akan berkata, “Seandainya aku menjadi debu!” (QS. an-Naba’, ayat 40). Allahu ya’lam.

Semoga yang kita baca ini menjadi pengingat menambah iman kita, dan kalau sekiranya bisa memberi manfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                                  —ooOoo—

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *