Kultum 531: Hukum Mengatakan “Kau yang Membuatnya Berhasil”

Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Dalam sebuah tanya-jawab online seorang penanya bertanya sebagai berikut. Hal ini terjadi di Amerika dan ini sering terjadi katika dua orang bercakap-cakap dan saling memuji keberhasilan atas mengerjakan sesuatu. Kisahnya, seseorang telah membantu saya dalam menyelesaikan beberapa dokumen di departemen pemerintah dan saya berkata kepadanya, “Anda mewujudkannya”. Hal ini sering diucapkan oleh orang Amerika, “You made it happened”. Apakah kata-kata saya ini dianggap syirik?

Pertanyaan ini  dijawab oleh pemateri, Alhamdulillah. Pertama, tidak diragukan lagi bagi seorang Muslim membantu saudaranya dalam urusannya, berusaha memenuhi kebutuhannya, adalah sifat yang baik dan mulia. Orang yang melakukan itu, karena mencari keridhaan Allah, pasti akan diberi pahala oleh Allah.

Kedua, hanya dengan pertolongan Allah seseorang dapat mencapai apa yang dia butuhkan, dengan bantuan-Nya, dukungan-Nya, ketetapan-Nya dan orang-orang baik yang menginspirasi yang memiliki pengaruh untuk memberikan kata-kata yang baik untuknya, dan seterusnya. Meskipun Allah Subhanahau wata’ala memiliki kendali penuh atas segala sesuatu dan adalah Pencipta, Tuhan dan Pemilik segala sesuatu, Yang mengarahkan hal-hal sesuai kehendak-Nya, dan Dia adalah Penyedia Yang memberi atau menahan, tidak ada yang mencegah kita dari menggambarkan seseorang sebagai orang yang membuat sesuatu terjadi dan memenuhi kebutuhan manusia, karena Allah-lah yang menjadikannya sarana terjadinya itu.

Muslim dalam haditsnya no. 2699 meriwayatkan bahwa Abu Hurairah berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa menghilangkan satu kesulitan dunia dari seorang mukmin, Allah akan menghilangkan salah satu kesulitan pada Hari Kebangkitan darinya. Barangsiapa yang santai dengan debitur (meringankan tagihan) yang dalam kesulitan, Allah akan memudahkan baginya di dunia dan di akhirat”.

Allah telah berfirman tentang prinsip kemudahan dalam mewajibkan wudhu,

مَا يُريدُ الله لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ

حَرَجٍ وَلكن يُريدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ

نِعْمَةُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya:

Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur (QS. Al-Maidah, ayat 6).

Jadi, menimbulkan pertolongan kepada seseorang dan menyatakan bahwa dialah yang membuat sesuatu terjadi, padahal Allah-lah yang menetapkannya dengan rahmat-Nya, adalah sah. Al-Minnaawi Rahimahullah berkata, “Orang yang santai-santai dengan seseorang yang dalam kesulitan dengan membebaskannya dari hutang, atau memberinya hadiah atau sedekah, atau memberinya tangguh sampai keadaannya membaik, atau membantunya dengan mengucapkan kata-kata yang baik untuknya, atau mengeluarkan sebuah fatwa yang membebaskannya dari beberapa situasi sulit, Allah akan membuatnya mudah baginya untuk mencapai apa yang dia cari dan apa yang dia cita-citakan di dunia dan akhirat” (Fayd al-Qadiir 6/243).

Al-Bukhaari no. 3038 dan Muslim no. 1733 meriwayatkan dari Sa’id ibn Abi Burdah, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus Mu’adh dan Abu Musa ke Yaman, dan bersabda, “Permudah dan jangan dipersulit, beri kabar gembira dan jangan menunda orang, bekerja sama dan tidak berselisih”.

Dari Anas bin Mali Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا وَبَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا

Artinya:

Permudahlah dan jangan persulit, berilah buatlah mereka gembira dan jangan buat mereka lari (HR. Muttafaq ‘Alaih).

Abu Dawud no. 380, at-Tirmidzi no. 147 dan lain-lain meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Anda tidak dikirim untuk mempersulit” (Digolongkan sebagai shahih oleh al-Albani).

Jadi jika seseorang mengatakan bahwa si Fulan mewujudkan atau memenuhi kebutuhannya, dalam artian dia tidak lebih dari penyebab yang Allah Subhanahu wata’ala tetapkan dengan rahmat-Nya harus menjadi orang yang memenuhi kebutuhannya dan membuat sesuatu terjadi, tidak ada apa-apa, tidak salah dengan itu.

Tetapi jika dia mengatakan bahwa orang ini adalah orang yang melalui bantuannya kebutuhannya dipenuhi, dan “jika itu bukan karena bantuannya, kebutuhannya tidak akan terpenuhi” dan dokumen tidak dapat diselesaikan, dan dia tidak mengaitkan berkah ini kepada Allah, hal itu tidak diperbolehkan dan termasuk ke dalam kategori syirik.

Untuk lebih jelasnya silahkan lihat jawaban soal-soal yang lain tentang hal-hal yang berhubungan dengan syirik ucapan dan yanrumpun dengan topik ini. Pada bahasan yang lalu telah banyak kita bahastentang hal ini. Dan Allah tahu yang terbaik.

Semoga yang kita baca ini menjadi pengingat menambah iman kita, dan kalau sekiranya bisa memberi manfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                             —ooOoo—

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *