80 Persen Pasien Alzheimer Memulai Dengan 3 Tahapan, Terutama Lupa

Pasien Alzheimer Memulai Dengan 3 Tahapan
Pasien Alzheimer Memulai Dengan 3 Tahapan
banner 400x400

Menurut Anam, 80 persen alzheimer diawali dengan lupa, namun ada beberapa tipe alzheimer yang diawali dengan sulit berbicara atau menemukan kata-kata.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

“Ttu varian atau jenis bahasa, ini varian memori, sulit menemukan kata-kata dari awal,” katanya.

Kemudian ada posterior otak bagian penglihatan, yang menyebabkan penderita tak mengenal jalan, hingga bentuk wajah.

“Atau otak bagian penglihatan makin menciut, yang paling heboh adalah varian perilaku, yang suka ngamuk-ngamuk suka mukul. Kebanyakan dikira gila padahal alzheimer,” tambahnya.

Varian ini bisa ditemui pada orang yang berusia rata-rata 40-an. Namun bagi yang memiliki faktor risiko genetika utama untuk penyakit alzheimer (APOE-?4) percepatan perburukannya dinilai lebih cepat.

“Bahkan ada 30-an sekarang, itu biasanya genetika, bisa satu keluarga kena. Itu menakutkan, di dunia itu ada (kasusnya) di Itali, Israel,” ucapnya.

Young onset Alzheimer disease di dunia banyak, kalua di Indoensia saya ketemu sekali, tapi di Brasil, Italia, ada turunan. Kalau di kita muncul di usia 96 tahun, itu saya bilang ada gangguan genetik. APOE epsilon 4 itu lebih mudah kena (alzheimer) dibanding tidak memiliki genetik,” tambahnya.

Menurut Anam, faktor yang berisiko terkena alzheimer adalah seseorang yang memiliki kolestrol tinggi, darah tinggi, diabetes, stres, depresi, dan seseorang yang pernah mengalami kecelakaan bermotor dengan benturan di kepala.

Menurut Anam, melatih otak dapat terhindar dari penyakit alzheimer. Ia mencontohkan, seorang yang lulus sekolah dasar namun sudah berdagang sejak kecil, menyukai teka-teki silang, tiap hari mengaji, belajar dan diskusi keagaman, maka otaknya akan tetap berkembang.

“Kalau orangnya giat menggunakan otak, ini menjadi proteksi dan enggak mudah pikun. Belajar bahasa juga semakin baik untuk proteksi,” tuturnya.

Pencegahan ini harus dilakukan sejak dini, yakni dengan menyekolahkan anak dengan baik, melakukan aktivitas fisik dan mental, serta tidak menyepelekan kencing manis, hipertensi, kolestrol, stres, hingga depresi agar segera untuk diobati.

“Minum alkohol berlebihan juga berpengaruh, usia tua tak boleh depresi, dengan demikian kalau semua teknik pencegahan dilakukan di tahun 2024 ini, kita sedunia bisa mengurangi 45 persen pasien pikun,” tuturnya.

Seseorang yang memiliki genetik utama penyakit alzheimer juga bisa menunda munculnya pikun dengan pencegahan tersebut.

“Ya menunda, tak muncul terlalu cepat,” ucapnya.

Proteksi terhadap alzheimer juga bisa dilakukan dengan bersosialisasi hingga berdiskusi, bahkan wirid menajdi salah satu pencegahan.

Pada tahun 1999-2000, kata Anam, alzheimer dikenal sebagai penyakit orang barat. Lantas di tahun itu sepulangnya Anam dari Singapur ke Indonesia, ia kemudian mencoba melakukan screening memory dan mendapatkan hasil bahwa setiap tahun penderita penyakit pikun ini bertambah.

“Makanya se-nasional kita mendirikan klinik memori untuk deteksi dini, memberi obat tepat mencegah malpraktik dan lainnya,” ucapnya.

Penyakit pikun ini kerap menyerang seseorang yang telah menginjak usai senja. Anam mengatakan bahwa usia adalah faktor utama penyakit alzheimer, dan setiap tahunnya yang pikun naik.

Pengobatan

Anam mengatakan bahwa saat ini dunia masih berlomba mencaricara menghilangkan penyebab penyakit pikun, yakni beta amyloid. Adapun obat yang tersedia masih terlalu mahal dan sulit dijangkau kalangan tertentu.

Sementara di sisi lain, masyarakat belum tersadarkan akan bahaya dan risiko penyakit alzheimer. Untuk itu, perlu adanya edukasi dan sosialisasi terkait penyuluhan penyakit pikun ini dan mendorong agar masyarakat mau memusatkan keluhannya ke klinik memori di puskesmas, atau di PPK 2 agar dapat segera terdiagnosa sedari dini sehingga dapat membantu pencegahan percepatan munculnya penyakit, sehingga dapat dicari bagaimana pengobatannya yang tepat.

Klinik memori sendiri berfungsi memindai pasien alzheimer dengan cara wawancara hingga lakukan tes untuk memetakan jenis pikun seseorang. Rangkain ini dilakukan untuk mendapatkan diagnosa agar mendapatkan penanganan yang tepat.

Masyarakat yang merasakan gejala, dapat mengkonsultasikan ke klinik memori di puskesmas hingga rumah sakit tipe 2. Apabila gejala penyakit dinilai cukup parah maka akan dirujuk ke klinik RSHS yang merupakan PPK 3.

Mengingat azas rujukan yang bertingkat ini, kini klinik memori RSHS Bandung sendiri tidak langsung menerima pasien alzheimer secara langsung, melainkan harus berdasarkan rujukan dari puskesmas dan RS tipe 2.

Sebab, klinik memori RSHS Bandung kini juga difungsikan sebagai pusat latihan pendidikan dokter spesialis klinik memori.

“Jadi RSHS hanya menerima konsul dari dokter spesialis yang sulit atau ragu. Jadi ini hanya untuk penelitian, melatih dokter saraf yang mau mempunyai kompetensi tambahan knilik memori,” katanya.

Di klinik memori, kasus tertinggi adalah alzheimer sebanyak 80 persen. Dari jumlah itu, 20 persen sudah terkena stroke, 15 persen sudah mengalami parkinson, 20 persen mengalami demensia vaskuler dan 20 persen mengalami gangguan perilaku.

“Ini sudah lebih dari 100 persen, overlapping, tumpang tindih kenapa demikian karena beda dengan Eropa, di Indonesia, kencing manis, darah tinggi, kolestrol gula darah tak dikontrol sampai usia tua,” ucapanya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *