Kultum 554 : Mukhtalan Fakhura dan Unsur Unsurnya

Mukhtalan Fakhura
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Di dalam Al-Qur’an ada beberapa ayat dengan variasi yang beragam yang diawali dengan “in nallaha laa yuhibbu – – -” yang artinya “sesungguhnya Allah tidak menyukai – – -”. Jadi, dengan tegas Allah Subhanahu wata’ala menyatakan ketidaksukaan kepada karakter-karekter negatif dan destruktif yang didahului dengan klausa tersebut. biasanya klausa tersebut diikuti dengan sifat orang yang al-mufsidin; adh-dhalimin; al-musrifin; al-mu’tadin; al-mustakbirin; kaffarin atsiim; khawwanin atsima; khainin; dan mukhtalan fakhura.

Dalam kultum kali ini, kita akan membaca tentang sifat ‘mukhtalan fakhura’ yang terdapat dalam surat An-Nisa’ ayat 36. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

وَاعۡبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشۡرِكُوۡا بِهٖ شَيۡــًٔـا‌ ؕ

وَّبِالۡوَالِدَيۡنِ اِحۡسَانًا وَّبِذِى الۡقُرۡبٰى

وَالۡيَتٰمٰى وَ الۡمَسٰكِيۡنِ وَالۡجَـارِ ذِى

الۡقُرۡبٰى وَالۡجَـارِ الۡجُـنُبِ وَالصَّاحِبِ

بِالۡجَـنۡۢبِ وَابۡنِ السَّبِيۡلِ ۙ وَمَا مَلَـكَتۡ

اَيۡمَانُكُمۡ‌ ؕ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ

مَنۡ كَانَ مُخۡتَالًا فَخُوۡرَا

Artinya:

Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri (QS. An-Nisa’, ayat 36).

Makna frasa ‘mukhtalan fakhura’ di perjelas dalam ayat berikutnya, di mana Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

اۨلَّذِيۡنَ يَـبۡخَلُوۡنَ وَيَاۡمُرُوۡنَ النَّاسَ

بِالۡبُخۡلِ وَيَكۡتُمُوۡنَ مَاۤ اٰتٰٮهُمُ اللّٰهُ

مِنۡ فَضۡلِهٖ‌ ؕ وَ اَعۡتَدۡنَا لِلۡكٰفِرِيۡنَ

عَذَابًا مُّهِيۡنًا‌

Artinya:

(yaitu) orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia yang telah diberikan Allah kepadanya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir azab yang menghinakan (QS. An-Nisa’, ayat 37).

Jadi, sifat ‘mukhtalan fakhura’ itu mengandung sifat dan perbuatan (1) kikir; (2) menyuruh orang lain berbuat kikir; dan (3) menyembunyikan karunia Allah. Sifat dan perbuatan ini bahkan masih juga ditambah dengan sifat atau perbuatan (4) berinfak dengan riya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala,

وَالَّذِيۡنَ يُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوَالَهُمۡ رِئَآءَ

النَّاسِ وَلَا يُؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰهِ وَلَا بِالۡيَوۡمِ

الۡاٰخِرِ‌ؕ وَمَنۡ يَّكُنِ الشَّيۡطٰنُ لَهٗ

قَرِيۡنًا فَسَآءَ قَرِيۡنًا

Artinya:

Dan (juga) orang-orang yang menginfakkan hartanya karena riya dan kepada orang lain (ingin dilihat dan dipuji), dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa menjadikan setan sebagai temannya, maka (ketahuilah) dia (setan itu) adalah teman yang sangat jahat (QS. An-Nisa’, ayat 38).

Dalam Tafsir Al-Azhar, Prof. Dr. Buya Hamka menjelaskan makna kata mukhtalan fakhura. Mukhtal artinya melagak, menyombong, merasa seakan-akan dunia ini dia yang punya. Bumi serasa dilangkahi, langit serasa dipersunting, awak merasa tinggi benar, hina dan mulia tak dikenal, tua dan muda tak disapa. Itulah sombong sikap hidup.

Sementara fakhur adalah cakap yang sombong, perkataan yang selalu meninggi, memandang rendah orang lain, seakan-akan diri tak ada tandingan. Bercakap tinggi, membanggakan diri, menyebut bahwa dia paling pintar atau gagah berani atau si anu pernah dibantunya dan membanggakan keturunan, nenek moyang, kabilah, dan suku. Inilah yang terkandung dalam Surat An-Nisa’ ayat 36 – 38.

Orang demikian tidak disukai Allah. Sebaliknya orang demikian lupa bahwa Allah tidak menyukai orang sombong dan membanggakan diri, yaitu orang-orang yang kikir, yang enggan menginfakkan sebagian hartanya di jalan Allah, dan menyuruh orang lain berbuat kikir pula. Orang demikian juga lupa bahwa sesungguhnya Allah Mahakaya dan tidak memerlukan sesuatu, Maha Terpuji dengan segala sifat kebaikan-Nya.

Sungguh, Allah telah mengutus rasul-rasul-Nya kepada umat manusia dengan bukti-bukti yang nyata. Allah juga menurunkan bersama mereka kitab sebagai pedoman hidup, dan Allah turunkan pula neraca sebagai ukuran keadilan agar manusia dapat berlaku adil. Dan Allah menciptakan besi sebagai kelengkapan hidup yang mempunyai kekuatan, hebat, dan banyak manfaat bagi manusia, dan Allah ciptakan semua itu agar Allah mengetahui siapa yang menolong agama-Nya dan rasul-rasul-Nya dalam berdakwah, walaupun Allah tidak dilihat oleh mereka. Sesungguhnya Allah Mahakuat terhadap segala sesuatu, Mahaperkasa menghadapi semua yang mengingkari-Nya.allahu ya’lam.

Semoga yang kita baca ini menjadi pengingat dan penambah iman kita, dan kalau sekiranya bisa bermanfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                                    —ooOoo—

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *