Kisah Pilu Pengusiran 300.000 Muslim dari Spanyol sebab Menolak Masuk Katolik

Kisah Pengusiran 300.000 Muslim dari Spanyol sebab Menolak Masuk Katolik

Hajinews.co.id — Pada tahun 1609 M, Raja Phillip III mengeluarkan perintah keras terhadap status keberadaan Islam di Spanyol . Jumlah muslim di Spanyol yang diperkirakan 500.000 jiwa pada waktu itu diberikan dua pilihan.

“Pilihan pertama adalah orang-orang Islam atau Moriskos dapat tetap tinggal di Spanyol dengan syarat harus memeluk Katolik,” tulis Jati Pamungkas, S.Hum, M.A. dalam bukunya berjudul “Perang Salib Timur dan Barat, Misi Merebut Yerusalem dan Mengalahkan Pasukan Islam di Eropa“.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Pilihan kedua, orang-orang Islam keluar dari Spanyol menuju Maroko atau Maghrib melewati Selat Gibraltar, sebuah jalur yang sama seperti Islam memasuki Andalusia pada masa awal.

Sebanyak 300.000 dari Moriskos lebih memilih untuk meninggalkan Spanyol daripada memeluk Katolik . Pengusiran orang-orang Islam dilakukan secara bertahap selama 5 tahun, dari 1609 hingga 1614, dengan menggunakan kapal mengingat banyaknya orang-orang Islam di Semenanjung Iberia.

Pada tahun 1615 Islam hanya tinggal kenangan di seluruh Semenanjung Iberia. Islam yang dahulunya datang sebagai penakluk dan penguasa selama 781 tahun atau mendiami Semenanjung Iberia selama 903, hanya tinggal kenangan.

Bangunan istana, benteng, madrasah yang berubah fungsi, dan masjid yang menjadi gereja menjadi saksi bisu peradaban Islam di Eropa. Buku-buku ilmu pengetahuan dari berbagai cabang ilmu seperti kedokteran, matematika, dan sebagainya yang tersimpan di perpustakaan akhirnya menjadi milik Spanyol dan menjadi modal Eropa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan memperoleh masa kejayaan untuk menguasai dan mendominasi dunia.

Tidak ada lagi muslim di Andalusia dan tidak ada lagi gema azan di daerah tersebut. Pengusiran Islam di Spanyol tercatat sebagai pengusiran terbesar di abad pertengahan yang disebabkan oleh faktor religiositas yang berbeda.

Sejarah tidak akan melupakan peristiwa kelam tersebut. Pengusiran pada April 1609 telah mencoreng peradaban Islam dan merupakan kekalahan terbesar Islam dalam sejarah dunia yang tercatat sejarah hingga saat ini.

Pengusiran yang berakhir di tahun 1614 telah mengakhiri Reconquista dengan kemenangan telak bagi Kerajaan Kristen Spanyol.

Pengusiran Islam dari Spanyol yang dimulai pada April 1609 dalam budaya modern diduga berhubungan erat dengan April Mop, namun belum terdapat bukti sejarah yang kuat untuk membuktikannya karena masing-masing negara Eropa memiliki perbedaan tentang asal-usul April Mop.

Tidak Banyak

Dalam catatan sejarah, kekalahan Islam oleh kerajaan-kerajaan Kristen di Spanyol pada awalnya tidak mempermasalahkan penduduk yang beragama Islam. Musuh utama adalah pemerintahan Islam dan bukan penduduk.

Jumlah pribumi yang masuk Islam memang tidak banyak, namun penduduk lokal yang dinikahi oleh orang Islam, terutama orang Arab, cukup banyak terutama di pusat-pusat kota seperti Toledo, Cordoba, Sevilla, Lisbon, dam Malaga, yang mayoritas terletak di Semenanjung Iberia bagian selatan.

Penduduk masih diperbolehkan memeluk Islam, namun dalam catatan sejarah setelah penaklukkan Cordoba, banyak sekali masjid yang berubah fungsi menjadi gereja , contohnya adalah Masjid Agung Cordoba yang dibangun pada tahun 784 menjadi Gereja Katedral Cordoba di tahun 1236.

Sejak jatuhnya Emirat Granada, penduduk Islam masih diakui oleh Raja Ferdinand II sebagai pemimpin Kerajaan Spanyol. Komunitas-komunitas Islam juga masih terdapat di kota-kota lain di seluruh Semenanjung Iberia. Hal tersebut mengacu pada Perjanjian Granada pada tahun 1491 yang isinya salah satunya adalah diperbolehkannya penduduk memeluk Islam.

Pada tahun 1502, Raja Ferdinand II dan Ratu Isabela I memberikan dua pilihan terhadap penduduk Islam, terutama di Andalusia, untuk memeluk Katolik atau pergi dari Spanyol selama-lamanya dan kembali lagi ke Maroko (Edwards, 2013: 100).

Perintah tersebut kurang efektif karena pada kenyataannya penduduk Andalusia enggan untuk berpindah agama ke Katolik. Pada tahun-tahun berikutnya terdapat peraturan resmi dari kerajaan yang isinya budaya dan bahasa Arab tidak boleh dipakai di tempat umum.

Sumber: Sindonews

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *