Gempar Gereja Katolik Bersejarah Dibangun 1886 Dijual pada Komunitas Islam Seharga 250 Ribu Dolar AS

Gempar Gereja Katolik Bersejarah Dibangun 1886 Dijual pada Komunitas Islam Seharga 250 Ribu Dolar AS (foto ist)

Hajinews.co.id — Jagad media sosial digemparkan oleh viralnya sebuah bangunan geraja Katolik di Amerika Serikat dijual kepada komunitas Islam seharga USD 250.000.

Gereja St Ann yang dibangun pada tahun 1886 ini sangat bersejarah. Gereja Paroki ini di bawah Keuskupan Katolik Roma Buffalo, New York, Amerika Serikat. Alasan yang diungkapkan keuskupan pun cukup unik yakni gereja tersebut sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya, dan memilih menjual properti mereka untuk digunakan ibadah oleh agama lain, seperti Islam.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Penjualan gereja Katolik St Ann setelah pengecatan Uskup Agung Carlo Maria Vigano, yang saat itu menjabat sebagai nuncio untuk Amerika Serikat.

Penjualan gereja Katolik St Ann ke komunitas Islam ini pun mengundang amarah netizen internasional di media sosial.

Mengomentari penjualan gereja bersejarah kepada komunitas Muslim setempat, setelah unggahan media sosial tentang kesepakatan tersebut memicu banjir komentar.

Gereja Paroki tersebut ditutup pada tahun 2007-2013 karena tidak cukup banyak umat paroki untuk mempertahankannya.

Hal itu juga ditambah lagi atas mencuatnya dugaan kasus skandal seksual hingga gereja itu pun berakhir tragis ditutup.

Disebutkan, Gereja St Ann tersebut dijual kepada perusahaan induk pada tahun 2022. Kemudian dijual lagi kepada pihak komunitas Islam seharga USD 250.000.

Penjualan gereja ini juga menandakan merosotnya agama Kristen dan Katolik di Amerika Serikat (AS).

“Dijual kepada komunitas Islam seharga USD250.000 yang mengubah gereja bersejarah tersebut menjadi masjid,” tulis unggahan akun ‘Father R. Vierling’ di X, dikutip pada Kamis (22/8/2024).

Father R. Vierling turut mengunggah foto  bangunan dan dalam  gereja katedral bergaya Gotik tersebut.

Unggahan Father R. Vierling tersebut telah dilihat sebanyak 11 juta akun.

“Gereja paroki ditutup pada tahun 2013. Gereja, sekolah, dan biara dijual pada tahun 2022 untuk dikembangkan menjadi pusat Islam di pusat kota,”lanjutnya.

“Tidak ada kemarahan yang harus diarahkan terhadap komunitas Islam. Kompleks paroki tersebut telah tersedia untuk dijual oleh keuskupan. Tidak diragukan lagi perubahan demografi daerah tersebut dan ketidakmampuan untuk mendukung kompleks tersebut secara finansial membuat St. Ann tetap menjadi paroki yang layak,”jelasnya kemudian.

Unggahan Father R. Vierling yang menginformasikan penjualan gereja Paroki ini pun mengundang amarah netizen.

“Keuskupan Buffalo tidak perlu menjual properti mereka jika bukan karena para pedofil di gereja. Bersihkan rumah Anda dan tidak perlu menjual gereja untuk membayar ganti rugi atas pelecehan seksual,”tulis akun Yejoku.

“Bagaimana mungkin gereja seindah ini hanya seharga 250 ribu USD sementara rumah-rumah biasa-biasa saja harganya lebih mahal? Pasti ada beberapa kecurangan yang terjadi di sini,”respon akun @Anc_Estetika.

Wilayah Buffalo memang komunitas yang berpenduduk hampir 280.000 orang di pesisir Danau Erie, dekat perbatasan AS-Kanada.

Sejak tahun 2000, wilayah Buffalo itu memang telah dimasuki banyak imigran dari Yaman, Somalia, Bangladesh, dan Irak yang mayoritas Muslim.

Kini para Imigran perlahan-lahan telah mengembangkan Islam di Buffalo, New York, Amerika Serikat.

Atas kemarahan netizen di media sosial tersebut, Keuskupan Buffalo pun memberikan penjelasan kepada The Tablet, media Katolik di New York City.

Keuskupan Buffalo mendesak orang-orang tidak mengarahkan kemarahan mereka kepada komunitas Islam.

Keuskupan menyalahkan kehancuran paroki tersebut pada “perubahan demografi daerah tersebut dan ketidakmampuan mendukung kompleks tersebut secara finansial.”

“Skenario ini sedang terjadi di keuskupan-keuskupan perkotaan yang dulunya besar di seluruh negeri,”kata Keuskupan.

“Kekhawatiran finansial memang menjadi alasan penjualan tersebut,” ungkap Keuskupan Buffalo kepada The Tablet.

“Memperbaiki gereja tersebut akan menelan biaya lebih dari USD30 juta pada saat itu,” papar juru bicara keuskupan Joe Martone.

“Diperlukan sejumlah besar uang untuk perbaikan,” ungkap Martone.

“Pekerjaan yang dibutuhkan sangat mahal dan berada di luar lingkup keuskupan.”

Keuskupan Buffalo menyatakan bangkrut pada tahun 2020, di bawah beban 900 tuduhan pelecehan seksual yang melibatkan imam dan karyawan lainnya.

Menurutnya, pada bulan November 2022, keuskupan menjual Gereja St Ann yang telah ditutup, beserta sekolah dan kompleks biara, kepada Buffalo Crescent Holdings.

Adapun penjualan gereja ini diduga untuk membayar ganti rugi para korban-korban pelecehan seksual.

Sementara media lokal melaporkan perusahaan bermaksud mengubah kompleks itu menjadi masjid dan Islamic Center.

Keuskupan telah melepaskan properti itu untuk “penggunaan duniawi,” istilah yang merujuk pada gereja-gereja tertutup yang tidak lagi digunakan sebagai gereja, yang memungkinkannya untuk melayani tujuan apa pun selama “tidak asusila, tidak bermoral, atau memalukan.”

“Kami memiliki properti lain yang telah kami jual di dalam keuskupan yang telah dijual kepada kelompok agama lain yang telah menggunakannya untuk ibadah agama mereka, jadi sebagai aturan umum, keuskupan tidak memiliki masalah dengan itu,” papar dia.

Sumber: Tribunnews

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *