Kultum 544: Kehidupan Dunia Tidak Akan Terulang

Kehidupan Dunia Tidak Akan Terulang
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Dalam artikelnya yang berjudul “3 alasan kamu tidak akan kembali setelah kehidupan ini”, yang ditulis pada 29 Desember 2022, harian online “Big Think” yang terbit di Amerika membantah gagasan bahwa “manusia akan bertahan setelah kematiannya”. Tulisan itu membantah bahwa hal itu tidak sesuai dengan pemahaman ingatan dan identitas saat ini dengan mengatakan bahwa “Tidak ada bukti bahwa kesadaran manusia bertahan setelah kematian”.

Menurut tulisan itu, bahkan jika itu mungkin, tidak mungkin manusia yang dibangkitkan akan menjadi manusia sebagaimana sebelumnya. Artikel ini pertama kali diterbitkan di Big Think pada Juli 2017 (dan diperbarui pada Desember 2022). Banyak orang sangat tertarik dengan apa yang terjadi ketika mereka mati. Agama Buddha menganjurkan untuk melepaskan diri dari roda kehidupan hamster untuk meninggalkan siklus kematian dan kelahiran. Apakah semua ini benar-benar mungkin?

Meski agama-agama yang ada masih berbantah tentang kehidupan setelah kematian, agama Islam telah jelas dengan berbagaipikiran manusia tersebut. Di dalam al-Qur’an surat al-Mu’minun ayat 99 dan 100, dengan jelas telah disampaikan,

حَتّٰٓى اِذَا جَآءَ اَحَدَهُمُ الۡمَوۡتُ قَالَ

رَبِّ ارۡجِعُوۡنِۙ

لَعَلِّىۡۤ اَعۡمَلُ صَالِحًـا فِيۡمَا تَرَكۡتُ‌ؕ كَلَّا‌ ؕ

اِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآٮِٕلُهَا‌ؕ وَمِنۡ وَّرَآٮِٕهِمۡ

بَرۡزَخٌ اِلٰى يَوۡمِ يُبۡعَثُوۡنَ

Artinya:

(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan”. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan (nanti pada hari peradilan)” (QS. Al-Mu’minun, ayat 99 – 100).

Dua ayat yang turun lebih dari 1400 tahun lalu tersebut dengan jelas sudah memberitahukan bahwa ketika di alam kubur (sudah meninggal), manusia hanya akan bisa menyesali berbagai kebajikan yang belum / tidak dilakukan ketika masih hidup di dunia. Itulah sebabnya gagasan “reinkarnasi metafisik” tidak diperlukan dan bahkan mengganggu dari apa yang penting untuk segera dilakukan dalam hidup ini.

Shermer (Nasrani) menyimpulkan bahwa sebagaian manusia menganggap bahwa skeptisismenya mengecewakan, tetapi dia percaya itu sebaliknya. Menurutnya, kesadaran akan kefanaan kita membangkitkan semangat karena itu berarti bahwa setiap saat, setiap hari, dan setiap hubungan itu penting. Dia menyimpulkan bahwa “Terlibat secara mendalam dengan dunia dan dengan makhluk hidup lainnya membawa makna dan tujuan”.

Tetapi, apa yang disampaikan Shermer tersebut kurang jelas menunjukkan apa yang terjadi setelah kematian dari dunia ini. Berbeda dengan agama Islam yang telah dengan jelas menunjukkan bahwa di alam kuburnya, manusia hanya bisa menikmati atau menyesali apa apa yang telah mereka lakukan ketika masih hidup di dunia.

Di dalam Islam bahkan penyesalan itu “sudah terjadi beberapa detik ketika nyawa manusia belum terlepas”. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

وَاَنْفِقُوْا مِنْ مَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ

اَنْ يَّأْتِيَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ

رَبِّ لَوْلَآ اَخَّرْتَنِيْٓ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍۚ

فَاَصَّدَّقَ وَاَكُنْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ

Artinya:

Dan infakkanlah (nafkahkanlah) sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian) ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh (QS. Al-Munafiqun, ayat 10).

Berdasarkan ayat-ayat tersebut di atas, jelaslah pula bahwa setelah kematian (dari dunia ini) maka tidak akan ada lagi kesempatan untuk kembali ke dunia dengan cara apapun untuk mengulangi kahidupan baru. Islam bahkan mengajarkan bahwa umat Muslim akan menderita hukuman sesaat setelah meninggal. Penderitaan itu bernama “siksa kubur atau fitnah kubu”. Jadi manusia haruslah belajar bahwa orang yang mati akan memasuki alam kubur (barzakh). Ini adalah satu alam transit sebelum manusia dihisab (dihitung) atas segala amal perbuatannya di dunia. Setelah itu mereka dimasukkan ke surga atau neraka.

Ibnu Qayyim dalam kitab “Ar-Ruh” menerangkan dua macam siksa kubur. Pertama, siksaan yang terus-menerus.  Sebagaimana tertulis, “Pada mereka diperlihatkan neraka pada pagi dan petang …” (lihat: Qs. 46). Ada Hadits yang menegaskan bahwa azab kubur itu akan terus-menerus hingga hari kiamat. Kedua, siksa kubur sementara bagi manusia yang tidak taat kepada Allah dan berbuat kejahatan. Orang yang dosanya ringan akan menderita hisab / siksa, lalu berhenti sementara, kemudian lanjut lagi kelak di akhirat.

Masih menurut penjelasan Ibnu Qayyim, bahwa siksaan kubur itu dapat terputus atau berhenti beberapa cara. Di antaranya; dengan doa orang hidup bagi orang yang mati, dengan sedekah disertai istighfar (dari yang hidup untuk mohon ampunan bagi yang mati), atau dengan pahala berhaji. Allahu ya’lam.

Semoga yang kita baca ini menjadi pengingat dan penambah iman kita, dan jika sekiranya bisa memberi manfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                             —ooOoo—

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *