80 Persen Pasien Alzheimer Memulai Dengan 3 Tahapan, Terutama Lupa

Pasien Alzheimer Memulai Dengan 3 Tahapan
Pasien Alzheimer Memulai Dengan 3 Tahapan

Hajinews.co.idPenyakit Alzheimer merupakan penyakit otak degeneratif dimana segala sesuatu mulai dari daya ingat, persepsi, berpikir, berbicara dan berperilaku menurun.

Akumulasi protein beta-amyloid dan tau di otak bertanggung jawab atas memburuknya penyakit terkait pikun ini.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Anam Ong, dokter spesialis saraf RS Hasan Sadikin Bandung, mengatakan beta-amyloid dan tau merupakan protein yang berfungsi normal di otak manusia pada masa kanak-kanak. Ternyata, protein ini tidak bertambah seiring bertambahnya usia. Namun, karena proses pembersihannya terganggu, kemungkinan besar beta-amyloid dan tau akan menumpuk dan bertambah di otak (senile palques).

“Itu masuk di antara celah saraf (otak), itu yang membunuh si sarafnya, beta amyloid ini terjadi jauh sebelum orang kena pikun, mulai 20 tahun sebelumnya, beta amyloid ini sudah menumpuk banyak,” kata Anam ditemui di ruang kerjanya, Jumat (13/9/2024).

Anam menyebut, sebagian besar orang pikun terjadi di usai 65 ke atas. Misal, seseorang yang berusia 70 tahun yang sudah banyak menumpuk beta amyloid di otaknya.

“Karena bisa saja produksinya banyak karena genetic atau bersihannya kurang, misal kurang tidur, itu produksiannya banyak bersihannya kurang,” ucapnya.

Penumpukan beta amyloid ini akan menghasilkan tau protein yang juga menumpuk dalam 5 tahun.

“Jadi tau protein itu disebut neurofibrillary tangles itu seperti cangkok-cangkok di dalam sel saraf, itu akibat dari adanya beta amyloid,” katanya.

Beta amyloid dan tau ini bisa terdeteksi dengan PET scan dan suntikan obat yang bisa menangkap keduanya ketika menumpuk di otak. Proses pemindaian ini dilakukan untuk membantu diagnosa dan langkah pengobatannya.

Tiga tahap alzheimer

Menurut Anam, penyakit alzheimer terdiri dari tiga tahap, yang pertama subjective cognitive decline yakni saat ada penumpukan beta amonoloyid dan tau di otak namun kondisi seseorang tersebut masih dapat bekerja, tidak mengganggu kemampuan menulisnya, bermain computer (instrumental) dan masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi cuci kakus (MCK) tapi mungkin saja memiliki gejala lupa, akan tetapi setelah dites kognisi hasilnya masih baik.

Subjective artinya si pasien merasakan ada penurunan, kognitif kepintaran dalam hal ini adalah memori atau daya ingat, declained ada penurunan. Jadi artinya kita merasa tes kognitif normal, tapi kalua dibiarkan dalam waktu 5 tahun bisa berkembang menjadi lupanya bertambah hebat,” katanya.

Tahap selanjutnya, mild cognitive impairment (MCI). Di tahap ini, kata Anam, tingkat pelupanya semakin bertambah, seperti kadang salah panggil orang, kemampuan (instrument) menggunakan komputernya berkurang, tapi masih bisa mengurus diri sendiri dan kerja tidak sebaik seperti dulu lagi.

“Tapi belum pikun karena masih bisa bersih-bersih diri, cuman kemampuan instrument dan menghitung berkurang, itu disebut MCI. Ini di bawah rata-rata tapi belum pikun,” katanya.

Tahapan tersebut apabila dibiarkan dan tak diobati, maka bisa bertambah berat hingga disorientasi tempat.

“Misal lupa rakaatnya, lupa waktu shalat. Nah, kelompok ini enggak bisa ngurus diri, kalau yang berat kadang bisa lupa pakai baju sampai telanjang, sudah berhalusinasi, melihat sesuatu yang orang lain tak bisa lihat,” katanya.

Kelompok penderita ini alzheimer yang sudah mencapai delusi, tidak hanya menyerang pada kemampuan berbahasa saja tapi juga memori. “ini sudah berat,” ucapnya.

Anam membagikan pengalamannya saat ia mendapatkan telepon dari salah satu keluarga pasien alzheimer berat. Saat itu, suami pasien ditendang oleh istrinya yang menderita alzheimer hingga terjatuh dari tempat tidur ke lantai karena sang istri yang mengalami lupa sesaat.

“Istrinya (pasien) lupa, jadi hilaf sebentar, bingung karena memorinya kembali, dia (pasien seperti merasa) ke masa gadis. Makin lama orientasi waktu lupa, semakin mundur sampai dia kira dirinya masih gadis. Itu kadang lupanya bisa beberapa jam sampai akhirnya kembali normal,” ucapnya.

Tak hanya itu, kehilangan memori juga bisa berdampak terhadap perilaku pasien, seperti melempar sesuatu namun ia tak menyadari dengan tindakannya bahkan lupa.

“Jadi orang seperti itu tak bisa disalahkan karena dia sudah kehilangan memori,” tuturnya.

Sampai saat ini, kata Anam, belum ada obat terjangkau yang benar-benar bisa menghilangkan beta amyloid. Jikapun ada, obat tersebut terbilang cukup mahal mulai dari harga Rp 18 juta hingga Rp 600 juta. Meski begitu, Indonesia termasuk negara yang beruntung, meski belum memiliki obat yang dapat menghapus biang kerok alzheimer, namun bisa memperbaiki memori.

Gejala awal

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *