Pancasila dan Islam

Pancasila dan Islam
Ustadz Buchory Muslim

Oleh : Ustadz Buchory Muslim – Da’i Parmusi – Direktur An Nahl Institute Jakarta, Ketua Departemen Pendidikan Karakter MPP ICMI

Hajinews.co.id – ” PANCASILA itu adalah formulasi lima cita-cita kebaikan sebagai hasil dari konsensus para pemimpin kita pada tahap perjuangan…”

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Inilah spirit yang selalu didengungkan oleh Buya Dr Muhammad Natsir رحمه الله, Perdana Mentri dan Bapak NKRI atau Pencetus Integrasi Bangsa ketika menyampaikan dan ‘mengkampanyekan’ Pancasila pada kader, Sahabat Ulama bahkan Tokoh Dunia.

Pancasila sejatinya tidak boleh dipertentangkan dengan Al-Qur’ân atau Agama secara keseluruhan. Karena inti ajaran Al-Qur’an sabagai undang-undang atau landasan Agama yang dibawa oleh Para Anbiya yakni tauhid, atau kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan tauhid itulah inti dasar Pancasila dan yang pastinya bukan ketuhanan yang berkebudayaan.

Tauhid atau ketuhanan yang benar sesungguhnya akan menumbuhkan dalam setiap sanubari dan jiwa orang yang beriman akan kesadaran harga diri mereka sebagai hamba Allâh ﷻ di samping hamba-hamba Allâh yang lain. Dan ajaran Al-Qur’ân itu terang dan jelas hadir bukan untuk menghapus bangsa dan kebangsaan serta kebhinekaan.

Dalam Al Qur’ân surah Al Hujurât jelas dan sangat terang Allâh ﷻ menegaskan sunnatullah dimana kita di perintahkan untuk saling kenal mengenal dan saling harga menghargai. Jadi, Islam sebagai Agama khususnya dan atau Al-Qur’ân dan segenap ajaran dan syariatnya itu datang untuk meletakkan dasar-dasar yang sehat agar kita semuanya hidup dalam kebhinekaan suatu bangsa dan juga dalam pergaulan kekeluargaan antar bangsa-bangsa di alam jagat raya milk Allâh ﷻ ini.

Kita semua tahu dan sadar bahwa perumusan Pancasila itu adalah hasil musyawarah antara para pemimpin pada saat fase perjuangan berdarah untuk meraih kemerdekaan dan sampai pada puncaknya di tahun 1945 itu sangat serius dan tidak main-main !

Dalam kondisi yang tidak stabil itu, para pemimpin yang berkumpul, pastilah tidak akan membenarkan sesuatu perumusan dasar bernegara yang akan nyata-nyata bertentangan dengan asas dan ajaran Islam, di mana mereka sebagian besarnya adalah Tokoh Islam bahkan Tokoh pergerakan Islam.

Jadi, bagaimana mungkin Al-Qur’an dan ajarannya bertentangan dengan Pancasila terutama sila pertamanya, Ketuhanan Yang Maha Esa, kalau yang dituju oleh sila pertama tersebut adalah menegaskan kepada seluruh warga negara dan juga penduduk negara serta dunia luar, bahwa sesungguhnya seorang manusia tak akan dapat memulai kehidupannya menuju kebajikan dan keutamaan, kalau ia belum dapat menyadarkan diri dan mempersembahkan dirinya kepada Allâh ﷻ Tuhan Yang Maha Esa.

Oleh karena itu, di mata seorang muslim apalagi sampai tingkat Cendikiawan atau Ulama apalagi Profesor yang Kiyai atau Kiyai yang Profesor, Pancasila bukanlah barang asing apalagi sampai dianggap musuh yang berlawanan dengan ajaran atau syariat yang diajarkan Al-Qur’an atau Agama.

Pancasila sejatinya mengandung tujuan-tujuan konsepsi Islam tetapi Pancasila itu bukanlah milik Islam semata. Karena kita memang berbhineka, ada agama lainya yang tumbuh berkembang dan hidup di Indonesia tercinta ini.

Sebagai muslim sejatinya kita sangat yakin bahwa di dalam nuansa Islam-lah Pancasila itu akan hidup subur makmur. Kenapa, karena iman atau kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa itu tidak dapat ditumbuhkan dengan semata-mata hanya mencantumkan kata-kata dan istilah Ketuhanan Yang Maha Esa itu saja di dalam perumusan Pancasila. Tetapi harusnya nyata dalam pengabdian dan kehidupan secara umum.

Jadi, jika di zaman BPIP ini Agama dianggap musuh Pancasila, maka apalagi yang mau diharapkan dari Pancasila ? Begitu juga apabila sila Ketuhanan Yang Maha Esa itu hanya sekedar pernyataan apalagi tulisan yang dibaca pada setiap upacara, termasuk upacara hari kemerdekaan yang diperingati di depan Istana megah sekalipun, maka itu berarti urat tunggal bagi sila berikutnya sudah tumbang dan hancur berkeping-keping dan berantakan.

Dan pastinya, Tuan Profesor dan Para Anggota BPIP yang digaji ratusan juta oleh Rakyat dan juga semua komponen Bangsa ini tentu harus sadar bahwa seluruh sila-sila yang lainnya akan hampa tidak bermkna serta tak akan mempunyai bentuk yang jelas, sehingga yang tertinggal hanyalah kerangka dari Pancasila tersebut, dan akan dengan mudah sekali dipergunakan untuk menutupi celah dan aib dari langkah perbuatan yang tanpa sila dan tidak berkesusilaan sama sekali.

Terkakhir, Kampanye apalagi sekedar ‘jualan’ Pancasila hendaknya tidaklah diisi dengan dogma yang bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an yang telah ada ribuan tahun serta telah menjadi darah daging mayoritas ummat dari bangsa kita yang berketuhanan Yang Maha Esa ini.

Begitu juga kampanye atau pelestarian Pancasila hendaknya tidak dipergunakan untuk menentang terlaksananya kaidah-kaidah dan ajaran syari’at apalagi ceritanya dalam syukuran atau peringatan hari kemerdekaan dengan melarang Jilbab demi menjaga kebhinekaan ? Padahal jilbab adalah syari’at yang termaktub dalam Al-Qur’an kitab mulia itu. Karenanya sekali lagi Al-Qur’an itu, bagi orang Islam, adalah induk dari semua sila yang ada dalam Pancasila yang merupakan pedoman hidup bagi umat islam yang jika dilakasankan secara murni dan konsekwen maka akan jadi sumbangan besar untuk mengawal dan menjaga ketahanan Berbangsa dan benegara dalam naungan ridla Allâh Yang Maha Kuasa. Jangan biarkan Ummat Islam menyesal dan kembali menuntut Piagam Jakarta !

#Bubarkan_BPIP
#BPIP_perusakPancasila

والله اعلم وبارك الله فيكم…

Bumi Allâh yang berpancasila,
10 Shafar 1446 H
15 Agustus 2024 M

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *