Guru Besar UIN Jakarta: MTQ Bukan Ajang Prestise, Melainkan Pembinaan Masyarakat dan Syiar

MTQ Bukan Ajang Prestise
Guru Besar UIN Jakarta Ahmad Tholabi Kharlie

Hajinews.co.idMalam ini, Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Nasonal ke-30 resmi dibuka. Guru Besar UIN Jakarta Ahmad Tholabi Kharlie menekankan pentingnya MTQ.

Tholabi mengatakan MTQ bukan sekadar kompetisi melainkan ajang untuk silaturahmi dan mempersatukan umat Islam Indonesia.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

“MTQ harus diposisikan tidak dalam konteks mikro an sich, yakni adu terampil dalam melantunkan, menghafal, menulis, atau menafsir Al-Qur’an, tapi harus dimanfaatkan sebagai ajang silaturahmi dan konsolidasi para hamalatul Qur’an se-Indonesia,” ujar Tholabi dalam keterangannya, Minggu (8/9/2024).

Pemerhati dan pegiat pembinaan Al-Qur’an di Indonesia ini mengingatkan pentingnya mengembalikan MTQ pada jalurnya yang genuine, yakni sebagai mekanisme evaluatif terhadap seberapa besar dampak kegiatan pembinaan Al-Qur’an yang diselenggarakan di semua daerah.

“Seperti yang tertuang dalam sejumlah regulasi, MTQ menjadi mekanisme evaluasi dan koreksi terhadap kinerja LPTQ sebagai lembaga yang diberi mandat pembinaan dan pengembangan Al-Qur’an dan hadits di tengah-tengah masyarakat,” tandasnya.

Menurut Tholabi, untuk menjaga arah atau orientasi MTQ yang sejalan dengan cita-cita dan kebijakan yang digariskan dibutuhkan komitmen bersama dan kerja keras seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah, ulama, lembaga pendidikan, ormas keagamaan, dan masyarakat pada umumnya. Ia kemudian menyebut esensi MTQ yang substantif.

“Menjadikan MTQ sebagai tujuan adalah pandangan yang keliru. Ini sangat berbahaya. Untuk itu semua pihak yang terlibat dalam perhelatan ini harus menyadari bahwa MTQ bukan ajang perebutan prestise tapi mengemban misi yang sangat substantif, yakni pembinaan umat sekaligus syiar Al-Quran di tengah-tengah masyarakat,” rincinya.

Di sisi lain, kata dia, MTQ harus terus diarahkan menjadi proyek bersama, tidak hanya program pemerintah, dalam hal ini Kemenag dan Kemendagri, tapi juga melibatkan partisipasi publik yang seluas-luasnya. Keikutsertaan publik yang lebih luas diharapkan akan kian memperkuat syiar dan dampak positif MTQ secara lebih signifikan.

“Tentu kita tidak ingin MTQ hanya menjadi hajat sekelompok kecil masyarakat. Jika dibiarkan maka MTQ akan terisolasi dan menjadi sangat eksklusif. Ini tidak boleh terjadi,” harap Tholabi.

Secara teknis pelaksanaan, Tholabi mengakui telah terjadi banyak berbaikan dari waktu ke waktu. Serangkaian evaluasi serta perbaikan regulasi teknis pelaksanaan terus dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama untuk memastikan bahwa MTQ berjalan secara objektif dan memenuhi prinsip-prinsip akuntabilitas publik.

“Pemanfaatan teknologi informasi dalam perhelatan MTQ merupakan terobosan yang sangat bagus. Ini menjadi legacy Kementerian Agama dalam konteks pengembangan MTQ yang modern dan kredibel,” pungkas Tholabi.

MTQ Nasional tahun ini digelar di Samarinda, Kalimantan Timur. Acara yang akan berlangsung 10 hari ke depan ini diikuti ribuan peserta. Sejumlah mata lomba akan dipertandingkan selama Musabaqah Al-Qur’an berlangsung, antara lain Tilawah al-Qur’an, Hifzh al-Quran, Tafsir al-Qur’an, Syarh al-Qur’an, Fahmi al-Qur’an, Khath al-Qur’an, dan Karya Ilmiah Al-Qur’an.

Tidak hanya perlombaan, sejumlah agenda pendukung yang turut menyemarakkan seluruh rangkaian perhelatan MTQ Nasional, seperti malam ta’aruf, pawai ta’aruf, defile kafilah, bazar dan pameran pembangunan, seminar internasional, talk show, hiburan religius, haflah tilawah, dan lain sebagainya.

Sumber: detik

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *