Kultum 536: Klaim bahwa Al-Qur’an Telah Terdistorsi

Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Beberapa kalangan dari agama selain Islam, termasuk para pendeta, berpendapat bahwa Al-Qur’an  atau kitab suci umat Islam telah mengalami distorsi, yakni tidak seperti aslinya. Salah satu klaim demikian bisa di situs web anti-Islam yang dijalankan oleh seorang teolog Kristen dari Inggris bahwa cendekiawan “Al-Sagistany” menulis dalam bukunya yang berjudul “Almasahif” bahwa pemimpin Muslim “Al-Hajjajj” mengubah huruf-huruf dalam Al-Qur’an menjadi setidaknya sepuluh kata.

Dia mengklaim bahwa “Alsagistany” melaporkan hal ini dan dia menulisnya dengan judul, “Ma Ghayarraho Alhajjajj Fe Moshaf Othman”. Orang kristen ini juga menceritakan dalam bahasa Arab apa yang dia klaim sebagai salinan dari halaman ini dengan sepuluh kata yang dia klaim telah diubah hurufnya. Beberapa ulama Islam telah mencoba mencari salinan buku itu untuk mencari masalahnya tetapi mereka gagal. Mungkin salinan itu telah dihilangkan atau telah dihapuskan dari sebsites mereka.

Bagi umat Islam, apalgi bagi para penghafal Qur’an (hafidz), adalah tidak mungkin manusia bisa begitu saja mengubah Qur’an. Bahkan jika Alsagistany benar-benar melaporkan ini, itu tetap tidak masuk akal sama sekali; pertama-tama karena kami tidak seperti Nasrani dan Yahudi yang tidak hafal kitabnya secara total dan sebagian besar diserahkan kepada ulama.

Sebaliknya sangat banyak umat Islam yang menghafal Al Qur’an dan hampir semuanya membacanya. Jadi perubahan tidak bisa begitu saja berlalu begitu saja kecuali oleh Alsagistany apalagi pada era ini sudah ada beberapa salinan total Al-Qur’an di semua negara Muslim. Kedua, jika sangat sulit untuk percaya bahwa perubahan ini tidak diperhatikan oleh para ulama atau orang pada saat itu, maka jauh lebih sulit untuk membayangkan bahwa setiap sarjana Muslim atau bahkan orang awam akan mengetahui perubahan kitab Allah dan tetap diam dan tidak melawan hal ini dan hanya menerimanya.

Hal itu tidak mungkin terjadi atas dasar beberapa hal. Pertama, tidaklah mungkin bagi seorang Muslim untuk meragukan ketetapan Al-Qur’an, karena Allah telah menjamin bahwa Al-Qur’an akan dilestarikan. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

اِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا الذِّكۡرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰـفِظُوۡنَ

Artinya:

Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan (Adz-Dzikr) Al-Qur’an, dan pasti Kami yang memeliharanya (QS. Al-Hijr, ayat 9).

Al-Qur’an disimpan di hati para Sahabat yang telah menghafalnya, dan di batang pohon dan batu putih tipis sampai masa khalifah Abu Bakr al-Siddiq Radhiyallahu ‘anhu. Selama perang Riddah banyak Sahabat yang hafal Al-Qur’an terbunuh, sehingga Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu takut bahwa Al-Qur’an akan hilang. Dia berkonsultasi dengan para Sahabat senior mengenai gagasan menyusun seluruh Al-Qur’an dalam satu buku sehingga akan terpelihara dan tidak akan hilang, dan tugas ini dipercayakan kepada hafiz besar Zayd ibn Tsabit dan lainnya yang telah menulis Wahyu.

Al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya bahwa Zayd ibn Tsabit Radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Abu Bakar As-Siddiq memanggilku ketika orang-orang Yamamah terbunuh (yakni sejumlah Sahabat Nabi yang berperang melawan Musaylimah). Aku mendatanginya dan menemukan ‘Umar bin al-Khattab sedang duduk bersamanya. Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu mengatakan (kepada saya), ‘Umar telah datang kepada saya dan berkata, “Korban berat di antara Qurra’ dari Al-Qur’an (yaitu mereka yang hafal Al-Qur’an) di Perang Yamaamah, dan saya khawatir akan ada lebih banyak korban jiwa di antara kaum Qurra’ di medan pertempuran lain, di mana sebagian besar Al-Qur’an mungkin hilang. Oleh karena itu saya menyarankan agar Anda [Abu Bakar] mengeluarkan perintah agar Al-Qur’an dikumpulkan”. Saya berkata kepada ‘Umar, “Bagaimana Anda bisa melakukan sesuatu yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak melakukannya?” ‘Umar berkata, “Demi Allah, ini adalah sesuatu yang baik”. ‘Umar terus mendesakku untuk menerima usulannya sampai Allah membuka hatiku untuk itu dan aku mulai menyadari kebaikan dalam gagasan yang telah disadari oleh ‘Umar”.

Kemudian Abu Bakar berkata kepadaku, “Kamu adalah pemuda yang bijaksana dan kami sangat percaya pada  mu. Anda dulu menulis Wahyu untuk Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam. Jadi Anda harus mencari Al-Qur’an [yakni, potongan-potongan yang di atasnya tertulis] dan mengumpulkannya (dalam satu buku)”. Demi Allah, seandainya mereka memerintahkanku untuk memindahkan salah satu gunung, tidaklah lebih sulit bagiku daripada perintah untuk mengumpulkan Al-Qur’an. Jadi, Zaid ibn Tsabit mulai mencari Al-Qur’an dan mengumpulkannya dari penggalan yang tertulis di atas pelepah kurma, batu putih tipis dan hati manusia yang hafal isinya, sampai dia menemukan ayat terakhir Surat al-Taubah dengan Abu Khuzaymah al-Ansari, dan tidak menemukannya dengan orang lain selain dia. Ayat tersebut adalah,

لَـقَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُوۡلٌ مِّنۡ اَنۡفُسِكُمۡ

عَزِيۡزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيۡصٌ

عَلَيۡكُمۡ بِالۡمُؤۡمِنِيۡنَ رَءُوۡفٌ رَّحِيۡمٌ‏

Artinya:

Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman (QS. At-Taubah, ayat 128). (sampai akhir Surat Bara’ah yakni Surat al-Taubah). Kepingan kepingan ini tetap ada pada Abu Bakar sampai dia meninggal, kemudian pada ‘Umar selama sisa hidupnya, kemudian pada Hafsah binti ‘Umar Radhiyallahu ‘anhum. Bersambung insya Allah.

Semoga yang kita baca ini memempertebal iman kita, dan kalau sekiranya bisa bermanfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                             —ooOoo—

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *