Kultum 541: Mengapa Tak Ada yang Hafal Alkitab

Mengapa Tak Ada yang Hafal Alkitab
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Dalam sebuah forum debat terbuka, seorang muslimah (wanita yang beragama Islam) bertanya kepada pendeta yang menjadi narasumber, adakah orang yang hafal Alkitab sebagaimana banyak muslim yang hafal Al Qur’an?

Bukannya menyajikan fakta atau alasan rasional, jawaban pendeta tersebut justru terkesan merendahkan Al-Qur’an. Ia menyebutkan bahwa Al-Qur’an mudah dihafal karena sangat tipis. “Di dunia ini tak mungkin ada orang yang hapal Alkitab di luar kepala. Sejenius apa pun orang itu, tidak mungkin baginya hapal Alkitab di luar kepala, sebab Alkitab itu adalah buku yang sangat tebal, jadi sulit untuk dihapal. Berbeda dengan Al Qur’an. Al-Qur’an adalah buku yang sangat tipis, makanya mudah dihapal”. Demikian jawaban pendeta yang bergelar doktor teologi itu.

Mendapati jawaban ini, H. Insan LS Mokoginta ‘merebut’ mic dari muslimah tersebut dan melanjutkan pertanyaan. “Maaf pak Pendeta, tadi bapak mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah buku yang sangat tipis, makanya gampang dihapal di luar kepala. Tapi pak Pendeta, setipis-tipisnya Al-Qur’an itu ada sekitar 500 s/d 600 halaman, jadi cukup banyak juga lho!!

Tapi kenyataannya di dunia ini ada jutaan orang yang hapal Al-Qur’an di luar kepala. Bahkan anak kecil pun banyak juga yang hapal di luar kepala, walaupun artinya belum dipahami. Sekarang saya bertanya kepada pak Pendeta, Alkitab itu terdiri dari 66 kitab bukan? Jika pak Pendeta hapal satu surat saja di luar kepala (1/66 saja), semua yang hadir di sini jadi saksi, saya akan kembali masuk agama Kristen lagi!”

Mendengar pertanyaan dan tantangan ini, forum menjadi tegang. Kalangan muslim khawatir pendeta tersebut benar-benar hafal karena konsekuensinya sangat berat, Insan harus masuk Kristen lagi. Namun ketegangan juga tampak dari wajah pendeta dan pendukungnya. Ada beberapa pendeta yang hadir pada saat itu, mereka semua terdiam dengan wajah menegang. Ternyata tak ada yang hafal Alkibat walau satu ‘surat’.

Mengetahui para pendeta tak ada yang hafal, Insan menurunkan tantangannya. Tak perlu satu ‘surat’, cukup satu lembar saja. “Maaf pak Pendeta, usia Anda ada yang sekitar 40, 50 dan 60 tahun bukan? Jika ada di antara pak Pendeta yang hapal satu lembar saja bolak-balik ayat Alkitab tanpa keliru titik dan komanya, saat ini semua peserta menjadi saksinya, saya kembali masuk agama Kristen lagi!! Silahkan pak!”

Suasana menjadi lebih tegang. Umat Islam khawatir karena Insan mempertaruhkan keimanannya demi hafalan sekecil itu. Namun Insan yakin tak ada yang bisa menghafalnya.

Dan ternyata benar. Wajah-wajah pendeta dan kaum nasrani ini tampak lesu. Tak ada satu pun yang berani menjawab tantangan Insan. Bahkan ketika insan menantang seluruh hadirin, tidak hanya pendeta yang berada di depan. Tak ada yang berkutik.

“Mengapa Al-Qur’an mudah dihafal? Karena ia kalamullah. Mukjizat. Dan mengapa tak ada yang hafal Alkitab? Karena ia bukan mukjizat”, demikian simpul Insan sembari menjelaskan bahwa cetakan tahun berapapun dan di negara manapun, Al-Qur’an pasti sama.

Ketika satu negara mengadakan musabaqah tilawatil Qur’an dan didengar penduduk negara lain, niscaya bisa diikuti dan dinilai bacaan itu benar atau salah. Kesimpulan Insan itu membawa kegetiran tersendiri bagi orang-orang yang tak suka mendengarnya.

Nah bagi umat Muslim, menghafal Al-Qur’an merupakan amalan yang mulia. Menjadi penghafal Al-Qur’an pun merupakan cita-cita setiap muslim. Banyak sekali keutamaan yang Allah terangkan secara gamblang ketika menghafal kalamullah itu. Bahkan Allah pun telah menjanjikan syurganya bagi siapa saja yang mampu menghafalnya.

Namun, tatkala cita-cita itu telah tertanam dalam hati, sebagai manusia, kadang kala kita kerap merasa kesuliltan. Khususnya kita sebagai orang Indoensia. Al-Qur’an yang berbahsa Arab kerap menjadi alasan sulit menghafalnya. Padahal, Allah Subhanahu wata’la telah menjamin bahwa Al-Qur’an itu mudah dihafal.

Alah Subhanahu wata’ala berfirman,

وَلَقَدۡ يَسَّرۡنَا الۡقُرۡاٰنَ لِلذِّكۡرِ فَهَلۡ مِنۡ مُّدَّكِرٍ

Artinya:

Dan sungguh, telah kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (QS. Al-Qomar, ayat 17).

Jika Allah Subhanahu wata’ala telah berjanji, maka jaminan langsung dari yang Maha Kuasa tidak mungkin melenceng. Janji yang sama bahkan diulang emapt kali dalam surah yang sama. Masalahnya adalah, apa kita sebagai manusia punya tekad yang kuat atau tidak ketika ingin menghafal Al-Qur’an? Ketahuilah bahwa Allah Subhanahu wata’ala memilih siapa saja yang mampu menjadi penghafal Al-Qur’an. Allahu ya’lam.

Semoga yang kita baca ini menjadi pengingat menambah iman kita, dan kalau sekiranya bisa memberi manfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                                  —ooOoo—

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *