Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Pembaca yang dirahmati Allah,
Hajinews.co.id – Selain dua yang telah kita baca sebelumnya, Allah Subhanahu wata’ala juga bersumpah pada hari Jumat. Dalam hal ini Allah Subhanahu wata’ala bersumpah pada hari Jumat sebgaimana firman-Nya,
وَالسَّمَآءِ ذَاتِ الۡبُرُوۡجِۙ
وَالۡيَوۡمِ الۡمَوۡعُوۡدِۙ
وَشَاهِدٍ وَّمَشۡهُوۡدٍؕ
Artinya:
Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, dan demi hari yang dijanjikan. Demi yang menyaksikan dan yang disaksikan (QS. Al-Buruj, ayat 1 – 3).
Berkenaan dengan ayat di atas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Hari yang Dijanjikan adalah Hari Kebangkitan, dan yang disaksikan adalah Hari ‘Arafah, dan saksinya adalah hari Jum’at. Matahari tidak terbit dan tidak terbenam pada hari yang lebih mulia darinya. Di dalamnya, ada satu jam di mana tidak ada seorang hamba yang beriman berdoa kepada Allah untuk kebaikan, kecuali bahwa Allah mengabulkannya untuknya, dan dia tidak mencari perlindungan Allah dari kejahatan, kecuali bahwa Dia melindunginya dari itu” (HR. Tirmidzi).
SubhanAllah, Allah Azza wa Jalla tidak hanya bersumpah pada hari Jumat, Dia juga memilih waktu tertentu di dalamnya (jam terakhir sebelum matahari terbenam) di mana Dia menjawab semua doa kita! Keempat, hal ini sangat terhubung dengan Nabi Adam ‘alaihissalam. Ada lima peristiwa penting dalam kehidupan nenek moyang kita, Nabi Adam ‘alaihissalam yang terjadi pada hari Jumat; (1) Allah menciptakan Adam (HR. Ibn Majah); (2) Dia dimasukkan ke surga (HR. Muslim); (3) Tobatnya diterima (HR. Abu Dawud); (4) Allah menurunkan Adam ke bumi (HR. Ibn Majah); dan Allah mematikan Adam (HR. Ibn Majah).
Hadits berikut mengungkapkan bahwa Allah menciptakan Nabi Adam (as) pada jam terakhir sebelum matahari terbenam. Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Saw bersabda;
خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ
يَوْمُ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ
أُدْخِلَ الْجَنَّةَ وَفِيهِ أُخْرِجَ مِنْهَا وَلاَ
تَقُومُ السَّاعَةُ إِلاَّ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ
Artinya:
Sebaik-baik hari dimana matahari terbit di saat itu adalah hari Jum’at. Pada hari ini Adam diciptakan, hari ketika ia dimasukan ke dalam Surga dan hari ketika ia dikeluarkan dari Surga. Dan hari Kiyamat tidak akan terjadi kecuali pada hari Jum’at (HR. Muslim dalam Kitaabul Jumu’ah).
Dan seperti disebutkan sebelumnya, ini adalah waktu di mana Allah menerima semua doa. Sealin itu juga, ini adalah hari terbaik dalam seminggu. Selanjutnya hadits di atas, yang menjelaskan bahwa hari Jumat adalah hari yang penuh berkah dan penting, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sebenarnya secara eksplisit mengatakan bahwa hari Jumat adalah hari terbaik dalam seminggu. Subhanallah, sudah jelas tidak diragukan lagi bahwa kita harus lebih memperhatikan amal baik kita di hari Jumat, baik itu dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an, shalat sunnah, atau bersedekah. Sungguh penting bagi kita untuk memaksimalkan upaya kita di hari terbaik dalam seminggu itu.
Lebih dari itu, Jumat adalah hari Idul Fitri. Artinya, Jumat dipandang oleh umat Islam sebagai festival Idul Fitri setiap minggu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya ini (hari Jumat) adalah hari Idul Fitri (hari raya), yang telah Allah jadikan untuk umat Islam. Maka siapa saja yang datang ke (shalat) Jum’at, maka hendaklah dia mandi, dan jika dia memiliki minyak wangi maka hendaklah dia memakainya. Dan di atasmu (saya anjurkan untuk menggunakan) adalah tongkat gigi (siwak/miswak)” (HR. Ibn Majah).
Fakta bahwa Jumat itu seperti Idul Fitri bagi kita dapat menjelaskan mengapa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menasihati kita untuk tidak mengkhususkan hari Jumat untuk berpuasa. Sebaliknya, jika kita ingin berpuasa pada hari Jumat, untuk alasan apapun, sebaiknya berpuasa pada hari Kamis atau Sabtu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda, “Tidak seorang pun dari kalian harus berpuasa pada hari Jumat, tetapi hanya dia berpuasa sebelum itu atau dia berpuasa setelahnya” (HR. Muslim).
Terlebih lagi, Allah Subhanahu wata’ala menyempurnakan agama pada hari Jumat sebagaimana yang telah disebutkan, peristiwa penting penciptaan bapak kita Adam ‘alaihissalam terjadi pada hari Jumat. Namun, masih banyak peristiwa penting lainnya yang dipilih Allah Subhanahu wata’ala untuk hari Jumat, termasuk kesempurnaan Islam bagi umat ini. Atas otoritas Tariq ibn Shihab Radhiyallahu ‘anhu yang mengatakan, ‘Seorang pria dari Yahudi datang ke ‘Umar Radhiyallahu ‘anhu dan berkata, “Wahai Pemimpin Orang Beriman, jika ayat berikut ini diturunkan kepada kami, ‘Hari ini aku telah menyempurnakan agamamu untukmu, menyempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan telah memilih untukmu Islam sebagai agamamu’ (QS. Al-Maidah, ayat 3), maka kami akan mengambil hari itu sebagai hari Idul Fitri’”.
‘Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku tahu pasti pada hari apa ayat ini diturunkan; itu diturunkan pada Hari ‘Arafah, pada hari Jumat’” (HR. Bukhari). Jadi, Islam demikian sempurna pada hari yang merupakan ‘Idul Fitri ganda’. Saat itu hari Jumat, yang merupakan hari raya bagi umat Islam. Dan itu juga hari ‘Arafah (9 Dhul Hijjah), yang merupakan Idul Fitri bagi mereka yang sedang berhaji. Allahu ya’lam.
Semoga yang kita baca ini menjadi pengingat dan penambah iman kita, dan jika sekiranya bisa memberi manfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.
اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Sumber : Ahmad Idris Adh. —ooOoo—
