Kultum 557: Orang yang Menyombongkan Diri

Orang yang Menyombongkan Diri
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Kata menyombongkan diri, dalam bahasa Arab “Istakbara”, berarti menganggap dirinya lebih tinggi derajat dan statusnya daripada orang lain. Oleh karena itu orang demikian memiliki anggapan dirinya pantas mendapat kedudukan khusus. Orang demikian juga mengungkapkan berlebihan dalam kesombongan dan menggunakan segala cara yang mungkin untuk tujuan kesombongan. Orang demikian disebut “mustakbirin”.

Kata “mustakbirin” muncul dalam Al-Qur’an beberapa kalai. Salah satunya untuk menunjukkan mereka yang menolak untuk memilih Allah Azza wa Jalla sebagai Tuhan. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

لَا جَرَمَ اَنَّ اللّٰهَ يَعۡلَمُ مَا يُسِرُّوۡنَ وَمَا

يُعۡلِنُوۡنَ‌ؕ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الۡمُسۡتَكۡبِرِيۡنَ‏

Artinya:

Tidak diragukan lagi bahwa Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang yang sombong (QS. An-Nahl, ayat 23).

Dari ayat tersebut bisa dipahamai bahwa bagi orang yang sombong, yakni menolak untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wata’ala, hukuman mereka di dunia adalah Allah tidak mencintai mereka karena hukuman adalah bagian dari perbuatan. Mungkin, yang pertama sombong ini adalah syetan ketika dia menolak untuk mematuhi perintah Allah Subhanahu wata’ala untuk sujud kepada Adam untuk memberi hormat dan martabat.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

وَاِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلٰٓٮِٕكَةِ اسۡجُدُوۡا لِاٰدَمَ

فَسَجَدُوۡٓا اِلَّاۤ اِبۡلِيۡسَؕ اَبٰى وَاسۡتَكۡبَرَ

وَكَانَ مِنَ الۡكٰفِرِيۡنَ

Artinya:

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir (QS. Al-Baqarah, ayat 34).

Adapun contoh manusia dari orang-orang yang sombong, yang tidak disukai oleh Allah Subhanahu wata’al dalam Al-Qur’an yang Mulia adalah Fir’aun. Dalam hal ini Allah Subhanahu wata’ala menjelaskan dalam firman-Nya,

وَقَالَ فِرۡعَوۡنُ يٰۤـاَيُّهَا الۡمَلَاُ مَا عَلِمۡتُ

لَـكُمۡ مِّنۡ اِلٰهٍ غَيۡرِىۡ‌ ۚ فَاَوۡقِدۡ لِىۡ يٰهَامٰنُ

عَلَى الطِّيۡنِ فَاجۡعَلْ لِّىۡ صَرۡحًا لَّعَلِّىۡۤ

اَطَّلِعُ اِلٰٓى اِلٰهِ مُوۡسٰى ۙ وَاِنِّىۡ لَاَظُنُّهٗ

مِنَ الۡـكٰذِبِيۡنَ

Artinya:

Dan Fir’aun berkata, “Wahai para pembesar kaumku! Aku tidak mengetahui ada Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah tanah liat untukku wahai Haman (untuk membuat batu bata), kemudian buatkanlah bangunan yang tinggi untukku agar aku dapat naik melihat Tuhannya Musa, dan aku yakin bahwa dia termasuk pendusta” (QS. Al-Qasas, ayat 38).

Dari ayat tersebut bisa dipahami bahwa niat Fir’aun dalam membangun baungunan yang tinggi adalah agar bisa melihat tuhannya Nabi Musa (Allah) sambil mecibir “apa benar yang dikatakan Musa bahwa dia punya Tuhan”. Ini juga merupakan tindakan dan langkah ‘menyombongkan diri’ dan benar-benar merupakan tindakan ‘kesombongan’. Tindakan seperti ini bahkan diikuti oleh bala tentaranya. Fir’aun dan bala tentaranya mengira bahwa mereka tidak akan kembali kepada Allah Subhanahu wata’ala, sebagaimana firman Allah,

وَاسۡتَكۡبَرَ هُوَ وَجُنُوۡدُهٗ فِى الۡاَرۡضِ

بِغَيۡرِ الۡحَـقِّ وَظَنُّوۡۤا اَنَّهُمۡ اِلَـيۡنَا

لَا يُرۡجَعُوۡنَ

Artinya:

Dan dia (Fir‘aun) dan bala tentaranya berlaku sombong, di bumi tanpa alasan yang benar, dan mereka mengira bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami (QS. Al-Qasas, ayat 39).

Di dalam beberapa Tafsir, dijelaskan bahwa Allah Subhanahu wata’ala mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan sembunyikan dalam hati dan apa yang mereka lahirkan dalam bentuk sikap dan perbuatan berupa ‘kesombongan’ itu. Syetan (Iblis), Fir’aun dan para pengikutnya, serta orang-orang yang menyombongkan diri seharusnya menyadari bahwa sesungguhnya Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang tidak menyukai orang yang sombong. Allah Azza wa Jalla juga tidak menganugerahkan ganjaran kepada orang yang congkak dalam mengucapan (mengekspresikan) tingkah laku mereka.

Allah Subhanahu wata’ala menjelaskan bahwa Allah-lah yang wajib disembah dan ditaati oleh seluruh umat manusia. Penegasan dengan frasa “Yang Maha Esa” ini juga memberikan pengertian yang pantas disembah hanyalah Dia semata. Oleh sebab itu, Dia pulalah yang wajib ditaati oleh seluruh manusia dan tidak boleh mengangkat tuhan-tuhan yang lain sebagai sekutu-Nya.

Tentu saja hal demikian bertentangan dengan pikiran orang kafir, di mana orang-orang kafir mempersekutukan Allah dengan tuhan-tuhan yang lain karena tidak mau mengakui (1) keesaan Allah, (2) janji dan ancaman-Nya, (3) serta terjadinya hari akhir. Itulah sebabnya maka mereka membangkang terhadap apa saja yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, meski berita yang disampaikan itu jelas tentang kekuasaan dan kebenaran Allah serta luasnya nikmat-Nya. Allahu ya’lam.

Semoga yang kita baca ini menjadi pengingat dan penambah iman kita, dan kalau sekiranya bisa bermanfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                                  —ooOoo—

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *